Riddle #7

299 20 4
                                    

[THE MAID]

Seorang pria sedang dalam perjalanan dinas ke luar kota ketika ia memutuskan untuk menghubungi istrinya di rumah lewat telepon. Ia terkejut ketika mendengar suara wanita yang tidak dikenalnya di telepon.

“Siapa kau?” tanya sang suami.

“Saya pembantu yang bekerja di rumah ini.” jawabnya.

“Kami tak punya pembantu di rumah kami.” kata sang suami dengan curiga.

“Saya baru saja mulai bekerja hari ini. Nyonya rumah yang memperkerjakan saya.”

“Dapatkah kamu memberikan telepon ini pada istriku?” pria itu semakin curiga.

“Beliau sedang beristirahat di kamarnya sekarang,” sang pembantu terdiam sebentar sebelum akhirnya ia melanjutkannya perkataannya kembali, “Saya pikir pria yang berada bersamanya di kamar tidur itu suaminya ...”

“Apa?!” sang suami terkejut. Sebuah akal kemudian muncul di kepalanya, “Apa kau mau uang 50 juta?”

“Apa yang anda inginkan untuk saya lakukan?” ia terdengar ragu-ragu, namun uang 50 juta terdengar sangat banyak untuknya.

“Ada pistol di laci meja telepon. Seharusnya pistol itu sudah terisi. Aku ingin kamu naik ke atas dan menembak mereka. Mengerti?”

“Ba...baik. Saya akan mencobanya.”

Sang pembantu pergi tanpa menutup teleponnya. Sang suami bisa mendengarnya menarik laci, melangkah naik ke atas, dan kemudian terdengar samar dua suara letusan tembakan sebelum akhirnya terdengar langkah kaki mendekat ke arah telepon.

“Halo?” tanya sang pembantu. Sang pria tersenyum dengan puas.

“Kau bekerja dengan sangat bagus. Jauh lebih bagus daripada dugaanku.”

“Terima kasih. Apa yang harus saya lakukan dengan jenazah mereka?”

“Pertanyaan bagus. Tenggelamkan saja mereka di kolam renang.”

“Kolam renang? Kolam renang yang mana? Rumah intak pistolnya sama kayak dirumahnya.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°


[AFTER RETURNING HOME]

Ketika aku tiba di rumah sepulang sekolah, tidak ada seorangpun di sana. Ayah dan ibuku masih belum pulang. Seperti biasa, setelah mengunci pintu, akupun pergi ke kamarku. Aku kemudian menutup pintu dan berganti baju di dalam kamar. Saat hendak membuka pintu, aku terkejut. Pintu kamarku tak mau membuka.

Seolah-olah ada yang memeganginya dari luar.

Aku tak mengunci kamarku, jadi seharusnya pintu itu terbuka dengan mudah. Mungkin saja pintuku rusak, namun pikiran bahwa “ada seseorang menahan pintuku dari luar” membuatku takut.

Untunglah kamarku terletak di lantai satu dan sambil membawa telepon genggam, akupun keluar dari jendela. Saat aku berada di luar, beruntung aku bertemu ibuku yang baru saja tiba di depan rumah.

“Ibu ... pintu kamarku ...mungkin ada orang...” aku berkata dengan terbata-bata karena masih ketakutan.

Namun ibuku justru tertawa. Ia tak mempercayaiku. Kamipun masuk dan ibu mencoba membuka pintu kamarku. Ternyata pintu itu terbuka dengan sangat mudah.

“Lihat, bisa kan? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Rumah ini sudah tua, jadi wajar kalo pintu ini sudah rusak.”

Akupun masuk dan ibuku meninggalkan rumah sambil tertawa. Dengan perasaan malu, aku membuka kunci jendela dan menatap ke luar. Angin berhembus di wajahku dan aku mulai tertawa. Ah, mana mungkin ada orang mesum masuk ke kamarku? Hari masih siang bolong begini.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

[MURDER]

Hari ini aku mengundang temanku, A, untuk bermain game di rumah. A dan aku bermain game hingga larut malam. Akhirnya kami lelah dan memutuskan menonton televisi. Malam itu sangat membosankan karena semua acara prime time sudah habis dan yang tertinggal hanyalah acara berita. Namun ada satu berita yang menarik perhatianku,

“Pagi ini di Chiyoda terjadi sebuah kasus pembunuhan misterius. Korbannya adalah seorang guru karate dan tubuhnya ditemukan terpotong-potong. Perlu diingat bahwa senjata pembunuhnya belum ditemukan jadi sangat sulit bagi polisi untuk melacak pelaku sebenarnya ..”

“Wah seram sekali. Bukankah tempat tinggalmu di Chiyoda? Berhati-hatilah!” kataku pada A.

A hanya tertawa, “Hahaha, menakutkan sekali, ada pembunuh berantai berkeliaran ...”

“Aku serius. Mungkin ia mengincar jago bela diri. Bukankah kau juga ahli judo?”

“Ya...ya...ya...justru karena aku ahli judo, aku bisa membela diri kalau bertemu dengannya. Eh, hari sudah malam, aku pulang saja.”

“Hei, menginap saja di sini! Bahaya kalau kau pulang malam-malam!”

“Hahaha....aku sama sekali tak takut dengan pembunuh yang berkeliaran membawa pisau dapur. Bye!”

Aku mengantar A ke pintu dan begitu ia pulang, aku gemetar ketakutan.

RIDDLE & URBAND LEGENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang