Bagian 4

52 0 0
                                    

Author POV's

OSPEK

Lautan hitam-putih terlihat di lapangan Universitas Brawijaya. Ialah mereka, sang mahasiswa/i baru.

Arra fokus memperhatikan sang Ketua Panitia, berdiri di atas mimbar, seorang lelaki dengan paras rupawan, tubuhnya tinggi tegap, penampilannya juga bersih.

"Selamat datang dan selamat bergabung kami ucapkan kepada seluruh mahasiswa baru di kampus tercinta kita. Semoga dalam kesempatan yang telah ada pada kali ini benar-benar menjadi niat untuk mencari ilmu dan melakukan proses-proses belajar di dalam Perguruan Tinggi, dan semoga gerak langkah awal ini adalah gerak yang bertujuan untuk melakukan sebuah perubahan yang tentunya akan membawa kita menjadi lebih baik dari yang sebelumnya, mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dan meridhoi kegiatan OSPEK tahun ini." Sambut sang ketua kepada para mahasiswa/i.

Hingga tiba-tiba, pandangan Arra perlahan mengabur. Ia sudah tidak fokus dengan apa yang sang ketua ucapkan.

Tubuhnya mulai lunglai, Arra perlahan kehilangan keseimbangan.

"Eh?!"

BRUK!

Seorang gadis di samping Arra yang tadi berteriak, mulai meminta bantuan kepada para panitia.

"Kak! Tolongin!" Teriak gadis itu.

Salah satu panitia cowok segera menggendong tubuh Arra, membawanya menuju UKS. Gadis yang tadi juga mengikuti langkah Kakak panitia itu.

"Pucat banget," keluh gadis itu.

"Dia sakit apa, dek?" Tanya salah satu Kakak mahasiswi yang menjadi penjaga UKS. Sedangkan Kakak panitia cowok yang menggendong Arra sudah kembali ke lapangan.

"Kurang tahu, Kak. Saya cuma kebetulan baris di sebelah dia." Kakak itu hanya mengangguk, kemudian memeriksa keadaan Arra.

Setelah diberi minyak angin, Arra kemudian membuka matanya.

"Minum dulu, dek." Kakak yang bername-tag Silvi itu memberikan teh hangat untuk Arra minum.

"Udah mendingan?" Arra mengangguk lemah.

"Udah sarapan?" Arra menggeleng pelan. Silvi tersenyum, kemudian memberikan sebungkus roti pada gadis itu.

"Makan dulu ya." Setelahnya, Silvi beranjak meninggalkan brankar Arra.

"Hai," sapa gadis tadi.

Arra sedikit mengernyit, "hai," balas Arra menyapa.

"Kenalin, saya Erna. Kamu?"

"Aku Arra."

"Kamu belum sarapan ya? Mau saya belikan nasi?"

Arra menggeleng pelan, "nggak usah."

Erna tersenyum tipis. "Saya tadi panik lihat kamu pingsan."

"Maaf merepotkan."

"Nggak pa-pa kok, saya senang bisa mengenal kamu."

"Aku juga."

Erna, gadis berambut hitam legam dengan sentuhan kulit kecokelatan, juga memiliki senyum yang manis.

"Sudah mendingan?" Tanya Erna lagi.

"Alhamdulillah. Kamu fakultas Keperawatan juga?"

"Iya."

"Kita satu fakultas dong." Erna hanya tersenyum.

"Silvi~" panggilan itu berasal dari seseorang yang membuka pintu UKS.

Orang itu membuka sampiran yang menutupi brankar Arra.

"Sakit apa, dek?" Tanyanya. Ya, ialah sang ketua panitia yang tadi berdiri di atas mimbar.

Arra tersenyum canggung, "nggak pa-pa kok, Kak. Cuma belum sarapan aja."

Tanpa diduga, ketua panitia yang bernama Reza itu menempelkan punggung tangannya di kening Arra.

"Nggak panas," ucapnya.

"Lekas sehat ya." Kemudian, Reza meninggalkan UKS.

Arra dan Erna hanya mematung tak percaya.

"Itu tadi~ beneran Kak Reza yang datang?"

_____

Kantin. Arra dan Erna tengah menyantap makan siang mereka dengan khidmat.

"Hai." Reza datang lagi, duduk di samping Arra.

Arra menengok. "Hai, Kak."

"Saya nggak disapa, Kak?" Tegur Erna.

"Oh, ada manusia ya?" Ejek Reza. Erna hanya mencebik sebal.

"Kamu udah baikan?" Tanya Reza lagi. Arra mengangguk.

"Bisa Kakak jangan ganggu dia?" Kata Erna jengah.

"Weleh, sirik aja dedeq." Kemudian, Reza beranjak.

"See you Aradilla~" Arra tertegun. Darimana dia tahu nama Arra?

"Kamu kenal sama Kak Reza, Na?" Erna hanya tersenyum, namun di balik senyumnya, Erna menyimpan banyak teka-teki.

_______

Sampai jumpa lagi🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia (bukan) Jodohku [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang