Chapter 4

32 8 3
                                    

Ares sudah duduk di bangku Sera saat Sera mulai memasuki kelas. Kontan saja Sera mendengus dalam hati. Sudah terlalu sering mendapat perlakuan semacam ini di masa SMA nya. Namun ada yang berbeda dari Ares, pasalnya Ares yang biasanya tidak sesemangat ini.

Tanpa basa-basi sebelum Sera duduk di bangku,  Sera sudah mengeluarkan catatan yang ingin di salin oleh Ares. Ares yang sedang melamun ke jendela tetap bergeming akan kedatangan Sera. Sera lalu duduk di bangku kosong sebelah Ares dan berkata dengan pandangan ke papan tulis.

"Bukunya udah ada di depan lo, sekarang balik ke tenpat lo dan puasin nyonteknya!".

Lama keheningan menyelimuti keduanya. Tidak memperdulikan kelas yang semakin ramai. Sera juga sudah merasa kebosanan karena Sera ingin segera pindah ke tempat yang sekarang di tempati Ares. Namun semua angan itu terbang saat Ares tiba-tiba berdiri. Bangkit dari bangkunya. Dan mulai melangkah .

Sera hanya bisa menatap punggung Ares yang tegap. Tatapan matanya yang hanya lurus. Menyisakan rasa gusar yang menggagu pikirannya karena nyatanya Ares pergi tidak membawa buku catatannya. Dan malah menghilang di balik pintu.

...

Sera, sepuluh tahun yang lalu

Saat itu sangat terik. Sera kecil menjajahi dagangannya dengan semangat, tanpa mengeluh Sera kecil tetap tegar menjalani setiap skenario maha kuasa. Sera kecil bersyukur karena ia masih bisa makan setiap harinya, dan membeli permen yosan. Sera kecil begitu naif karena berpikir bahwa permen yosan dapat mengubah kehidupannya dengan hadiah yang di iming-iming huruf N yang berasal dari kemasan. Namun semua hanya nihil.

Dengan kekecewaan yang hampir dirasakannya setiap hari, Sera kecil melangkah dengan celana bahan yang hanya mencapai lutut dan kaus lusuh. Terdapat banyak cat warna di beberapa bagiannya. Namun Sera kecil nampak percaya diri berjalan melewati tumpuk-tumpukan sampah di kanan kirinya. Sampai Sera kecil berhenti melangkah saat sadar bahwa jalan saat ini terasa asing di otaknya. Tiba-tiba otaknya terasa dipukul hal tak kasat mata membuat pikirannya seketika hilang. Bibirnya gemetar dan tangannya bertautan saling meremas.

Ya Tuhan, Sera lupa jalan pulang.

Mata Sera memandang sekelilingnya dengan cemas karena hanya ada tumpukan sampah dan prabotan rumah tangga yang sudah tidak terpakai. Sisanya tempat ini adalah tanah lapang yang mungkin bila Sera datangi dengan teman-temannya bisa menjadi ladang uang karena banyak sekali barang-barang yang kalau ia jual dapat menambah pundi-pundi di kantongnya. Namun saat itu tidak peduli lagi, Sera terus berjalan. Berharap bertemu seseorang baik hati di dongeng Ibu tiap malam yang bisa membantunya keluar dari sini.

Saat Sera sedang berjalan cepat ia di kejutkan oleh segerombolan lelaki paruh baya. Beberapa diantaranya sedang menghisap rokoknya atau menyelipkannya diantara jarinya. Lebih parah dari itu. Salah satunya berjalan sempoyongan sambil mendengak minuman botol yang Sera kecil sudah tahu apa itu isinya. Sera rasanya mau tenggelam dalam rawa-rawa saja rasanya.

Sera mensugesti alam bawah sadarnya bahwa lelaki itu tidak akan menyakitinya bila ia menjadi anak yang sopan karena itu yang Ayahnya lakukan saat Sera kecil menyambut kedatangan Ayahnya yang lelah setelah bekerja.

Dengan jantung yang bertalu-talu dan ketakutan yang amat besar Sera kecil dengan tubuh yang ringkih mulai melangkah. Tidak perduli apa yang di hadapinya. Saat Sera sudah dekat dengan gerombolan itu tanpa membuat keributan, saat Sera sudah hampir lepas dan bebas. Tiba-tiba salah satu dari mereka menyeletuk kalau melihat anak kecil manis yang berjalan melewati mereka dengan berani tanpa adanya ketakutan sedikitpun dari rautnya.

Sera merasa di paku di tempatnya. Saat ia sudah hampir bebas segerombolan lelaki itu malah menyadarinya. Dengan kekuatan yang entah muncul dari mana ia langsung menengok kebelakangnya. Menemukan segerombolan itu juga menoleh ke arahnya. Dengan tatapan yang sudah pasti tidak terasa benar di hati Sera. Sontak Sera langsung berlari dengan kencang. Tidak perduli dia menerjang kerikil yang membuat kakinya kesakitan. Tidak perduli bahwa mungkin saja kakinya bisa menginjak paku berkarat disana. Sera kecil tidak perduli. Yang di otaknya sekarang adalah ia harus bebas dari para lelaki jahat yang mengejarnya.

Setelah Sera merasa bahwa lelaki dibelakangnya masih mengejarnya. Dan tenaganya sudah terkuras habis. Tiba-tiba ia merasa ditarik kesebuah gang sempit. Dan mulutnya tiba-tiba dibekap oleh sebuah tangan yang membuatnya menahan teriakannya. Jantung Sera rasanya mau keluar karena debarannya yang sangat keras. Sera tidak tahu siapa orang di belakangnya. Sera rasanya mau nangis saja. Saat Sera ingin memberontak dari dekapan seseorang di belakangnya tiba-tiba suara yang berasal dari orang yang membekapnya ini terdengar masuk di gendang telinganya.

"Ssst jangan berisik,nanti ketahuan"

Setelah itu terdengar suara laki-laki yang saling bertanya kemana seorang anak perempuan pergi. Diantaranya saling menyalahkan karena tidak dapat menemukan anak itu. Lalu suara itu perlahan menghilang seiring langkah kaki mereka yang mulai menjauh.

Bekapan di mulut Sera perlahan mengendur dan akhirnya terlepas. Lalu Sera segera berbalik dan menemukan seorang anak laki-laki yang lebih pendek darinya. Namun yang berbeda adalah, anak itu terlihat dari kalangan berada di lihat dari pakaiannya.

Lama mereka terdiam dengan saling tatap saat Sera lebih dulu mengatakan terima kasih. Cowok itu terdiam sebentar. Lalu tangannya mulai menarik  pergelangan tangan Sera saat cowok itu berbicara

"Ayo cepetan pergi, disini ga aman"

Saat itu Sera pasrah ingin di bawa kemana saja. Mereka pergi mengikuti jalan setapak dan akhirnya sampai di pemukiman padat penduduk yang sangat kumuh. Anak cowok itu lalu melepas genggamannya di Sera dan berkata pergi sambil mendorong Sera menjauh.

Anak itu hilang di kepadatan lalu lalang keramaian  dan meninggalkan Sera yang hanya bisa menatap punggung kecil itu, seolah berkata bahwa tidak akan kembali.

Dan itu benar-benar terjadi.

Ia, tak pernah kembali.

...

Saat ini Sera sedang di kantin bersama Agnes. Sera seolah mengerti bahwa teman sangat dibutuhkan dalam pergaulan di sekolah. Maka dari itu saat bel istirahat berbunyi nyaring Sera langsung mengajak Agnes ke kantin tanpa tolakan sama sekali dari Agnes. Jadilah mereka disini. Memakan batagor yang di lumuri bumbu kacang dengan keheningan masing- masing sebelum terdengar suara yang berasal dari radio sekolah berkumandang ke semua penjuru.

"Hari ini adalah hari ke tiga masuk sekolah di tahun ajaran baru, dan biar kalian refresh sedikit otaknya, gue mau buka istirahat pertama ini dengan lagu yang berjudul Clarity by Foxes featuring Zedd. Enjoy the music and have a nice day"

Lalu terdengar lantunan lirik yang selalu menjadi bagian favorit Sera.

Cause you are the piece of me
I wish I didn't need
Chasing relentlessly
Still fight and I don't know why

If our love is tragedy why are you my remedy
If our love's insanity why are you my clarity

....
A/N:

Heheheh.

Senang akhirnya lebih dari 1000 kata.

Menurut kalian part ini?

Apa kalian udah mulai kepo sama bocah cowok itu?

Gue harap ga bosen dengan cerita gue karena gue mulai menyusun plot untuk cerita ini. Dan jangan lupa votmentnya karena itu berharga buat gue. karena tidak bisa di pungkiri bahwa itu buat gue semangat. hehehehehehe

C, Ya!

Sentimental ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang