Part 7

54 26 38
                                    

"Mah, Pah, Kak. Asya ke atas dulu yah. Mau tidur, udah ngantuk."

"Ya udah good night, Dek." jawab mereka serempak.

-------------------------------------------------------

Skip

Pagi yang cerah karena matahari tidak malu menampakan sinarnya kepada dunia. Tetapi seorang gadis masih menutup wajah cantiknya di balik selimut. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 06.15.

Cklek.

"Dia kebo bener dah adik gue. BANGUN! BANGUN!" Teriak Retno di telinga Asya.

"Berisik, Kak. Gue lama-lama budeg gara-gara toa Lo."

"Apa Lo bilang!" geram Retno.

"Ngga ada bilang, Kak!" teriak Asya sambil berlari ke kamar mandi.

Sekitar 20 menit Asya selesai mandi. Kemudian dia memakai baju dan menyisir rambutnya. Pada saat sedang memakai sepatu tiba-tiba ada yang berteriak.

"Oh ya, Dek. Lo cepetan Putra udah nungguin Lo dari tadi." teriak Retno tanpa ada malunya.

"Kak Datra? Emang dia tau rumah gue darimana? Ngapain dia jemput gue?" pikir Asya.

"Mending gue turun aja deh." lanjut Asya.

Asya turun kebawah bermaksud untuk sarapan. Tetapi di bawah dia melihat Kak Datra duduk di meja makan.

"Pagi semua." sapa Asya.

"Pagi juga." ucap mereka serempak.

"Lho Kak Datra ngapain disini? Tau darimana rumah Asya." tanya Asya.

"Mau jemput kamu. Rahasia." jawab Datra sekaligus.

"Oh, oke." kemudian Asya duduk di sebelah Datra.

Setelah selesai makan Asya dan Datra pamit berangkat sekolah.

"Kak, mau bareng kita apa ngga?"

"Ngga dek. Kakak bareng Papah aja."

"Oh ya udah. Mah, Pah, Kak. Asya sama Kak Datra berangkat dulu yah. Assalamu'alaikum."

"Tante, Om, Retno. Saya pamit."

Seulas senyuman mengembang dari mereka bertiga yang ada di ruang makan. Melihat bahwa Asya sudah bisa dekat dengan laki-laki tanpa ada senyum paksaan yang Asya tunjukan saat bersama Datra.

Asya dan Datra sudah sampai di sekolah. Mereka turun dari mobil Datra. Semua siswa dan siswi memandang orang yang turun dari mobil sport Datra. Yah, Datra sekarang menggunakan mobil sportnya. Banyak yang memandang mereka tatapan kagum, iri, sinis, dll. Tatapan tidak suka ditujukan pada Asya. Apalagi setelah beredar keburukan Asya.

"Yok masuk, Dem."

"Kak, kok mereka mandang Demi kaya gitu sih. Kaya ada yang ngga beres deh, Kak."

"Udah sih biarin napa, Dek. Ayo jalan aja."

Mereka berdua akhirnya jalan memasuki gedung sekolah. Saat di koridor banyak yang mengejek Asya.

"Eh, itu liat beneran Asya murahan."

"Kemaren kan dia jalan sama Rizwa sekarang sama Kak Yuda."

"Cewe ngga tau diri."

"Okeh, Sya. Lo harus sabar ini cobaan, batin Asya.

"Dek, ngga usah didengerin yah."

Kemudian mereka lanjut jalan. Tetapi mereka heran kenapa di mading banyak sekali orang sehingga mereka berhenti terlebih dahulu.

"Eh, ada apa ya rame-rame gitu?" tanya Datra ke salah satu siswa yang ada di depan mading.

Painful - DeminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang