Suara deru angin terdengar keras di pantai itu, suasana yang masih remang-remang memberitahukan bahwa matahari belum muncul dengan sempurna.
Pohon kelapa bergoyang-goyang, burung laut bermunculan dan rasa hangat matahari yang mulai terasa. Menandakan lamanya seorang Pria muda berada disana, diatas batu karang yang besar dia duduk bersama wanita paru baya yang masih terlihat cantik.
Keduanya menikmati kegiatan yang sering mereka lakukan, baik itu di pagi hari maupun di sore hari.
"Jungkook hari ini kau akan pindah" Pemuda yang bernama Jungkook membuka matanya dan segera menolehkan kepala
"Kenapa mendadak bu?" ia bertanya dengan raut penuh keterkejutan.
"Bukankah kau ingin menjadi Sutradara?" Wanita itu bertanya dengan mata yang masih memandang lurus kedepan, menikmati indahnya sunrise di pantai Busan.
"Tapi ibu bagaimana? Dan dimana aku tinggal?" Jungkook mulai terlihat tenang, tapi rasanya ia tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian di sini.
Ibu Jungkook menoleh dan tersenyum "Ibu punya sepupu disana, kau bisa tinggal bersama dengannya" Jawabnya dengan tenang.
"Hah~ Baiklah bu, tapi ibu harus janji tetap menjaga kesehatan ibu disini" Jungkook akhirnya menyerah, jika memang ini keinginan sang ibu maka mau tidak mau ia akan menurutnya.
"Siap Jeon Jungkookie" Ujarnya dengan kekehan kecil
ooo
Distrik Jianwan merupakan distrik yang berada di pusat kota Seoul, pemiliknya terkenal dengan orang-orang yang lumayan mapan artinya serba berkecukupan.
Salah satu dari pemilik rumah di komplek itu adalah Pria bertubuh lumayan mungil dengan paras tampan yang menjurus ke manis.
Terlihat dari balik jendela besar rumahnya, Pria itu sedang sibuk membersihkan bahan masakannya sebelum tangannya dengan cepat memotong beberapa sayuran seperti bayam, kol, seledri dll.
Sedangkan di depannya duduk seorang wanita dengan penampilan berantakan, menandakan bahwa wanita itu baru saja bangun dari tidurnya.
Ck ck ck sebenarnya disini siapa yang berperan sebagai istri?
"Jimin-ah apa kau benar-benar serius ingin menampung keponakanmu?" Wanita itu bertanya dengan wajah yang masih terlihat mengantuk.
Pria yang bernama Jimin berhenti "Memang kenapa Seulgi? Kau tidak setuju" Ia bertanya dengan kalem
Seulgi menggeleng "Terserah kau sih, tapi aku tidak akan ikut campur jika terjadi masalah apa-apa dengan keponakanmu itu" Tuturnya pelan.
"Hmmmm" Jimin bergumam, seolah-olah tidak peduli.
"nanti sore dia akan datang" Ia menoleh sebentar dan kembali berkutat dengan pekerjaannya. “Aku harap kau ada dirumah” Lanjutnya.
ooo
"Hati-hati disana Jungkook, jangan berbuat ulah"
Jungkook mengangguk dan memeluk sang ibu, "Bu, aku berangkat" Katanya sebelum benar-benar memasuki kereta yang terlihat lumayan penuh.
“Hati-hati”
Dari balik jendela, Jungkook dapat melihat senyum manis ibunya.
Tangannya ia lambaikan "Dah Bu" bisiknya pelan, berharap sang ibu mengerti akan isyarat bibirnya.
"Dah Kookie" Jungkook tersenyum lega, ternyata ibunya mengerti dan memberi respon dengan cepat.
Tidak lama kemudia Kereta itu bergerak, mengiringi senyum Jungkook yang berlahan luntur.
Seoul ya?
Berat rasanya meninggalkan ibunya sendiri di Busan, tapi mau bagaimana lagi.
Ini adalah salah satu langkahnya untuk dapat hidup berkecukupan di masa depan. Dalam hati. Jungkook berjanji untuk menjadi orang sukses di masa depan.
'Lihat Ayah, akan aku buktikan bahwa aku dapat membahagiakan Ibu'
ooo
Jimin sekarang berdiri di depan rumahnya. Senyuman manis ia perlihatkan ketika menyambut kedatangan Jungkook.
"Hallo Keponakan" Sambutnya dengan riang, ia berjalan menghampiri Jungkook dan memeluknya erat "Kau sudah besar ternyata" Lirihnya, lumayan kagum melihat tinggi anak sang Kakak yang bahkan sudah melebihi tingginya.
Jungkook tersenyum mendapat pelukan sang Paman, ia kemudian membalas pelukan itu "Aku tidak tau, ternyata aku lebih tinggi darimu Paman" Bisiknya seraya terkekeh kecil.
Apa?
"Dasar" Jimin memukul punggung Jungkook.
'Entah kenapa, tapi aku suka pelukan ini'
Jimin melepas pelukan mereka "Ayo masuk, Paman antar sampai kamarmu"
Jungkook mengangguk dan mengekori Pria itu dalam diam.
“Bagaimana kabar ibumu?” Jimin kembali membuka suara ketika mereka berdiri di depan sebuah Kamar.
“Ibuku Baik-baik saja Paman” Jawabnya.
“Syukurlah” Jimin tersenyum sebelum membuka pintunya. “Ini kamarmu sekarang” lanjutnya ketika mereka memasuki ruangan itu.
"Sekarang kau istirahat, nanti sore turunlah untuk makan malam” Jimin menepuk bahu lebar keponakannya pelan.
“Terimakasih Paman” Jungkook mangengguk dan membukukkan badanya sebentar.
“Sama-sama” Setelah itu Jimin pergi dan meninggalkan Jungkook yang hanya menatap punggung sempitnya dalam diam.
“Baru kali ini aku mudah akrab dengan orang baru” lirihnya pelan sebelum melemparkan diri ke atas ranjang empuk yang mulai hari ini akan menjadi miliknya.
“Sebaiknya aku tidur” Lirihan itu terdengar sangat pelan sebelum sebuah dengkuran halus keluar dari bibir tipisnya.
Sepertinya Jungkook sangat kelelahan sampai-sampai rasa kantuk mudah menyerangnya.
Namun, sebelum benar-benar tertidur ia membisikan sebuah harapannya yang berbunyi_
“Aku harap hidup di sini dapat merubah nasibku”
TBC
Agak panjang dari sebelumnya karena Ada yang aku tambahin dan aku ganti. Seperti, Eomma menjadi Ibu dan Appa menjadi Ayah. Anggap aja ver. AU(?)
Trims
–yon
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You Uncle Park ° KM
FanfictionAku mencintai Park Jimin Pria manis yang sudah beristri Dan merupakan Pamanku sendiri "Paman aku mencintaimu, tinggalkan tante Seulgi" Ship : Kookmin/JiKook [R17+] (25/03/2019) By : Yeon / Yon