Story 7 : I Love You, Pak!!

267 4 0
                                    

Story 7....

Hai namaku Umira Tamiko, tapi teman-temanku memanggilku Miko. Kalau ada yang bertanya kok namaku seperti orang Jepang. Yups, aku punya keturunan Jepang karna ibuku berdarah campuran Jepang-Indonesia. Ayahku sih asli orang Bandung.

Usiaku saat ini 18 tahun, enggak den masih 17 hanya tinggal empat bulan lagi. Aku kelas tiga SMA, dan itu berarti bentar lagi aku lulus. Hehehehe.. udah deh ya perkenalannya.

###

Miko POV

"Mikooooo!," panggil Dinda temanku sebangkuku sekaligus sahabatku dengan suara cemprengnya yang bikin kupingku budek seketika.

Dinda berlari ke mejaku sambil teriak-teriak gak jelas. "Miko,Miko." Panggilnya dengan ekspresi muka yang entah aku gak bisa artikan. Dia menyenggolku dan hampir saja menjatuhkan minumanku. "Apaan sih?," aku mendengus kesal padanya dengan tatapan tajam padanya.

Dinda cengengesan melihat mukaku yang mulai marah padanya. "Hehe.... Maap," ucapnya masih dengan senyum menjengkelkannya itu.

"Lo tuh apaan sih? Udah ngerusak mood gue makan." Dengusku lagi meletakkan makananku.

Dinda menenggak ludahnya, "Gue udah minta maaf." Ucapnya merebut botol minumanku dari tanganku lalu menyeruputnya dengan asal.

Dia menenggaknya lagi hingga tidak menyisakannya untukku. "Dindaaa!!," gigiku menggeretak kesal padanya.

Pletok!!!!

Aku menjitak kepalanya. Dia mendengus kesakitan. "Awww.. Sakit tau." Dia menggosok kepalanya dengan memajukan bibirnya.

"Lo sih. Tadi manggil-manggil gue sambil teriak. Trus sekarang lo habisin minuman gue."

"Lo tau gak udah bikin hidup gue menderita dengan suara cempreng lo itu yang gak ada bagus-bagusnya." Kataku lagi masih kesal dengannya sudah merusak mood makanku.

"Emang lo kenapa tadi teriak-teriak?." Aku mengingatkannya alasannya teriak tadi bikin seisi kantin jadi heboh dan jadiin kita pusat perhatian.

"Ooohhh iya gue hampir lupa," katanya menepuk jidatnya sendiri. "Gue ke sini mau kasi tahu lo kalo kita ada guru baru. Pengganti sementaranya ibu Mutia yang lagi cuti melahirkan, guru bahasa inggris kita." Lanjutnya dengan semangat 45. Aku hanya manggut-manggut saja mendengarkannya. "Lo tahu gak, Mik?," tanyanya dan aku menjawabnya dengan menggeleng. "Enggak!," jawabku cuek.

Aku ingin beranjak tapi Dinda menarik tanganku dan kembali terduduk dibangku."Iihhh, Miko. Gue belum selesai ceritanya." Kesalnya padaku. Aku menoleh malas padanya. "Apalagi sih, Din. Gue malas banget tau dengerin gosip lo yang gak penting itu." Aku semakin kesal dengannya. Sebenarnya aku kesal bukan karena dia manggil namaku sambil berteriak dengan suara cemprengnya. Tapi aku kesal dengan Hadi Wijaya yang membuatku pusing hari ini.

"Lo kenapa dari tadi kok marah-marah mulu? Lagi dapet ya?" Tanyanya mengerutkan dahinya. Dinda akhirnya menyadari sikapku yang benar-benar gak mood hari ini.

Aku memutar bola mataku dan menghembuskan sebuah desahan lega. "Hadi??." Tebaknya dan aku mengangguk mengiyakan tebakannya yang tepat.

"Biasalah. Gue dicuekin lagi. Dia lebih mentingin basketnya itu." Kataku mulai curhat dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Dinda mengusap punggungku. "Cuma karena itu?," sebelah alisnya terangkat dengan pandangan menyelidik padaku. "Yasudah kalo lo belum mau cerita ke gue." Dinda seperti mengerti tanpa aku mengatakannya. Dia tidak ingin memaksaku lagi untuk menjelaskan kenapa aku kesal dan bete dengan pacarku yang sok kegantengan itu meski sebenarnya dia memang ganteng.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Kasih di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang