Rendra?

10 1 0
                                    

Laki-laki itu ternyata menuntun Aira kesebuah bangku yang tak jauh dari TKP di pinggiran jalan . Tidak ada kata yang keluar dari mulut nya. Tidak dengan Aira yang terus mengomel walau terus diabaikan.

Cowok itu mengeluarkan sebuah hansaplas dari dalam tas nya. Memang sih lutut kiri Aira kini mengeluarkan banyak begitu darah, belum sempat cowok itu ingin menempelkan, Aira langsung merebut dari tangannya.

"Sini! Biar gue pasang sendiri. Gue bukan cewek manja tau'."

Laki-laki itu hanya diam dan menurut saja. Setelah selesai Aira bangkit berdiri dan seperti tak terjadi apa-apa pada lututnya.

"Ok. Thanks ya. Kalo Lo butuh bantuan gue. Lo bisa samperin di sekolah gue. SMA sono nooh," tunjuk Aira yang memang tak jauh dari gerbong sekolahnya.

Laki-laki itu seperti tersenyum mengejek pada Aira.
"So' lo."

"Eeh, gue pikir Lo bisu. Ternyata enggak. Aah, sudahlah! Gue nggak mau berdebat." Dia yang memulai, dia juga yang mengakhiri. Aira pun menuju sepeda nya dan mulai menanjakkan pedal sepeda.

°
°

===
Beruntung bagi Aira. Saat dirinya memasuki gerbang sekolah. Bel masuk berbunyi, ia pun memarkirkan sepeda mini nya dengan tampang tidak malu-malu.

Saat Aira mulai berjalan ingin menuju kelas, seseorang merangkulnya dengan tiba-tiba.

"Wooy. Nggak mimpi kan gue."

"Iihh, apa an siih Mon. Gaje deh Lo."

"Elo tuh yang ga jelas. Seorang Aira. Kesekolah naik sepeda, apa kata dunia."

Aira hanya memutar kedua bola mata bosan. Sempat terpikir dipikirannya, mengapa Mona bisa tau. Mungkin mereka  datang bersamaan kesekolah.
Aira memang orang yang tak melihat orang-orang sekeliling, bahkan laki-laki yang bertemu dengannya barusan juga memarkir motor nya. Namun Aira tak menyadari.




****
Empat jam pelajaran sudah seluruh siswa menghabiskan belajar. Bel istirahat pun berbunyi, Aira yang tadi bersama kedua temannya menuju kantin, ia pamit sebentar ke toilet. Mona dan Riana pun duluan menuju kantin.

Setelah selesai, Aira pun keluar toilet dan tiba-tiba seseorang menarik tangannya.

"Julian," ucap Aira sedikit terkejut. "Mau dibawa kemana nih gue?!" Senyumannya mengembang ketika pegangan Julian semakin erat. Julian hanya diam, Julian semakin melaju langkahnya dengan sedikit perasaan kesal.

"Jangan tarik-tarik gini dong!" Aira melepas pegangan Julian. Ia kemudian merangkul lengan Julian. "Kayak gini aja."

"Ciih." Julian berdecih sambil melepas kasar rangkulan Aira. Serasa pas tempat yang ia tuju, sunyi senyap, Julian pun mulai membuka suara.
"Kenapa lo sakitin Dina!"

Ada rasa kesal di hati Aira mendengar kata Dina di telinga.
"Karena gue suka lo! Kenapa? Kalian udah putus. Yes, bagus deh!"

"Lo gila ya! Sampai kapan pun gue nggak akan pernah suka sama lo. Dan satu lagi, Dina itu sepupu gue. Jadi, jangan pernah harap lo dapat permintaan maaf dari gue!"

"Oops. Jadi Dina itu sepupu lo! Bukan pacar lo. Sorry deh!"

Julian meremas frustasi rambutnya sendiri mendengar jawaban dari cewek di depannya ini.
"Cih! Cewek gila," ucapnya kasar sambil pergi meninggalkan Aira seorang diri.

"IYA! GUE CINTA GILA SAMA LO!"

Julian hanya menggelengkan kepala mendengarnya sambil mengacungkan jari tengah tanpa menoleh kebelakang.

Aira malah terkikik geli.

Dan ternyata, tanpa sepengatahuan mereka. Di balik tembok yang berada di belakang Aira ada seseorang tak sengaja mendengar percakapan mereka. Laki-laki itu menjatuhkan puting rokok dan menginjaknya hingga padam. Ia pun mulai berjalan, berjalan menuju arah Aira. Cewek itu bicara sendiri, entah apa yang ia bicarakan. Namun, ada terdengar sedikit kata ia terus menyebut-nyebut nama Julian.
Saat sudah dekat, tanpa aba-aba Aira berbalik 45 derajat dengan tiba-tiba hingga ia menabrak dada bidang laki-laki itu.

"Aduh! Kalau jalan itu bisa liat-liat nggak," kesal Aira memusut jidat. Orang itu hanya diam, Aira pun mendongak meminta jawaban. "Eh ... bukanya elo yang nolongin gue tadi pagi. Lo ternyata sekolah disini juga!"

Laki-laki itu tersenyum,
"Kayaknya Lo baru tau ya gue sekolah disini!"

"Yaaa. Emmm. Gini ya, eh siapa sih nama Lo?! Rendra ya," kata Aira ketika membaca nama Yang tertera di atas saku cowok itu. "Gue itu emang nggak menghiraukan sekeliling, kecuali kedua temanku dan Julian. Hihi. Tapi, kalo Lo mau jadi teman gue gue bersedia, kok." Aira mengangkat sebelah tangannya mengajak bersalaman. Bukan nya disambut atau pun menjawab, Rendra malah mendekatkan wajah nya. Tatapan Rendra yang dalam membuat gadis galak ini seperti mati kutu, ingin bicara saja susah, "L-lo mau apa hah. Jangan macam-macam Lo. Ini sekolah tau. Kal-"

"Gue-pengen nya-jadi pacar Lo!"

Deg deg deg

Baru kali ini Aira merasakan ditembak seorang laki-laki.
Baru kali ini Aira merasakan debaran seperti ini.

Ya tuhaan. Kenapa nih orang?!

Bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Obsesi AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang