Aku berjalan di sepanjang jalan desa ini sambil terus memasang handy-cam di tangan. Ternyata orang di pedesaan lebih ramah dibanding orang di kota seperti Seoul. Orang-orang itu dengan senyum ramah mereka menyapaku meski aku yakin mereka tidak mengenalku. Yah paling tidak aku bisa tenang tanpa serbuan fans hari ini…
Pemandangan dan suasananya benar-benar… ah.. menjernihkan pikiran. Anginnya semilir membawa aroma teh hijau dari rumah industri di sebelah sana. Atau suara gemericik air yang sepertinya bersumber dari sungai yang tidak jauh dari sini. Tenang dan damai… aku bahkan hampir lupa kalau besok aku harus berangkat ke Paris. Rasanya ingin berlama-lama di sini.
Aku sampai di suatu sungai dangkal yang terdapat banyak batu kali yang besar di sana. Di tepinya ada sebuah pohon rindang tetapi tidak terlalu besar. Kurasa inilah tempat yang dimaksud Sora tadi.
Ngomong-ngomong soal Sora, dia tidak bisa menemaniku. Sebenarnya aku yang memintanya untuk tetap membantu nenek. Walaupun aku ingin menghabiskan waktu bersamanya tapi aku mengerti perasaannya. Dia pasti sangat merindukan neneknya. Lagi pula dia bilang dia akan menyusulku nantinya.
Aku melepas sepatuku dan turun ke sungai. Ah… rasanya seperti dipijat relaksasi saat kakiku menyentuh batu-batu kerikil itu. Apalagi kesejukan airnya yang hanya setinggi betis mampu membuat perasaanku menjadi baik.
Lagi, aku merekam pemandangan ini. Tiba-tiba aku merasakan kakiku geli. Ikan kecil berwarna orange itu berenang melewati kakiku, berputar-putar di sana seakan mereka mengajakku bermain. Aku hanya tertawa geli.
Akhirnya aku memutuskan untuk duduk dan berbaring pada batu yang paling besar. Aku menatap langit, silau. Segera kuhalangi sinarnya dengan tanganku. Kemudian aku melihat handy-cam-ku kembali dan mulai merekam lagi hingga aku melihat seseorang berjalan ke arahku. Aku meng-close-up-nya.
Bagus, kini aku yakin bahwa tempat ini benar surga. Sora datang!
Tidak sampai satu menit ia sudah samapi di tepian sungai ini. Dia melihatku dan tesenyum padaku. Aku pun meletakan handy-cam dan segera turun menuju tempat Sora berdiri.
“Mau bergabung?” kataku seraya mengulurkan tanganku padanya. Dan demi apapun! Aku tidak merasa malu ataupun canggung seperti yang sudah-sudah! Tidak tahu kenapa. Malah sekarang aku yang melihatnya menundukan kepala sambil pipinya memerah.
Dia sempat berfikir namun dengan sigap kuraih tengannya ke dalam gengamanku. Sebuah sensasi hangat yang membahagiakan tiba-tiba merasuk jiwa. Semuanya tampak slow-motion di mataku. Aku bisa melihat senyumnya mengembang saat aku menariknya ke tengah sungai.
Aku melepaskan genggamanku setelah membawanya ke tengah. Merasa sayang, tapi ya sudahlah.
Aku melihatnya tersenyum pada langit, merentangkan kedua tangannya. “Haaaa….!” Lalu berteriak sekencang-kencangnya. Sepertinya dia terlihat sangat bahagia.
“Tempat ini luar biasa!”
“Apa kubilang!” katanya bangga. Memang tadi sebelum aku pergi ke sini, dia sudah bertaruh bahwa aku akan menyukai tempat ini. Dan kurasa dia sangat sangat tepat!
“Tempat ini indah…” katanya melanjutkan.
“Seindah kau..” ucapku begitu saja. Tanpa sadar.
Tentu saja dia menatap heran ke arahku sekarang. Aku pun mendadak jadi gugup sekali. Aku tak bisa menghentikan ‘tatapan bingung’ nya yang tertuju ke arahku. Maka aku hanya berpaling dan berpura-pura sedang memuji ikan-ikan kecil. “Haha.. ikan-ikan yang indah..” Dan syukurlah, Sora berhenti melayangkan tatapannya itu.
Tiba-tiba aku merasakan cipratan air membasahi tubuhku. Aku melihat Sora yang sudah tertawa-tawa, seperti mengajakku berperang. Maka tanpa aba-aba aku langsung membalasnya dan mulailah perang air kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghanda, Miina!
Fiksi PenggemarYesung memilih bernyanyi sebagai profesinya sampai kapan pun. Tapi ayahnya menolak karna menurutnya bekerja di perusahaan milik keluarganya sendiri adalah yang terbaik. Yesung yang awalnya merasa kesal mulai melunak sejak pertemuannya dengan Han Sor...