Luluh seketika

7 0 0
                                    

"Yaelah galak bener sih, maaf ya."
"Ye." sahutku.

Bagiku, kebahagiaanku hanya terletak pada kedua orang tuaku. Jadi, aku masih belum bisa untuk membuka diri pada orang lain.

"Nanti setelah pulang sekolah, free ?."
"Belum tahu deh, ada apa ?."
"Errrr enggak sih, cuma pengen ngajak kulineran gitu."
"Lama nggak ?."
"Ya - ya - ya, belum tahu sih."
"Yaudah, aku ikut tapi jangan lama - lama. Aku sibuk."
"Oke ! Kutunggu di parkiran belakang sekolah ya !."
Aneh ya, aku menanggapi permintaan orang lain ketika dia mengajakku pergi. Ya sudahlah, sudah terlanjur ku iyakan.
Setelah beberapa mata pelajaran yang cukup membosankan, akhirnya bel tanda pulang berbunyi.
**kringg kring kriiinggg**
Semua murid bergegas pulang, termasuk aku. Kuhampiri orang sok kenal sok dekat tadi di parkiran belakang sekolah.

"Hai, putri es."
"Apaan sih ! Ini mau kemana ?."
"Naik dulu, nanti juga tahu tujuannya."

Kami berdua naik mobil, menyusuri berbagai pemandangan alam. Aku takjub, aku pun mulai tersenyum. Dia pun ikut tersenyum melihatku tersenyum, seakan - akan akulah sumber kebahagiannya. Setelah momen itu, kita sampai di sebuah caffe yang tak ramai pengunjungnya karena bisa dilihat dari luarnya terlihat mahal.

"Ayo cari tempat duduk yang pas, untuk menikmati senja kali ini."
"Senja ? Bagaimana dia ? Ah lupakan itu !." perang konflik dalam hati mungilku.

Sepulang dari caffe, dia masih mengajakku untuk pergi ke sebuah bukti agar nuansa dari senja itu sendiri lebih leluasa dinikmati.

Senja & FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang