Setelah mengisi perut Nathusa meminta tolong kepada Mathem utk mengambilkan minum serta obat. "Math, minta tolong ambilin minum sama obatnya dong." "Iya ndoro, ini minumnya saya persiapkan untuk ndoro." Ujar Mathem yg membuat Nathusa tertawa. Namun tawanya tak berlangsung lama. Sebab, Rehan menyodorkan air mineral kepadanya. Jarak antara minuman yg diberikan Rehan lebih dekat daripada minuman dari Mathem.
"Gausah minum yg itu, minumannya udah gak steril lagi. Mending minum ini yg baru aja aku buka." Ujar Rehan."Eh kebo lo apa apaan sih, orang tadi Nathusa minta nya kegue bukan elo!" Hardik Mathem yg tak terima, atas tuduhan Rehan kepada minuman yg ia bawa.
Rehan hanya tersenyum miring seraya mengedikkam bahu.Nathusa bingung harus memilih yg mana. Namun pada akhirnya ia meminum minuman Rehan. Dia meminum itu, karna Rehan telah mendekat kan bibir botol dg bibirnya. Maka, dg terpaksa ia menerima minuman dari Rehan. Mathem yg melihat perlakuan Rehan trhdp Nathusa, kian terkejut sembari berteriak.
"Heh! Jangan mentang mentang lo kaka kelas. Lo jadi seenaknya ya! Bibir Nathusa tu masih prawan jangan lo macem macem dg modus ngasih dia minuman! Yg abis itu lo minum kan?!" Tanya Mathem bersulut sulut emosi.Nathusa yg kaget dg ucapan sohibnya, langsung menyeburkan minuman yg tadi ia minum. Seraya menatap tajam Rehan. Rehan yg merasa terintimidasi pun lngsung mengklarifikasi tujuan ia memberi minum Nathusa.
"Lo jangan asal ceplos ya. Gue tadi cuma mau kasih dia minum dan gak ada motif lain. Lain kali lo tuh juga harus bisa bedain mata dunia maya sama dunia Nyata. Jangan kebanyakan baca novel. Biar otak lo gak segede kutil badak."
Karna tak trima dg ucapan Rehan, Mathem lantas berdiri dan maju selangkah lalu memandang Rehan rendah.
"Lo tuh, secara langsung udah nyakitin hati adek bang! Adek gabisa diginiin" ujar Mathem dg gerak seolah dialah yg tersakiti. Nathusa yg melihat pun tertawa terbahak bahak hingga mengeluarkan air mata.
"Najis!"Jawab Rehan yg membuat harga diri Mathem jatuh sedalam dalamnya. Mathem melihat Rehan tajam seolah ingin menguliti dan menjual organ ginjal nya (lumayan coi, dapat uang banyak😂) seraya melangkah lebih dekat lagi. Setelah dekat Mathem mengacungkan jari tengah dan berkata "Fak yu men!" Ujar Mathem sengit.
Rehan masih tak bergeming, bahkan ia cenderung mengamati Nathusa yg tertawa lebar. Mathem yg dikacangi lebih memilih keluar dg alasan kebelet."Gan! Gue keluar ya, kalo kangen tinggal vc aja oke" seraya mengedipkan mata.
Nathusa yg sadar karna Rehan yg memperhatikannya terus menerus menjadi salting dan pipinya bersemu merah.
Rehan terkekeh dan tangannya terulur untuk mengacak rambut Nathusa. Perlakuan yg seharusnya membuat jantungnya berdetak. Namun entah bagaimana Nathusa hanya merasa nyaman seolah dia tengah diperlakukan selaku kaka trhadap adeknya. Perlakuan Rehan membuat Nathusa rindu terhadap sosok kaka laki laki nya yg memilih meneruskan study nya di Harvard University. Kaka nya kuliah disana karna mendapatkan beasiswa. Nathusa sangat menyanyangi kaka nya begitu pun sebaliknya. Lamunan nya buyar karna mendapat teguran dari Rehan.
"Kamu kenapa Sa? Kepala mu pusing?" Tanya Rehan. Karna tdak mau membuat Rehan tau lebih dalam tentangnya. Ia lebih memilih mnjawab "Ia kak, sedikit kok."
"Yaudah kamu tidur lagi gih. Aku temenin." "Gausah kak, aku mau masuk kelas aja. Takut dialfa pas diabsen nantinya." Tolak Nathusa halus. Sebenarnya ia juga malas untuk masuk kelas. Tapi apalah daya coba? Masa iya Dirinya tidur ditemenin cowok diruangan tertutup. Bukannya suudzon, tapi dia hanya berjaga jaga siapa tau nanti Rehan jadi Khilaf kan?
"Kamu kalo gak yakin aku temenin. Gapapa, tapi tetep istirahat ya. Tenang nati aku suruh temen kamu nemenin." Ujar Rehan lembut. "Tadi aku juga udah minta tolong ketua kelas kamu buat ijinin kamu. Jadi gausah dipikirin lagi, mendingan tidur biar cepat sembuh." Seraya tersenyum dan mengelus puncak kepala Nathusa.
Nathusa menghela nafas, dan memilih mengalah. Toh, ia juga bakal dapet untung dari ini kan? "Iya kak, yaudah saya telpon Mathem dulu ya." Saat mencari ponselnya. Ia tiba2 teringat bahwa sragam yg ia pakai bukanlah seragam aslinya. Tak lama uluran tangan Rehan yg berisi ponselnya membuat ke kalutan. Nathusa mendongak dan menerima dg bingung. Kenapa ponsel nya bisa dibawa Rehan sih?
Rehan yg melihat Nathusa bingung pun berujar. "Tadi hp kamu ditaro dimeja deket obat. Karna takut jatuh, jadinya aku simpen. Lebih aman." Jawab Rehan.
Nathusa hanya mengangguk anggukan kepala dg mulut berbentuk O."Temen kamu tdi udah aku tlpon suruh kesini nemenin kamu, tpi katanya lgi ada ulangan Fisika. Jadi dia agak telat kesini nya." Nathusa yg mendengar ujaran Rehan mendesah kecewa.
Karena tak tega melihat Nathusa sendirian akhirnya Rehan menawar kan diri untuk menemani Nathusa.
"Gimana kalo kamu aku temenin dulu, sampe Temenmu nanti dateng." Nathusa terlihat bimbang. Lalu berpikir, sebenernya ada untungnya kalo dia ditemenin cogannya SMA pelita ini sih. Akhirnya, dg ragu ia menganggukan kepala." Yaudah deh kak, boleh aja."Nathusa tidak langsung tidur melainkan duduk bersandar dikepala ranjang dan memainkan ponselnya. Dia memilih membuka aplikasi berwarna orange yg dapat membuat dia menangis tertawa kaya orang gila. Gak deng becanda😂.
Setelah 15 menit berlalu, aktivitasnya tiba tiba terganggu dg sebuah notif pesan. Saat melihat nama pengirim pesan tsb ia mengernyit bingung. Karena seingatnya ia tak pernah memiliki konta dg nama R. Ahnaf Albain. Namun saat melihat isi pesan nya ia mengetahui siapa pengirimnya. Dia melirik kearah Rehan, dia mnjadi salting ternyata Rehan slalu memperhatikan gerak geriknya.
Karna penasaran, akhirny ia bertanya kepada Rehan. "Ekhm, Kak tadi kaka buka buka ponsel saya?" "Iya tapi sebenernya gak sengaja sih, tadi aku buka nya gara gara ada notif. Eh pas aku lihat ternyata hp kamu gaada pasword nya. Tapi tadi, aku gak bukain semuanya cuma ngelihat pesan lewat notif. Trs aku iseng ngasih nomer aku ke kamu. Siapa tau nanti nya kamu butuh bantuan aku." Ujar Rehan enteng.
Nathusa hanya mengangguk. Lalu perhatiannya teralihkan karna melihat Mathem datang dg sekresek besar makanan. Nathusa menghela napas karna sudah biasa ia melihat itu.
"Sa Sa, coba aja tadi elo ikutan Ulangan. Pasti nilai ku bisa kebantu dikit. Pusing, mana anak anak gamau join lagi. Ah pusing deh gue." Ujar Mathem seraya membuka kantong kreseknya.
Bersambung---
a/n terimakasih udah mau baca. Jangan lupa vote coment and share ya😚
KAMU SEDANG MEMBACA
fragile
Teen FictionBaca sendiri ceritanya ya, biar tambah kepo gitu😗 Jangan lupa vote coment share