Setelah sarapan di hari Minggu ini Sera bergegas pergi ke gelanggang renang yang terletak di pusat kota Jakarta. Sera membawa tas ransel kecilnya yang berisi perlengkapan renangnya. Saat ia sedang membungkuk mengikat tali sepatunya tiba-tiba Ibunya sudah berada di depannya memegang bahunya. Tangan Ibunya terulur memberikan sebuah gelas yang terlihat kupulan asap di bibir gelas itu. Saat Sera kebingungan tentang apa yang sedang terjadi. Ibunya langsung mengambil tangan Sera dan menyerahkan gelas itu untuknya. Saat Sera ingin menolak Ibunya dengan cepat menyela "Ini, minum dulu ya, biar perut kamu anget,kan habis ini mau latihan. Jadi biar perut kamu ga keram,habiskan. Ibu tungguin disini"
Sera melongo. Tidak tahu harus apa. Karena saat ini yang ada di depannya sangat membuatnya bingung. Pasalnya. Ibunya adalah orang sangat tidak perduli padanya. Tapi dari pagi saat Sera bangun tidur Ibunya sudah menunjukan gelagat yang aneh. Dari mulai membukakan jendelanya, dan tidak lupa mengusap kepalanya tanpa Ibunya tahu bahwa semenjak Ibunya melangkah masuk ke kamarnya, Sera sudah bangun. Namun dengan sengaja Sera memejamkan matanya karena memang itu adalah kebiasaanya.
Sera termenung menatap gelas yang berisi susu coklat di hadapannya. Sudah lama sekali Sera tidak pernah merasakan hal seperti ini. Setelah sepuluh tahun lamanya Sera akhirnya bisa merasakan susu coklat hangat buatan Ibunya lagi. Sera segera meminum susu hangat itu. Tidak perduli lidahnya kepanasan melepuh yang penting Ibunya senang. Sampai teguk terakhir Sera akhirnya menaruh susu itu ke meja didepannya. Tanpa mengucap apapun Sera langsung meraih tangan Ibunya untuk disalimi dan pergi.
Tanpa Ibunya sempat melihatnya menarik garis bibirnya membentuk senyuman tipis yang Sera tentu sadari.
...
Saat ini Sera bersama Agnes sedang berjalan menuju kelas dengan beriringan. Sera sendiri tidak tahu bahwa teman sebangkunya menunggunya di depan gerbang sekolah pagi ini. Karena jarang sekali mereka terlihat bersama. Apalagi Agnes adalah orang yang pandai bergaul, namun harus sebangku dengan Sera yang memiliki tampang bahwa ia sudah melihat semua isi dunia dengan kepalanya. Saat mereka sudah sampai parkiran Sera melihat Pandu turun dari motor matic abu-abunya. Tapi Sera yang biasanya melihat Pandu bersama Vita kini hanya melihat Pandu seorang diri.
Agnes yang melihat pandu turun dari motornya segera memekik tertahan. Agnes langsung mencengkram tangan Sera sambil berteriak dengan suara mencicit seperti tikus "Ser, kenapa Pandu makin gantang sih, dulu dia begitu ga sih Ser?!" Sera yang di tanya seperti itu kontan langsung gelagapan. Padahal Sera tahu bahwa pertanyaan itu adalah hal yang sangat random saat perempuan sekolahnya melihat Pandu.
Tapi kenapa Sera mendengarnya merasa mati kutu. Seketika ia melepas cengkraman tangan Agnes pada lengannya. Buru-buru ia pergi meninggalkan Agnes yang berteriak minta di tunggu. Sera tidak memperdulikan teriakan Agnes dan segera menundukan kepalanya membuat rambutnya menjuntai menutupi wajahnya. Saat Sera merasa bahwa ia sudah berada di koridor kelas 10. Ia merasa jantungnya bertalu kencang karena tiba-tiba entah darimana Pandu sudah berada di sampingnya dan menepuk bahunya. Belum puas keterkejutannya saat Pandu tiba-tiba merangkul bahunya.
"Mau ke kelas kan?" Sera menolehkan kepalanya ke arah Pandu mempertemukan manik matanya dengan milik pandu yang berwarna kecoklatan. Sera lalu menjawab.
"Ngga, gue mau ke toilet dulu" Pandu tidak berucap apa-apa lagi, wajahnya menatap depannya. Penasaran dengan apa yang Pandu tatap. Dan segera Sera melarikan kedua matanya ke arah depan.
Disana terdapat Ares yang berlari kencang ke arahnya. Rambutnya berkibar-kibar dan kaki panjangnya tiba-tiba berhenti di depan Sera dan Pandu. Entah setan darimana tiba-tiba Ares berdiri di samping Sera dan ikut merangkul bahunya. Sera tersedak ludahnya sendiri. Ada apa dengan hari ini.
"Ra, lo mau ke toilet kan, ayu sama gue aja". Belom puas Sera tersedak ludahnya sendiri. Kini matanya ikut terbelak karena tiba-tiba Ares menarik tangannya yang berada di bahu Sera. Membawa Sera ke samping Ares yang saat ini sedang berhadapan dengan Pandu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentimental Things
Teen FictionSera memujanya dengan segala ketakutan. Mencintainya dibalik topeng wajah suramnya. Menyimpan semua memori walau hanya sekejap terasa menjadi rutinitasnya. Jadi, saat Sera berdiri di podium saat pensi sekolah dengan hentakan yang memukul dadanya, Se...