Kita dan Ujung Kisah

1.4K 158 24
                                    

"Kak, maaf."

"Untuk apa? Memangnya kau melakukan apa?"

Aku menghela napas berat mati-matian menahan tangis. "Semuanya berantakan karena aku."

Kak Suwon tersenyum teduh. Dia mengacak rambutku gemas. "Segala sesuatunya terjadi pasti ada alasannya, Sehun. Ada hal lebih baik yang muncul setelahnya."

Aku menggeleng cepat, menolak tegas persepsi Kak Suwon. "Jika saja aku tidak cemburu; kecelakaan itu tidak akan terjadi. Kak Irene juga tidak akan keguguran."

"Tidak ada gunanya menyesal, toh, kau masih bisa membayar semuanya dengan kebaikan."

Aku tidak mengerti mengapa Kak Suwon tetap bisa tersenyum setelah semua hal buruk terjadi padanya. Dia menoleh padaku; memandangiku dengan irisnya yang berwarna putih. Kendati begitu, dia masih rupawan dan terlihat memikat.

"Kau masih bisa melihat dunia. Lakukan hal baik. Jangan menyusahkan Ibu lagi. Berhentilah merokok." Kak Suwon menyentil dahiku pelan. Biasanya aku akan marah jika diperlakukan seperti itu, tapi kali ini aku justru tersenyum konyol.

"Apa aku akan dibenci setelah ini?"

"Tentu, tidak. Kenapa mereka membencimu?"

"Aku ini pemuda yang jahat. Aku tidak pantas dikasihi lagi."

"Sehun, jangan berpikir seperti itu. Kau masih punya waktu untuk memperbaiki setiap kesalahan yang kau buat."

Aku tersenyum kecut. "Kau harusnya pulang, Kak. Hanya kau yang akan membela aku."

"Hei, meski aku kangen pada kalian semua mana mungkin aku pulang. Sudahlah, jangan mengacau."

"Tapi, Kak!"

"Aku harus pergi. Cepatlah kembali dan minta maaf pada semuanya!"

Kak Suwon berlari dengan cepat saat seorang gadis muncul di ujung jalan.

"Akhirnya kau siuman."

Suara itulah yang pertama kali menyambutku saat kedua kelopak mataku terangkat.

"Kak Irene..." lirihku pelan. Aku jadi ingat cara lidahku memanggil gadis itu dengan sebutan seperti itu. Ingatanku kembali meski seharusnya itu lebih baik kulupakan karena terlalu perih untuk diingat.

"Maafkan aku..."

Kak Irene terkejut saat melihat aku tiba-tiba menangis. Aku menangis keras dan terus-menerus menggumamkan kata maaf.

"Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja." Kak Irene berucap lembut. Dia mengusap-usap lenganku pelan.

"Karena aku Kak Suwon pergi, anak kalian juga--"

"Sehun, tolong jangan ungkit lagi masalah itu. Kita harus ikhlas," ujar Kak Irene dengan suara sedikit bergetar.

"Kau pasti membenciku. Aku sudah menghancurkan kebahagiaanmu."

Irene menggeleng pelan. "Kau tidak boleh begitu. Hidup bahagialah, Sehun."

"Apa maksud Kakak--"

"Putraku, akhirnya kau siuman! Panggil dokter cepat!"

Aku kebingungan saat Ayah dan Ibu mendadak muncul dan terkaget-kaget dengan diriku. Ibu mengusap-usap wajahku yang basah dengan sayang.

"Kau lagi-lagi menangis. Selama koma kau juga menangis," ujar Ibu dengan mata berkaca-kaca.

Aku kembali mencari sosok Kak Irene yang tiba-tiba tidak berada lagi di sana.

"Ke mana perginya, Kak Irene? Tadi dia berada di sini."

Ibu memandangku heran, matanya mengerjap beberapa kali. "Irene siapa? Kau pasti masih berhalusinasi karena kecelakaan itu, Seojun-ah."

Tunggu, apa? Seojun? Aku ini, Sehun! Apa yang terjadi di sini?!

"Aku bukan Seojun! Aku ini Sehun!"

Setelah aku berteriak dokter datang bersama Ayah. Ibu segera memberitahu dokter bahwa aku berhalusinasi dan menyebut nama orang lain sebagai namaku. Memang itu kenyataannya! Aku tidak berhalusinasi!

"Kecelakaan itu pasti membuat ingatannya terdistorsi. Dia mengira dirinya adalah orang yang berbeda. Ini sangat jarang terjadi."

Ayah dan Ibu serentak memandangku. Apa mereka lupa nama anaknya sendiri? Siapa yang amnesia sebenarnya?!

Ibu tiba-tiba menangis. Ayah segera memberinya pelukan guna menyokong tubuh Ibu yang terlihat rapuh.

Aku sungguh bingung dengan situasi macam apa yang sedang terjadi di sini. Sebenarnya, aku ini siapa? Dan semua kejadian itu apa? Hanya mimpi? ⏤

inspired by: The Light in Your Eyes.

Sebenarnya ini niatnya bikin cerita menye-menye galau gitu. Tapi entah kenapa jadi belok kaya gini. Penyakitnya juga sedikit mengarang. But, i wish you love this one!

HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang