Semua orang di dunia ini terlahir dengan bakat dan keterampilanya masing-masing, menjalani hidup dengan aturan dan takdir yang sudah di gariskan.
Usia yang sudah Menginjak dewasa adalah waktu dimana para remaja mengetahui dunia pada era-nya, menjelajahi setiap sudut berita di dunia.
Usia ini adalah dimana saat semua manusia merasakan akan ketergilaanya kepada uang, hobi, makanan dan kebiasaan hidupnya.
"Bunda jadi nemenin Naya ke optik gerhana?"
Maria menurunkan koranya menatap putri semata wayangnya lekat-lekat.
"Mata kamu udah minus berapa? " tanya Maria
"Ihh-- amit-amit Bunda ah, ngomongnya."
Maria terkekeh berjalan kearah Naya putri kesayanganya.
"Lagi banyak yang mesen sama kamu emang? Biasanya bukan di optik gerhana,"
Naya menggeleng cepat "Naya mau beli kacamata buat Naya sendiri Bun."
"Udah ah, Naya tunggu di mobil ya, Bunda cepet ambil tas, semalem Bunda janji yang beliin Naya."
Abinaya pergi berlari menuju garasi untuk menunggu Bunda nya keluar.
Perjalanan dari rumah Naya menuju Optik gerhana lumayan jauh, tapi mungkin tak akan terasa karna Naya yang terus berceloteh cerita tentang kehidupannya pada hari kemaren kepada Ibundanya.
"Bunda ikut masuk aja, Siapa tau ada kacamata yang Bunda lirik. Naya duluan,"
Maria menggeleng melihat kelakuan anaknya yang begitu aktif, ia tersenyum lalu ikut masuk kedalam optik yang tak terbilang kecil ini.
Naya berjalan melihat ribuan kacamata didepan matanya yang masih terlihat baru turun cetak dari mesin. Padahal baru dua minggu lalu ia kemari. Namun, semua kacamata yang ia lihat kemarin sudah berganti dengan yang baru.
"Hai om setya, " sapa Naya kepada salah satu pegawai Optik.
"Dateng juga kamu."
"ALWAYS om hihi,"
Setya terkekeh "Di almari bagian selatan ada kacamata yang udah dipisah yang paling bagus-bagus, kamu bisa liat kesana." tutur Setya.
Naya mengacungkan jempolnya dan berlari menuju tempat yang ditunjukan pegawai itu.
Naya menghela nafasnya "Huff, untung nggak ada orang, berarti masih utuh nih"
Naya berjalan memilah berbagai kaca-mata yang menurutnya bagus semua. Sampai ia menemukan satu kacamata yang belum pernah ia miliki, kacamata hitam dengan garis emas di atasnya, berkilau yang terlihat sangat elegan saat ia kenakan.
"Nah mba saya mau amb--. eh-eh mas ini kacamata saya, kok diambil."
Lelaki itu melirik Naya sekilas lalu kembali memperhatikan setiap bagian dari kacamata itu dan mencoba kacamata yang tidak lain adalah pilihan Naya juga.
"Mas balikin." cercah Naya.
"Lo ngomong sama gue? "
Naya membulatkan bibirnya membntuk huruf O mendengar ucapan dari lelaki di depanya ini.
"Balikin kacamata gue,"
"Punya lo?" tanya lelaki tersebut.
Naya geram melihat kelakuan dari manusia setengah kambing satu ini.
"Mba sinta gimana ini kacamatanya? "
"Maaf Nay, kacamata itu udah di beli sama mas nya."
"Hah? Stok yang lain? "
"Cuma satu Nay, itu kacamata satu-satunya yang baru dibeli buatan Roma." jelas pegawainya.
"Etdah, sumpah balikin gak kacamata itu." ucap Naya menunjuk kotak kacamata yang di pegang oleh lelaki didepanya ini.
"Lah, ini punya gue! "
"Gue beli pliss deh berapapun! "
"Gak! "
"Gue mohon, pliss berapapun, dua kali lipatnya harga yang lo beli deh." mohon Naya.
"Serius? Cinta banget lo sama gue,"
"Hah? "
Lelaki itu terkekeh kecil melihat kelakuan gadis disepanya ini"Oke deal, dua kali lipat dari harga yang gue beli."
"Oke, berapa? "
"30 juta. "
Naya membelalakan kelopak matanya, jantungnya terasa ingin mencelos keluar, sebenarnya ini bukan kali pertama ia mendengar kacamata yang berharga mahal, hanya saja ini bukan harga yang pas untuk sebuah kacamata keinginanya ini.
"Kurangin dikit geh 10 juta deh."
"Gue pergi."
Naya buru-buru menahan lengan terbungkus jaket denim milik lelaki yang hendak pergi membawa kacamatanya.
"Oke, bentar-bentar lo tunggu sini gue panggil Bunda bentar."
Lelaki itu mengangguk melihat kearah perginya gadis itu, berjalan mengikuti nya dari belakang.
"Bunda-Bunda."
Naya mengatur nafasnya membenarkan tas yang terjatuh di tanganya.
"Ngapain sih lari-lari kayak gitu."
"Bunda, Naya mau beli kacamata buatan Roma itu Bun."
"Yaudah ambil, sekalian di total sama punya Bunda ini."
"Tapi harganya Bun."
"Kenapa? " tanya Maria curiga.
"30 juta."
"Gak! " Maria kembali melanjutkan perhitungan belanjaanya.
"Bun tapi Bun, Naya suka banget, pliss Bun. Kali ini aja Naya ntar bakal ganti deh nabung dulu."
"Kamu mau pulang apa mau kerja disini."
"Bundaa, Naya mau itu." Naya menahan lengan Bundanya untuk berhenti berjalan.
"Bun, sekali ini aja pliss Bun."
"Nggak Naya! Ayo pulang." Maria berjalan menuju Bestmen mobil.
Naya menghapus air mata yang tersisa di pelupuk matanya, melirik kearah dimana lelaki itu memperhatikan perdebatanya.
"Awas lo! " Naya mengacungkan kepalan tanganya.
Lelaki itu terkekeh kuat, sebegitu cintanya gadis itu dengan kacamata sampai ia menangis melihat keinginan memiliki kacamata nya hanya angan.
"El? Ayo pulang. "
"Bentar Dim, gue bayar kacamata ini dulu"
"Oke, gue tunggu di mobil."
TBC
Terimakasih sudah membaca:)
Jangan lupa untuk memberi kritikan dan saran :*
And don't forget for vote!!!!Salam
denaylstr
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Glasses
Teen FictionTentang kehidupan manusia pasti berbeda, semua memiliki jalanya masing-masing. Ini hidup ku melalui hari bersama duniaku. Kacamata-kacamata peliharaanku, mereka adalah keluarga kedua yang paling aku sayang. Abinaya Kayshila. Gadis SMA yang memilik...