Prolog

70 13 7
                                    

Hy...
Nama ku ADIBA FATIMAH, temanku sering memanggil ku Diba, sekarang aku bersekolah di SMA JAYA MAJU Jakarta, aku ingin bercerita tentang perjalanan cinta ku yang rumit,yang dimulai dari masa SMP.

Dimasa ini lah aku mulai mengenal apa itu yg di namakan cinta, di saat itu ada dua orang pria yg suka padaku yg aku sendiri tidak tau namanya, dan aneh nya mereka itu berteman dan rumah mereka berdekatan.

Saat jam istirahat mereka selalu bermain bersama dan akan selalu berkunjug ke kelas ku hanya sekedar mencari perhatian. Dan diantara dua orang itu hanya satu yg bertahan terus memperjuangkan ku, Nama nyaa Azam Pratama.

Di mata ku dia lumayan sempurna, dan aku berpikir apa yg di perjuangkan nya dari seorang gadis sederhana seperti ku ini.

Sehubung rumah ku dekat dengan sekolah ku, aku dan teman-temanku memilih berjalan kaki ke sekolah.

Di saat pulang sekolah ada rombonggan Azam di depan ku, mereka tertawa renyah dan terlihat sangat bahagia, sehubung tingkat kepo ku terlalu tinggi aku  menyimak pembicaraan mereka.

"Eh ada mertua loe tu zam, samperin aja langsung minta restu buat nikah sama Adiba" celetuk Afandi yg merupakan sepupuku.

Karna mendengar mereka menyebut nama ku, aku langsung memberi kode batuk bahwa orang yg di gunjingkan nya ada di belakang mereka.

"Wkwkwk ada orang nyaa,,pantasan dia ngode batuk-batuk, mungkin supaya di percepat prosesi lamaran nyaa kalii.."ujar Revan yg di iringin gelak tawa yg lainnya.

Aku tidak menghiraukan perkataan mereka, aku langsung masuk ke perkarangan rumah dan menyuruh teman akrab ku untuk masuk ke rumah ku.

"Eh Diba kok cuman Fira  dan Via yg di suruh masuk??Azam nya nggak??" Ledek Revan  kepadaku.

"Emang dia siapa??"ujar ku sambil menaikkan satu alis  mata ku.

"Kan dia bentar lagi jadi pacar loe, ya kan zam"ledek Afandi sambil menyenggol bahu Azam.

Azam hanya senyum malu-malu tanpa menoleh ke arah ku, kata temannya dia orang nya pemalu.

*****
Sepulang sekolah setelah membersihkan rumah, aku pergi ke rumah Fira, karena Fira meminta ku untuk mengajarinya membuat prakarya bunga kristal, setelah sampai di rumah fira aku terkejut melihat ada Azam di sana.

Otak ku pun mulai bertanya-tanya, apakah ini suatu jebakan dari mereka sebagai mak comblang?.

Aku pun masuk ke dalam rumah Fira, ternyata sudah banyak temanya yg asik merangkai bunga, dan aku baru menyadari ternyata Azam satu kelompok dengan Fira, betapa malu nya aku menyadari itu, dan membuat ku senyum-senyum sendiri.

"Woiii...."teriak Fira di pangkal telinga ku.

Aku pun terkejut hingga refleks berdiri saking kagetnya.

"Firaa....jangan teriak-teriak,kuping gue mau pecah nih gara-gara loe" ujarku yg sambil mngusap kupingku yg terasa berdering.

"Ya lagian salah siapa senyum-senyum sendiri" ujar Fira tak terima.

"Emang kalau senyum harus bagi-bagi ya?"ledek ku yg tak kalah sengit nya.

Teman-teman Fira pun tertawa mendengar perkataan ku.

"Fir...gue pulang duluan yaa, jadwal tahfizh gue kan hari ini"

"Sama siapa loe pergi tahfizh?"

"Sama kk Nadya lah masak sendiri"

"Kirain sendiri, kan hidup loe udah terbiasa sendiri" ledek Fira dengan kedipan mata yg dibuat-buatnya.

"Zam...anterin tu Diba, emang loe rela dia di ganggu cowok lain?"ledek Afandi sambil menyenggol lengan Azam.

Afandi sudah seperti komando yg perintah nya langsung dilaksanakan oleh Azam.

"Eh nggak usah, lagian aku sama kakak kok, nggak sendiri" tolak ku halus karna nggak enak. Dan aku pun lansung berlari pergi tanpa menunggu jawabannya.

****
Di  luar pemikiran ku, Azam bersama temannya mengekori ku dari belakang. Aku sudah seperti tuan putri/ ratu yg diawasi oleh para pasukannya. Wajah ku mulai memerah dan jantung ku jingkrak-jingkrak  ingin melompat keluar.

Saat aku keluar dari Rumah tahfizh untuk mencari udara segar karna lelah menghafal, aku melihat ada Azam  yg asik main sepeda dengan temannya di perkarangan rumah tahfizh. Wajahnya yg tampan membuat ku tertegun dan terus menatapnya dari depan pintu, ia pun menoleh ke arah ku sambil tersenyum simpul yg membuat jantungku bekerja lebih cepat.

Karna ketahuan memerhatikan gerak gerik nya aku pun langsung kabur masuk ke dalam untuk menambah hafalan ku.

Setelah selesai menyetor hafalan aku dan santri yg lainnya berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Aku pun mulai berjalan bersama santri yg rumah nya searah dengan ku.

Ketika aku melihat ke belakang, ternyata masih ada Azam yg setia menjadi penggawal ku.

"Ciee...tuan putri lagi dikawal tuh ama pangeran, takut bener diambil orang" ledek kk Nadya, dan wajah ku langsung memerah seperti kepiting rebus yg siap di santap saat cuaca dingin.

Jantungku bedebar tak karuan dan detak nya yg tak bisa ku kendalikan, senang sekali rasa nya di perlakukan manis seperti ini. Mungkin  hari ini aku orang yg paling bahagia jika ada timbangan pengukur kebahagiaan.

Saat sampai tepat di depan rumah ku, aku memutar tubuhku mencari sosok Azam, dan dia masih setia memgawal ku, aku pun berlari masuk ke rumah ku, dan mengintip dari jendela, setelah memastikan ku sampai di rumah Azam dan teman- teman nya pun pulang ke rumah nya.

Aku tersenyum lebar melihat cara nya memperlakukan ku seperti ratu, yg tak ingin aku di goda oleh laki-laki lain. Yg mengawasi ku serta setia menunggu ku hingga selesai tahfizh dan megekori ku dari belakang.

-
-
-
-
-
-
-
-
-

Gimana cerita nya guys??aku butuh saran kalian, jangan lupa vote and coment yaa, maaf klw ada typo dan kata" yg nggak enak di baca. Terus ikutin cerita nya yaa❤ byee👋
😍😍😍😍😗😗😘😘




Mungkin Sudah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang