Setelah mendengar ucapan Erik, semua orang di ruang makan itu pun tertawa. Karena mereka tau bagaimana kerasnya orangtuaku melarangku untuk pacaran.
* * * *
"What? gitu doang ending percakapan itu? " kini Leond yang angkat bicara.
"Iya" Jawabku santai.
"What the hell" Risa pun mengumpat.
"Kita kira bakal ada apa gitu, tau-taunya cuma ditanggepin ketawa" lanjut Risa.
"Kalian taulah waktu itu gimana kerasnya orangtuaku ngelarang aku pacaran, apalagi udah dekat-dekat PKL"
"Terus hubungan kamu sama Erik gimana? Kok bisa sampe pacaraan?" tanya Leond lagi.
"Yaa semenjak hari itu kita jadi akrab lagi sih setelah sekian lama hilang kabar. Kita jadi makin sering chattan, kebetulan dia punya banyak urusan didaerah tempat aku tinggal, ngurusin pasport, ngurusin visa, les bahasa Inggris, kan dia bego banget sama bahasa asing, jadi dia sering berkunjung kerumahku, kita sering jalan-jalan bareng, kadang dia juga nginep dirumahku." jelasku udah kayak ngitung luas persegi. Panjang x lebar.
"Ngapain dia ngurusin pasport, visa. Trus ngapain dia les bahasa Inggris? Jelasin yang jelas dong Fan." muncullah versi rempongnya Risa.
"Ya untuk lanjutin kuliahnya di Luar negerilah. Diakan waktu itu bakal lanjutin kuliah sesuai permintaan bokapnya" jawabku lagi.
"What? Tapi waktu itu kalian belom pacarankan? " Tanya Leond.
"Iya. Belum"
"Terus? Kenapa dia bisa mau kuliah? " kini giliran Risa yang bertanya.
"Ya, nggak taulah" Jawabku lagi.
"Apaan sih. Nggak jelas banget. Terus, gimana kalian bisa pacaran? " Tanya leond lagi.
* * * *
Pergi ke Timezone pas weekday memang yang terbaik. Dan yang lebih terbaik lagi adalah, hari ini aku bolos sekolah. Besok auto die kan ya.
Seorang Fani bolos? Ke Timezone pas jam sekolah? bukannya excited kayak biasanya, sekarang malah gugup.
Untung ada jaket sih Erik dan aku lagi pake baju jurusan, kalo gak pasti kentara banget nih anak sekolah bolos.
Kami sekarang sedang berada disalah satu mall dikota ini. Ya, aku lagi bareng si Erik. Dan Erik adalah alasan aku telat hari ini.
Tadi pagi, karena papaku udah duluan berangkat kerja dan kebetulan si Erik lagi nginap dirumah, jadi mamaku suruh bangunin Erik untuk ngantar aku kesekolah. Tapi karena kebo-nya si Erik, he makes me to be late for 20 minutes. And then, pas udah sampai di Sekolah, gerbangnya udah ditutup. Dan tampa dosanya si Erik ngajak aku ketempat ini.
"Udah gak usah ditekuk gitu kali mukanya, gak cantik" Erik pun membuka suara.
"Bodo amat sama cantik. Gak bisa pacaran juga"
"Makanya adik, harusnya tadi kamu dengerin pas aku nyuruh panjat tembok ajah, katanya pas SMP Ratu bolos, sekarang udah pensiun neng? "
"Pas SMP kan masih gak mikir masa depan, Erik. Sekarang, nilai kurang dikit ajah bikin aku gak diterima di PTN impian aku. Emang kayak kamu yang masa depannya abu-abu? Lagi pula sekarang aku lagi make baju jurusan, udah roknya seksi dan ketat kek gini. Yang ada pas kamu bantuin, kamu malah ngintip lagi. Kalo lagi pake baju putih abu mah tampa kamu suruh udah aku panjat tu tembok. " Omelku panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wait or Leave
Teen Fiction"Tunggu aku ya" Katanya sambil memegang tanganku sebelum aku pergi. "Hey. Yang bakalan pergikan aku, yang sekarang mau ninggalin kamu itu aku. Aku pergi gak lama kok. Trus kok malah kamu yang nyuruh aku nunggu sih" Dia hanya menampakkan senyum manis...