Bagian 4 : La Tahzan,Ukhty

120 19 5
                                    

Mungkin benar kata Gerry. Aku terlalu naif untuk tidak memikirkan Zahra. Karena aku bukanlah yang pantas untuknya.

Aku melirik Gerry, lalu aku berkata," aku tahu, Ger. Dia tak pernah tersentuh oleh siapa pun. Jika kamu ingin bersamanya. Lakukan aku lebih baik menunggu seseorang yang sangat lama aku menunggu dia." aku menghela nafas karena harus seperti ini bukan keinginanku," kamu tahu siapa dia yang selama ini aku menunggu?" lanjutku.

Gerry menangguk, tanda ia tahu siapa yang aku tunggu.

"Zahra lah yang kamu tunggu, Kal."

"Tidak!"

"Pasti, kamu menunggu,Zahra. Cinta kamu tulus kepadanya. Menunggu kamu tulus untuknya. Tetapi apakah rasa takut kamu tentang seorang wanita akan membuat hatimu tenang. Tidak! Melainkan kamu merinduinya." Gerry berkata panjang lebar kepadaku. Aku hanya bisa menepis itu semua. Yang aku lakukan hanya ingin menjaga pandanganku kepada yang bukan halal untukku.

Aku hanya bisa beristighfar. Karena aku tak pantas untuk memikirkan Zahra yang memang aku menyukainya semenjak di masjid Baitul Rahman. Di mana 4 tahun aku menjadi Imam di masjid itu. Kini tak lagi. Karena aku takut menemuinya.

Gerry yang tiba-tiba merangkul pundakku. Berkata dengan sangat lantang tentang hadist Nabi SAW yang mengatakan tentang Cinta dan kasih syang.

Rasulullah Saw, bersabda cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu ( HR. Al- Tarmizi)

Aku mendengar dengan seksama. Aku tak membenci Zahra. Melainkan aku hanya ingin memberikan waktu untuk bisa mengenalnya lebih dekat. Ta'aruf. Mungkin.

Aku hanya termenung kaku, karena Gerry telah memberikanku pencerahan yang teramat bikin hatiku tenang. Memang tentang Cinta tetapi jodoh tak pernah ada yang tahu.

Benci? Bukan jalanku untuk membencinya karena adanya Cinta. Allah-lah yang memberi Cinta. Dialah sang Pencipta yang dengan mudahnya membolak balik hati hambanya yang tak pernah mampu untuk bertahan dengan adanya ujian tiada tara.

Langkah demi langkah kini aku dan Gerry akan menuju ke kampus Gajah Mada, di mana hanya honda Vespa yang selalu menemani hari-hariku.

Namun,Gerry lagi terus bertanya soal Zahra.

"Kal, kamu menyukai, Zahra?"

Aku menggeleng terus melirik Gerry dengan tenang," tidak, Ger."

Derap langkah terhenti saat langkahku akan menuju vespa yang berwarna biru. Aku melihat seorang wanita tengah menangis dengan terngungu. Aku melirik Gerry untuk izin kenapa wanita tersebut.

"Ger, aku temui wanita tersebut. Sepertinya ia sedang bersedih."

Gerry hanya mengangguk. Tanpa di sadari ia tersenyum karena yang Haikal temui itulah yang selama ini Haikal tunggu.

Satu langkah lagi, aku hampir sampai berada di hadapan wanita berniqab. Aku seperti mengenalinya.

"La tahzan, ukty." aku memberanikan diri untuk tidak menyentuhnya."jangan menangis, jika kamu bersedih. Ingat kepada yang di atas. Karena ia ada bersama kamu. Jangan pernah menangis. Saya permisi dulu," lanjutku. Lalu aku pergi begitu saja dari hadapannya.

"Haikal."

Deg...

------

Jangan lupa vote dan komennya guys.
Kenapa Haikal begitu dingin ya kepada wanita?

Dan Haikal sepertinya memendam rasa kepada Zahra. Apakah ia atau tidak. Ikuti kisah mereka guys?

😍😍😍

Ukhty, Kau Kah Makmumku? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang