Creditis 1

38 8 1
                                    

Special tag melgraphic

Lonceng besar berbunyi di puncak perbukitan Athena. Matahari sudah terasa di puncak kepala. Remaja berusia 13 tahun ke atas berkumpul di bawah bangunan abu-abu dengan empat tiang besar.

Salah satunya adalah Cesyora.

"Cepat, duduk!" seru salah satu pemimpin prajurit yang mengawasi acara ini. Wajahnya terlihat sangat marah, membuat siapa pun hanya mampu menunduk.

Cesyora salah satunya. Anak dari seoeang budak bernama Jorana. Gadis berambut kuning panjang dan pakaian khas negara latin melekat dengan sangat pas. Namun, ia tak bahagia sungguh.

"Hai, kau terlihat sangat cantik," ujar seorang perempuan di sebelahnya. Rambutnya dipotong pendek, senyumnya manis, dengan mata cokelat dan juga satu daun zaitun melekat di puncak kiri kepalanya. "Aku Pienna. Namamu?"

"Aku Cesyora." Cesyora mengarahkan sedikit kepalanya, berharap komunikasi ini tidak akan membuatnya tegang selama ujian.

"Jadi, hal pertama yang harus kalian lakukan adalah uji kecantikan. Cobalah untuk berjalan selama 25 meter dengan lima loyang. Ingat, satu jatuh, satu cambukan, benar?" seru seorang pemimpin bernama Aleksander.

Hanya batas 20 tahun-lah yang diperbolehkan di sini. Karena mereka mencari sosok perawan di usia ini untuk disembahkan. Dan oleh sebab itu,  budak-budak tak boleh menikah seenaknya.

"Aku rasa ujiannya di luar batas kemampuanku," desis seorang gadis di belakang Cesyora. Suaranya terdengar melemah, seperti anak kecil yang kehilangan harapan hidup.

Cesyora sesekali memandangi anak-anak lain yang terlihat sangat cantik hari ini. Ya, anak helot atau tepatnya sosok yang jadi helot pula ini tak kusam lagi dengan tatanan bak Dewi Aphrodit. Sang dewi kecantikan.

Tangan Pienna tiba-tiba menelusur di jemari Cesyora. Ah, Cesyora sadar, gadis ini adalah gadis pemberani, dilihat dari tampilannya. Ia bahkan lolos tanpa luka sekalipun tahun lalu.

"Jangan takut, jiwa yang suci tak akan pernah mati."

Gadis itu sukses melelehkan hati Cesyora. Ia juga yakin, jika suatu hari dunia bawah adalah tujuan terakhirnya, ia akan tetap bahagia. Tak ada kata mati untuk hati baiknya.

"Terima kasih, kenyataannya, kau adalah helot terbaik yang pernah ada."

"Helot terbaik dari penilaianmu pun bisa juga menjadi helot paling menderita di Yunani ini. Tetap hidup, ya!"

"Tentu saja," desis Cesyora dan mengangguk kecil.

Kini, giliran Cesyora yang berdiri dengan barisan mendatar berjumlah 14 anak. Mereka diberi loyang-loyang besi yang berat oleh pengawalnya.

Meskipun begitu, tak pernah ada pembicaraan di antara ini. Mereka lebih suka memperhatikan risiko ketidakfokusan dibanding berlaku tidak senonoh. Salah satunya kesalahan yang nantinya akan berpusat padanya.

"Baik, sekarang!"

Cesyora pun berjalan dengan telapak kaki kosong di atas pasir panas. Perih untuknya hanya satu langkah. Matanya menatap suatu hamparan tandus dengan kereta, seperti bentuk labu tetapi sudah tidak terpakai lagi dengan bayangan bahwa dulunya itu merupakan benda yang berkesan.

CreditisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang