04. Meet Bad Memories

8 2 0
                                    

































"Kenapa kau masih di sini? Kau belum berangkat? Ini sudah pukul delapan lebih lima belas"

"Lalu?" tanya Arina dengan wajah polosnya.

Lantas Lucas mendorong pelan dahi Arina dengan telunjuknya. "Kau bilang dapat pekerjaan, kenapa tidak segera berangkat?"

"Bosku mengatakan aku bisa datang agak siang" Lucas memicingkan mata.

Sekretaris macam apa itu? –Lucas

"Terserah" pada akhirnya Lucas menyerah untuk mengurusi urusan Arina dan kembali berkutat pada sarapannya.

Untuk beberapa saat suasana kembali sunyi, hanya terdengar dentingan pisau dan botol selai yang menjadi pendamping roti mereka. Hingga Arina mulai membuka percakapan "Kau tidak ke rutan?". Arina mengutarakan pertanyaan yang sedari tadi ia pendam.

"Ah tidak. Kebetulan aku dapat tugas lain, jadi aku harus segera pergi"

"Ah, ya sudah kalau begitu" Arina melengos pelan.

"Ada apa?" Lucas memicing menatap gelagat aneh Arina.

"Aku ingin menemui teman-temanku" Arina menunduk.

"Temui saja kapanpun kau mau" ucap Lucas cepat.

"Ya, Baiklah"

"Aku pergi" Lucas dengan cepat memasukkan lembaran roti selai ke dalam mulutnya dalam sekejap, dan roti itu lenyap tertelan oleh pria tinggi itu.

Segera Lucas meraih jaketnya dan berjalan menuju pintu apartemennya hingga Arina membuka suara, "Pergilah dan tidak usah kembali".

"Brengsek" tanpa meladeni lagi Arina, Lucas segera meninggalkan apartemennya.

Memilih segera melaksanakan tugas pentingnya, yang sebelumnya tentu telah ia rencanakan bersama kepala polisi di rutan tempatnya bekerja.

Lebih-lebih ini adalah pekerjaan yang cukup sulit.

Memang apa yang akan dilakukannya?

🎬

Duk

"Ah" Arina terbentur bahu seorang pria yang berjalan dengan terburu-buru.

Dia ini kenapa? –Arina menatap pria di depannya.

"Kau tidak apa nona?"

"Aku tidak apa, terima kasih" ucap Arina berusaha tidak emosi. Ia sibuk membersihkan bajunya yang agak lusuh tanpa membalas tatapan pria yang menabraknya.

"Eh– Nona Arina?" Arina yang dipanggil mendongak menatap pria yang menabraknya itu.

Mata mereka bertemu, membuat Arina menatap tak percaya.

"Kau?!"

🎬

"Maaf Nona"

"Tidak apa. Lagipula itu sudah lama" mood Arina menurun drastis. Pria itu, yang seharusnya berada di posisi Arina selama empat tahun ini, bukan Arina.

Kalian mengerti kan?

"Aku tidak bermaksud untuk melakukannya, hanya saja–"

"Sudahlah!" Arina merasakan dadanya sesak. Ia tidak ingin menangis. Ia tidak boleh menangis. Meski matanya kini sudah kabur tertutup cairan bening yang terus mendesak keluar. Arina tetap menjaga nafasnya agar teratur.

Secret Behind The Prison [NCT: W.Lucas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang