5

20 2 3
                                    

Malam sudah larut, aku sama sekali belum packing Kania pun belum mengunjungi rumah ku, jadi aku punya alasan untuk tidak mengikuti acara camping.

Ku jatuhkan badanku di atas kasur, sambil menggulir layar ponsel dan saat ku buka WhatsApp, ternyata 5 panggilan tak terjawab dari Kania. Dia pun mengirimkan chatting,

"Lis, kayaknya gue nggak bisa ke rumah lo deh! Soalnya gue harus nyiapin prosedur buat pemberangkatan besok, tapi lo tenang aja gue udah bilang sama orang tua lo mereka seneng banget kalo lo ikut ngecamp. Orang tua lo juga udah transfer ke rekening gue buat beli seluruh kebutuhan lo, pokoknya semuanya beres, jadi lo nggak usah nyiapin apa-apa cemilan, baju,jaket, sepatu dan lain lain udah gue beli buat Lo. Tugas Lo sekarang cuma siapin mental buat besok. Ok" segera ku balas chat dari Kania

"Serius?, Aku kan nggak bakal ikut!" Jawab ku. 5 menit kemudian Kania membalas,

"Oh tidak bisa, gue udah terlanjur daftarin lo, dan konsekuensinya kalau lo sampai nggak jadi ikut, gue pastiin nilai semua mata pelajaran lo kosong" sambil memberi emoticon tertawa puas.

Aku benar-benar kesal, hufttt nasib ku memang tak pernah berakhir baik selalu saja seperti ini, apa boleh buat? aku hanya memukul keningku dan memutuskan untuk tidur.

Matahari sudah naik, ketika aku keluar dari kamar, ibu dan ayah sudah menyambut ku dengan sumringah

"Anak ayah mau camping yah?? Ayah doakan kamu supaya sehat ya nak!" Sambil mengelus rambutku

"Udah yuk, ibu siapin makanan kesukaan kamu" merangkul bahuku lalu menyuruhku menempati meja makan.

Tadinya aku ingin menolak, tapi makanan ini tidak mungkin aku tolak, di atas meja makan tersaji ayam yang dilapisi tepung dengan tambahan telur dadar ekstra hot.

"Wahhh... Ini pasti enak" aku tersenyum dan langsung menyantap semua makanan itu.

Setelah selesai, ayah tiba-tiba mengatakan sesuatu kepada ibu

"Bu, tolong bungkus nasi buat bekal Lisa!" perintah ayah kepada ibu, ibu pun langsung menyiapkannya.

"Buat apa??" Tanya ku cepat.

"Kamu kan mau camping sayang," jawab ayah, aku menundukkan kepalaku tanda aku pasrah

"Seperti nya aku harus benar-benar berangkat! Sial..." Keluhku dalam hati.

"Ayo, ayah antar kamu ke rumah Kania," ajak ayah

"Rumah Kania?" Tanya ku heran

"Iya, kan barang barang kamu ada di Kania, udah ayo kita berangkat nanti telat lagi"

Dengan rasa malas aku mengikuti perintah ayah dan menuju mobil. Di perjalanan aku terlihat lesu dan sama sekali aku tak bersemangat.

"Lisa, ayah akan kasih hadiah apapun kalau kamu bisa mengikuti acara ini dengan khidmat,bagaimana pun kamu harus tahu hidup mandiri itu seperti apa! Kamu harus mengerti tatanan hidup yang sesungguhnya itu bagaimana, dan ayah dan ibu juga tidak akan selamanya ada bersama kamu nak!" Nasihat ayah,

"Ayah bicara apa sih?, Aku nggak butuh apapun aku cuma mau ayah Sama ibu bahagia selalu" sambil menundukan kepala. Ayah hanya tersenyum sambil mengelus kepalaku.

Setelah tiba di rumah Kania aku langsung terkejut karena 2 ransel besar sudah berada di depan gerbang.

"Kenapa Lo??" tanya Kania

"Ii... Ini se..ri..us, ?" Tanyaku gagap

Kania mengangguk sambil memutar tubuhku lalu setelah itu, memaksaku untuk memakai ransel besar itu.

"Ahhh...." aku menjerit karena terjatuh dan tubuhku mungkin tak kuat menahan beban ini,

"Payah lo," ejek Kania seraya mengulurkan tangannya untuk menolongku.

"Ya udah yuk!" ajak ku sembari menghampiri mobil

" Eitsss..." Kania menghalangi jalanku,

"Aduhh ayo ahh, berat tahu," aku mengelak

"Kamu pikir naik gunung itu, bisa paket mobil apa? " terang Kania

Aku terperangah...

"Kamu bilang kan kita camping bukan muncak, gimana sih jadi berubah" sahut ku dengan nada yang cukup tinggi

" Aduhh.... Lisa buat apa kita camping kalo nggak muncak nggak seru tahu! Kamu kalau cuma camping doang mah buat apa jauh-jauh ke guntur," pernyataan Kania membuatku syok

"Gu.. gun.. gun.tur...?? (Dahi ku mengernyit) Gila,  itu jauh banget Kania, emang kita bakal kuat??" Tanyaku

"Lisa, kalau tujuan kamu hari ini cuma mau pindah tidur doang buat apa?? Udah dari sananya camping itu selalu diiringi sama muncak.." ucap Kania dengan sedikit marah

"Ya udah, aku nggak jadi ikut!" Jawab ku dengan polos

"Terserah lo, tungguin tuh surat " ucap Kania dengan kesal

"Surat apa??" Tanya ku bingung

"Su.. rat S..P" suara nya di arahkan langsung ke arah telingaku

Aku mengibas mukanya,

"Hah.." Aku memukul jidat, dan terpaksa ikut.

"Udah ayo" ajak Kania

"Naik mobil aja yah??"aku mencoba membujuknya

"Tapi cuma sampai terminal bis aja yah" sambil mengarahkan telunjuknya ke depan wajahku. Aku pun sontak mengangguk.

Saat tiba di terminal bis aku dan Kania seraya meminta do'a kepada ayah. Ayah memutuskan untuk langsung pulang setelah aku pamit dan turun dari mobil.

"Kan? Nggak akan terjadi apa-apa kan???" Tanya ku diiringi rasa gemetar

"Lisa, Lo tenang aja! Ada gue disini," mengepuk pundak ku sambil tersenyum.

30 menit berlalu, aku mulai jenuh karena aku dan Kania sama sekali belum berangkat,

"Kan masih lama yah bis nya??" Tanya ku

"Emmm, bentar lagi yah" jawab Kania

"Nungguin apa sih?? Tanya ku kembali

"2 orang lagi," jawab Kania

Aku mengangguk, tak lama kemudian awan mulai mendung seperti nya akan turun hujan. Aku dan Kania memutuskan untuk mencari tempat berteduh. Hujan mulai turun, terlihat 2 orang pria masing masing mengendarai sepeda motor nya menghampiri aku dan Kania.

"Hey..." Sapa Kania

Salah satu dari mereka membuka helm sambil berkata,

"Kan, maaf yah tadi ada sedikit kendala"lalu berteduh

"Iya nggak papa!", Jawab Kania

"Ehh sini! Hujan" ucap pria itu kepada temannya. Temannya mulai menghampiri sambil membuka helm miliknya. Aku terkejut dengan kenyataan ini kalau sebenarnya pria itu dia, yah dia yang beberapa hari ini memenuhi pikiranku, pria itu tampak kedinginan selepas melepas helm ia pun mengacak-acak rambutnya yang berantakan dan aku suka. Tak sedikitpun ku alihkan pandanganku padanya, hujan ini menjadi saksi rasa ku semakin menggebu hati ku tak tergoncang hujan angin sekalipun tak akan bisa menenggelamkan rasa ini. Pria itu menatap ke arahku aku sontak mengalihkan pandanganku.

"Ya udah paksain berangkat aja yuk! Percuma hujan gini nggak akan reda" ucap pria itu

"Iya juga sih, ya udah biar gue sama Fatir dan Lo Sama Lisa yah??" Ucap Kania

Aku benar benar tak mengetahui nama pria pengisi hati ku ini yang aku tahu dia yang selalu menjadi bayang-bayang ku selama ini, aku tak menyangka aku akan duduk berdua di tengah pekatnya malam dengan disertai tetesan air hujan.

Tunggu kelanjutan kisahnya yah, hhi jangan lupa kritik and saran

something is youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang