Semula

13 0 0
                                    

Pagi mulai tiba, sang penerang akan muncul dalam waktu. Ayam mulai berkokok, terdengar riuh pada telinga. Aku segera mengangkat tubuhku dari surga ternyaman bagiku kasur.
Setelah bangun kurapikan tempat tidur, dan seperti biasa mandi lalu bergegas sarapan.

"Selamat pagi, cantik...." sapa Mama padaku.
"Selamat pagi kembali, Mah !." kucium kening Mama.
"Arima, hari ini mau berangkat jam berapa ?."
"Seperti biasa aja, Ma. Lagian, Ayah juga gak bakalan nganterin aku soalnya kan kerjaaaaa terus, sibuuuukk terus." sindirku pada Ayah.
"Ahaha, Nak ini demi kehidupanmu sayang."
"Siap, pak Bos."

Bercanda sebelum berangkat sekolah bersama kedua ortu, itu hal biasa bagiku. Tapi berbeda di sekolah. Aku mendadak dingin, tatapanku sinis ke semua orang. Padahal mereka tak berbuat salah padaku. Hingga aku terkenal dengan julukan "Manusia Es."
Yah, julukan itu tak pernah asing di telingaku. Hingga aku bosan mendengarnya.

Saat sekolah, kujalani hari seperti biasanya. Bisik - bisik dari orang yang menatapku keheranan pun sudah biasa kuhadapi. Namun, ada 1 orang yang mendekatiku. Wijaya tepatnya, dia teman sekelasku.
Sepulang sekolah, ia mengejarku.

"Arima !." dia mengejutkanku
"Apa maumu, hah !." kulantangkan suaraku hingga semua orang yang melihatnya terkejut.

Senja & FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang