Prolog 1: Syahfini

291 5 2
                                    

Hari sangat panas , tubuhku seakan meleleh .  Cuaca bagaikan  neraka. Aku yang sudah hitam, di bawah teriknya matahari, wajahku pasti makin menjadi gosong.

Di dalam hati , aku menggerutu: ' Kapan aku bisa putih, kalau begini caranya? Bayclin pun pasti tidak mempan." Teganya Ci Vivi menyuruhku membeli Aqua Galon.  " Ipul, tolong beliin aqua galon yah, Ci udah telpon yang  bisa ngantar, katanya hari ini pegawainya sakit. "

Aku menyahut, " Ci, jangan Ipul-ipul lagi dong, Fini , ingat yah Ci! Fi-Ni. " Ci Vivi mengomel, " Kamu yang jangan Fini Fini ! nanti orang salah dengar Fini jadi  Vivi, kamu mau jadi boss yah? Udah jangan bawel, sana cepat ke Indomaret."

Bossku Ci Vivi, selalu bangga denganku ," Tenaga bencong, emang kuat", katanya.

Aku bekerja di salon kecantikan, Bossku  bernama Ci Vivi. Aku merasa  beruntung, karena majikanku ini  orangnya sangat baik hati. Awal karierku ( ca ileh, gayaku, pake kata karir),  aku cuma seorang office boy, alias pembantu laki laki.  Tapi ngak sombong, aku cukup bangga dengan perjalan karierku di salonnya Ci Vivi, aku termasuk  boleh dibilang pegawai multi talenta dari OB, merangkap refleksi kaki, mani pedi dan akhirnya  merambat stylist abal-abal, boleh dibilang aku udah termasuk banci Salon papan cuci ( ngak mungkin kan ngaku ngaku papan atas). 

Awalnya, aku cuma pekerja penyapu jalan, aku ini tidak sekolah tinggi , cuma sampai SMP. berbagai kerja serabutan  aku jalanin, halal maupun tidak halal. Suatu hari,  saat aku menyapu jalan, aku mendengar teriakan," Tolong !! Jambret!" Aku melihat ke arah suara jeritan, dan aku melihat Ci Vivi berteriak, " Jambret! Tolong ! Jambret! Sepeda motor dengan kecepatan tinggi melaju, sambil memegang tas ibu-ibu. Aku dengan reflex, ala pendekar shaolin, menggunakan sepatu lidiku, langsung memukul pengemudi sepeda motor tersebut. Penjambretnya terjatuh, langsung aku hajar menggunakan sapu. Tapi aku salah mukul, karena pengemudinya memakai helm. Dia berdiri ingin menyerangku, dengan menggunakan gagang sapu, kupukul kemaluannya. Ingin rasanya aku memukulnya sampai telornya pecah.

Dalam sekejap, massa mulai mengeroyok penjambret tersebut. Aku merampas kembali tas ci Vivi, dan mengembalikan tasnya, " Nyonya, ini tasnya." Ci Vivi mengeluarkan segepok uang, " Ini sebagai tanda terima kasih." Aku menolak," Ngak usah nyonya, selama ini nyonya kan udah sering kasih saya tips, uang lipstick. "

Ci Vivi memang orangnya sangat dermawan, sering kalau bertemu ketika aku menyapu jalan didepan salonnya. Ci Vivi sering memberikan sedikit uang," Dek , ini sedikit uang rokok untuk kamu."

Aku selalu menolak," Ibu, rokok menyebabkan impotensi dan kanker loh, saya tidak merokok."

Ci Vivi, " yah udah, uang kopi deh kalo begitu." Saya menolak lagi,"Ibu, saya ada asam lambung, ngak kuat minum kopi." Ci Vivi tersenyum," Yah udah lah, uang bedak kamu. Saya tersinggung loh kalau kamu tolak. Setelah itu setiap Ci Vivi mau memberikan uang kepadaku, " Dek ini uang lipstickmu" atau " Dek, ini uang mascaramu."

Ci Vivi memandangku," kamu ini yah, pantang loh menolak rejeki." Ci Vivi," Dek, saya ini masih shock loh, aku tolonglah terima ." Aku menjawab," Lebih shock yang ngejambret loh, Ibu. Telornya pecah saya hantam pake sapu." Ci Vivi tersenyum. Aku memberanikan diri bertanya, "Bu, tempat ibu ada lowongan? jadi apa saja ngak masalah ibu,  jadi pembantu, jadi apa aja ngak masalah ibu. Saya pengen sekali kerja di salon."

Ci Vivi memandangku, " Kamu sekolah sampai tingkat berapa?" Aku tertunduk sedih, " Saya cuma tamat SMP saja, bu. Saya jadi pembantu aja, ngak masalah bu. " Ci Vivi berkata, " Ya, sudah nanti jadi OB di salon saya. " Aku memandang ci Vivi, " OB itu apa ?  "

Ci Vivi : ' Office Boy'

Aku pura pura mengerti , " Office boy, Oh mandiiin orang yah, bu, kayak sabun lifebuoy."

Ci Vivi : " Aduh, kamu bagusan jangan ngomong lagi, jangan sampai saya berubah pikiran."

Keesokan harinya di pagi hari, aku sudah mampir di salon ci Vivi. Kulihat pegawainya kesusahan membuka pintu besi. Aku lalu membantu, membukakan pintu salon. Aku bertanya, ' Nyonya, udah datang?".  Mereka bertanya, " Kenapa Mas, udah janji?"

Ipul/Fini ( dengan ekpresi terkejut dan  sedikit lebai ) : " Mas, panggil  mbak aja, kalau nggak Fini aja."

Tidak lama, datanglah sebuah mobil mewah. Para pegawai salon berguman," Ci Vivi, sudah datang." Ci Vivi, sangat cantik, tapi sayang tubuhnya agak montok. Namanya juga udah berumur. Kalau dia  lebih kurus, Ci Vivi masih  bisa jadi artis sinetron. Alis matanya tebal, kulitnya putih mulus. Kulit wajahnya tidak ada bopeng sama sekali. Panteslah bisa jadi istri orang kaya.

Ci Vivi : " Ayo, silahkan masuk, kita ngobrol-ngobrol dulu."

Didalam salon, aku melihat banyak sekali cermin-cermin. Gambar seorang wanita cantik , dengan rambutnya yang tebal, dengan ujungnya yang digulung. Banyak botol botol shampoo. Dan mesin mesin yang kayak helm itu. Dalamnya semua berwarna putih, kursinya mejanya. Putih melambangkan kesucian yah kali.

Ci Vivi: ' Kamu udah selesai kerjanya, nyapu jalan.'

Fini: ' belon bu, nanti siang nyambung lagi.'

Ci Vivi: 'Jam kerja kamu gimana?'

Fini: ' aturan sebenarnya, sih seharusnya dari jam 4 pagi sampai jam 7 pagi, tapi sekarang jadinya

jadi dari jam 5 pagi sampai jam 8 pagi, nanti sore hari nyambung lagi bu, jam 5 sore sampai jam 7 malam. Jadinya sehari itu 5 jam, bu.

Ci Vivi: ' gaji kamu berapa, sebagai penyapu jalan?"

Fini: ' Seharusnya sih hampir dua jutaan bu, tapi diambil seperempat bu, sama yang masukin saya, bu.

Ci Vivi: Jadi kamu dapat berapa?

Fini: 2 juta disunat jadi satu setengah juta, bu.

Ci Vivi: 'Kalau kamu kerja disini, tugas kamu disini adalah bagian bersih-bersih. Setiap selesai potong rambut, kamu langsung menyapu rambut-rambut dilantai. Membersihkan kamar mandi, merapikan handuk-handuk kotor. Kira kira kamu bisa cocok tidak, kerja disini?"

Fini: ' senang sekali, ibu. Disini harum, udaranya  dingin , ada ac. Dan yang lebih bikin saya bahagia, emang udah jadi cita cita saya bu, menjadi banci salon."

Ci Vivi: " aduh, sakit telinga saya mendengar kata banci salon!disini adanya stylist yah, tidak ada banci salon. "

Ci Vivi:' untuk permulaan, kamu saya gaji 2 juta dulu, tapi nanti saya lihat perkembangan kamu.Gimana kamu rasa ?'

Fini: " Disunat berapa bu ?'

Semua pegawai yang lain tertawa.

Ci Vivi: " ngak ada sunat-sunat." ( Mengelengkan kepala rada frustasi)

Ci Vivi:' Sekarang kamu mandi dulu, biar nanti segar. Selama di salon , janga pakai seragam oranye kamu, nanti saya kasih kamu baju seragam.'

Fini:'seragamnya yang model  gaun kalau bisa ci, yang feminin "

Ci Vivi berucap:' OH, Tuhan yang Maha Esa."

Fini ( tiba tiba kepo): Dua, kemanusian yang adil dan beradab.

Ci Vivi sedikit teriak," Dewi ! Cepat bawa dulu dia mandi, nanti interviewnya baru disambung lagi.'

Ci Vivi: sekalian, buatkan saya kopi !

Setelah berjalan tidak jauh, hampir mendekati kamar mandi.

Aku mendengar seorang pegawai nyeletuk: " Ci, cici cari pegawai kok jelong kali sih, Ngak ada yang cakepan ci?"

Ci Vivi dengan nada sinis," kamu jangan atur saya yah! Kemarin pagi, kamu tidak tahu yah, berapa ratus juta ada didompet saya, itu semua uang dollar hampir saja hilang.












Transisi Dua JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang