That Man

462 16 4
                                    

Hello readers... Aku kembali bawa part baru.. ^^

Dia part ini udah masuk bagian romance-nya, yaa walau masih agak cacat2 gitu dewh -_-v

Yesungdahdeh aku gak pengen banyak cincong.. mending kita simak aja ceritanya..

Ini diaaaa ---->

******

Aku melihatnya bingung. Apa yang barusan ia katakan tadi? Gadis dengan keranjang buah?

“Ah bukan, maksudku…” dengan cepat ia meralat kata-katanya. Sesaat aku benar-benar dibuatnya tak mengerti atas ucapannya yang berubah. Ia terlihat canggung, terlebih saat mataku menatapnya tajam.

“…maksudku, terimakasih!” sedikit berteriak. Ia menghela nafasnya lega seakan sebuah beban baru saja hilang dari atas punggungnya. Aku diam saja, hanya melemparkan pandangan penuh selidik padanya. Sejujurnya gerak geriknya sungguh mencurigakan.

Laki-laki itu tertawa canggung. “Kau tahu, ini,” ia goyangkan kaleng orange-juice-nya di wajahku.

Ah tentu saja, aku telah membantunya mengambilkan minumannya. Wajar kalau dia berterimakasih. Kenapa juga aku harus curiga hanya karna kata-katanya yang sempat terbelit tadi. Mungkin dia salah ucap, atau mungkin aku yang salah dengar? Benar juga, aku kan baru saja terjaga dari tidur. Barangkali saraf pendengaranku belum terpasang sempurna.

“Tidak masalah, kok. Lain kali jika kau ingin membeli minuman dari box pendingin ini, kau harus memasukkan dua uang koin sekaligus. Sepertinya mesinnya sedikit macet.” balasku ramah padanya.

Dia tersenyum sekilas, menyadarkanku akan wajahnya yang asing. Tapi aku sangat paham otakku yang paling mudah melupakan sesuatu maka aku pun tak ingin cepat mengambil kesimpulan. Kutelusuri tampilannya dari bawah sampai rambut blonde-nya yang menutupi semua dahinya. Masih asing.

“Maaf apa kau baru di sini?” tanyaku pada akhirnya.

“Ne? Maksudku, ne, aku baru di sini,” jawabnya disertai dua kata ‘ne’ dengan intonasi yang berbeda.

“Oh…” kataku mengerti. “Namaku Han Sora, aku juga pegawai di sini.” Kuulurkan tanganku padanya.

Ia menyambut telapak tanganku yang menganggur, “Aku Kim Jongwoon, senang berkenalan denganmu Sora-ssi.”

Aku melepaskan genggamanku. Diam. Memikirkan sebuah nama yang aku yakin pernah mendengarnya. Aku mencoba menelusuri ingatanku lebih dalam. Tapi percuma saja, aku tetap tidak bisa mengingat dimana aku pernah mendengar nama ini.

“Sora-ssi?” panggilnya yang dengan cepat membuyarkan perdebatan di otakku. Aku terperangah sebelum akhirnya kuputuskan untuk menyerah. Lagi pula ini hanya sebuah nama yang aku yakin bukan hanya satu orang saja yang punya nama Kim Jongwoon di bumi ini.

“Kenapa?”

“Terimakasih atas bantuanmu. Kautahu, aku sangat haus makanya aku kesal dan menedang benda ini.” Dia menunjuk lemari pendingin di depan kami.

Aku tersenyum tipis, “Tidak apa-apa, kok.”

“Sora-ssi?” panggilnya lirih.

“Ne?”

“Terimakasih sekali lagi.”

Aku tak berkata. Hanya selukis senyum yang kuberikan padanya. Uh, sebenarnya aku mulai jengah karnanya. Bayangkan saja, dia sudah berterimakasih sebanyak 3 kali padaku. Apa dia tidak bosan? Apalagi ini kan hanya masalah sepele.

“Sora…”

Oh tidak aku mendengarnya lagi.

“Apa lagi?!” balasku tanggap dengan nada yang sedikit lebih tinggi.

Saranghanda, Miina!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang