Ariena : 05

15 5 1
                                    

Nadine menyuruh anaknya pulang kerumah ayahnya hari ini. Sebenarnya Ariena malas bertemu dengan Fely, ayah, dan ibu tirinya itu. Tapi karena mamahnya yang menyuruh ia menurut.

"Iya mas makasih banyak loh." Ucap Felicya kepada Azril.

Felicya melihat Ariena yang sudah pulang dari kampusnya. "Hei Arin. Kamu mau kemana?"

"Mau ke kamar." Fely mengengam tangan Arin supaya tidak lari.

"Sayang, sekarang kamu langsung ngomongin aja tentang penyakit ayah kamu ke dia." Ucap Azril pelan terhadap Fely.

"Gimana aku ngomongnya. Aku takut dia malah ga peduli. Tau sendiri anaknya keras kepala. Kamu aja coba yang bilang." Bisik Fely.

"Sayang kamu kan udah dianggep saudara kandungnya kan. Ya kamu berhak lah, masa aku yang ga ada ikatan apa-apa sama dia."

"Fely udah ga ada kepentingan lagi kan?"

"Aduh sini dulu dong. Aku pengen curcol sama kamu. Kita kan udah lama ga curcol."

"Hehe iya kenapa Fel?" Sebenarnya Arin sangat malas berada di kawasan ini.

"Mas Azril abis ngasih aku cincin. Bagus ga sih menurutmu?"

"Bagus banget. Hm aku bau asem nih, aku mandi dulu ya."

"Eh Arin tunggu aku belum selesai cerita."

"Udahlah sayang, mungkin dia lelah."

-o0o-

Ariena merasa dirinya saat ini sangat ngedown. Untuk memendam amarahnya ia menendang dan memukuli sand-sack sangat kencang. Sampai ia terjatuh dan akhirnya mengeluarkan air mata.

"Arin lu kenapa sih?" Tanya Ghina. Ariena pun malah lanjut menangis.

"Kenapa lagi astaga?" Dan sekarang bukannya cerita malah membisu.

"Azril lagi ya. Yaampun dia aja udah bisa ngelepas lu rin. Buktinya, dia sekarang mau nikah sama saudara lu itu. Udahlah lupain aja sih."

"Bukan hanya soal Azril. Tetapi soal Fely."

"Kenapa dia?"

"Gua iri sama dia. Apa yang gua punya selalu dia  punya sekarang. Dulu, ayah sekarang Azril yang bentar lagi mau jadi pasangan dia. Percuma hidup, gua hidup juga ga ada yang peduli."

"Ga baik ngomong kayak gitu Rin. Kita hidup semua udah di atur Allah. Gua yakin semua indah pada waktunya ko, mungkin Allah mau liat seberapa keras lu berjuang."

"Dari kecil hidup gua aja udah sengsara Gin. Pertama gua sama ka Nesya ditinggal ayah nikah itu gua baru lahir ka Nesya umur 3 tahun lebih. Saat itu ayah ga pernah sama sekali ngabarin. Bayangin, seorang anak lahir tanpa ayah."

Ghina tidak kuat dengan curhatan Ariena. "Iya gua ngerti ko. Lu, Ka Nesya, dan Mamah lu wanita terkuat yang gua temuin. Udah hanya Allah yang mengatur semuanya, lu tetap tawakal aja kepada-Nya. Mama lu aja ga pernah ngajarin lu musuhan sama Fely, ayah, dan ibu tiri lu kan?"

Ariena menggeleng.

"Mama lu tetap mau sabar. Kesabaran itu di bayar sama Allah atas doa dan usaha mama lu sampai saat ini mama lu udah jadi orang sukses. Gua yakin kalau lu ga punya rasa dendam sama seperti mama lu. Lu bakal hidup bahagia."

Ariena memeluk sahabatnya itu. "Makasih gin lu selalu ada buat gua." Ghina membalas pelukan sahabatnya itu. "Iye sayang."

Attention!!
.
.
.
.
.
.



















Nungguin yaa??cie.
























Lanjuttt sampe bawah




















Masih kuat kan? Masa ga kuat sih. Ditinggal lagi sayang-sayangnya aja kuat. Up.



































Lagi!




















































Sedikit lagi!


















Dikit lagi.












Stopp!
Ingin mengingatkan aja, jangan lupa vote dan coment ya mwah.

Thank you, jangan ditambahin next plis.

ArienaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang