Berbalut dinginnya rasa

56 9 4
                                    


"Setiap kata dalam tulisan adalah ungkapan kata hati yang tak tersampaikan melalui lisan" -bersajak

Malem itu ternyata ia menuruti apa yang ku mau. Tapi entah ia berusaha atau tidak ia hanya menuruti mau ku melalui jalan pintas lain bukan tertuju pasti dengan apa yang ku mau.

"Huftt..."
"Biarlah,semua pasti terlihat jelas bagaimana ia mau dan bisa mengusahakan itu semua" pekikku dalam hati.

Malam itu aku berusaha untuk lebih dahulu merangkai mimpi agar tak ada kejadian buruk lagi seperti malam yang pernah terjadi antara aku dan dirinya.

Paginya aku merasa merindukan seseorang tapi yang kurasa tidak tepat jika aku merindukan ia.

Aku terus mengoreksi pikiran dan hatiku. Tetap saja yang kurasakan rinduku tak seperti biasanya. Apa karna beku nya hatiku yang terbalut ego semakin tebal?
Apa aku merasa sedang merindukan seorang diri?
Apa aku harus bilang kepadanya?
Mulai pagi itu tak karuan.

Setelah aku menyadari nya ternyata hatiku hanya merasa hampa dengan berbalut dingin nya perasaan yang tak kunjung mencair.

Treng...
Treng...

"Hampir pukul 10 pagi ia baru membalas pesan ku?" Bergumam heran.

"Apasi yang ia lakukan sehingga terbangun siang sekali" merasa kesal di pagi itu seperti matahari yang hilang ditelan awan hitam.

WhatsApp:(pesan baru)
(Ramdan) : iya aku menutup mata jam 1an tapi tidur nya jam 2.

"Apasi maunya? Aku tak pernah merasa curiga bilamana ia tertidur hingga larut seperti itu. Tapi kenapa jika aku yang tertidur hingga pukul dini hari seperti itu ia selalu bergerutu kedalam hal-hal bahwa aku sedang asik berbalas pesan dengan lelaki lain?" Mood ku mulai hancur lagi. Rasa di hatiku menambah kebekuan yang tak ingat rasa hangat sang mentari.

"Iya aku tau sepele,dan tak perlu harus merasa kesal dan memuncakkan amarahku." Aku menenangkan semua kendala perasaanku dan berbicara pada hatiku.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang