chap 5 - 2

756 75 11
                                    

Ours Love Book Story
SuLay area! GS!
Baby Jongin’s
Present
Chap 5
“spent a day with Kim’s little family ”
Part 2
.
.
.
Happy reading^^
.
.
.
Sepulang sekolah Junmyeon membawa Jongin ke rumah sakit, memang ada jadwal rutin pada hari itu. Jongin mengikuti terapi sementara Junmyeon memperhatikan anaknya dari luar ruangan, Yixing ingin ikut berdiri melihat Jongin juga tapi takutnya tidak sopan pada bujangnim nya. Yixing hanya takut terlalu ikut campur mengenai masalah pribadi Junmyeon.
Tidak lama setelah itu seorang pria muda berjas putih menghampiri nya. Junmyeon yang merasakan ada tepukan halus dipundak nya segera memutar kepala nya menghadap orang yang melakukan hal itu. Kemudian pria berkacamata itu tersenyum kearahnya.
“hyung, sejujurnya aku khawatir anak mu akan benar-benar bisu permanen.” Ucap pria itu sambil membetulkan letak kacamatanya.
“maksud mu Sehun?” tanya Junmyeon balik pada pria itu, lalu lawan bicara itu memberikan gestur wajah yang aneh, dahi mengkerut. Kemudian dia menunjuk berkas yang sedang dipegangnya dari tadi.
“sejak terapi terakhir Jongin tidak menunjukan perkembangan yang berarti. Kurasa kau harus merelakannya tinggal dengan Siwon ahjussi. Itu yang terbaik menurut ku. Kau terlalu sibuk dengan perusahaan sementara Jongin saat ini butuh banyak perhatian, di usianya anak-anak normal lain sedang banyak bicara, mulut mereka tidak akan bisa diam, tapi kalau Jongin tetap tidak bisa mengalahkan trauma nya dan dia tidak akan mendengar suara nya sendiri terus menerus seperti ini maka suara nya akan benar-benar hilang. Bahkan pada kasus Jongin, anak itu bukan hanya sekedar menahan mulutnya untuk tidak bicara tapi dia juga menekan pita suaranya. Aku takut hal buruk lain bisa saja terjadi.”
“kau tahu, baru kemarin malam appa mengambil Jongin tapi aku sudah gila setengah mati. Aku bahkan tidak bisa tidur sedetik pun. Lalu sekarang kau bilang aku harus menyerahkan anak ku pada appa?! Yang benar saja Oh. Se. Hun!”
“semuanya memang butuh pengorbanan. Lalu kau mau meninggalkan perusahaan mu?”
“kau tahu aku bisa saja melakukan nya bukan?!”
“yahh,, aku mengerti. Jangan lakukan itu, bagaimana dengan nasib pegawai lainnya nanti. Kalau begitu cari cara lain, kau harus menikah secepatnya agar ada yang menjaga Jongin.”
“kau tentu tahu dengan betul bagaimana trauma Jongin terjadi! Menikah tidak semudah itu dan aku masih sangat menyayangi nya..”
“berikan Jongin pada ku, agar aku punya alasan untuk membuat Luhan cepat-cepat menerima lamaran ku.”
“yahh,, Luhan noona memang baik, dia pasti akan menjaga Jongin dengan sangat baik. Jadi bagaimana kalau kau saja yang berikan Luhan noona pada ku?”
“enak saja!” kemudian Sehun pun mendorong pundak Junmyeon sekilas
“kau tahu kenapa dia belum memberikan jawaban atas lamaran mu?” tanya Junmyeon sambil menolehkan kepala nya menatap Sehun lekat-lekat. Lalu alis Sehun pun terangkat sebagai respon. “itu karena wanita ingin dihargai sebagaimana mesti nya Sehun.”
“maksud Hyung?”
“aku tahu, kau pria nya, kau hanya bertindak sebagai seorang pria tapi Luhan noona juga ingin kau menghargainya sebagai wanita! Dia lebih tua dari mu, dia juga bahkan lebih tua dari ku, tapi kau tidak pernah memanggil nya noona, bahkan dihadapan orang-orang. Mungkin itu membuat nya sakit hati dan merasa kau terlalu kekanakan. Dia tidak bisa menggantungkan diri nya pada orang kekanak-kanakan seperti mu.”
Kedua nya pun terdiam sejenak sambil kembali memperhatikan Jongin yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terapis. Tanpa menyadari Yixing yang duduk dibangku belakang mereka, mendengarkan seluruh pembicaraan mereka sedari tadi.
Setelah terapi selesai, Junmyeon yang menggendong Jongin mengajak Yixing untuk makan siang di kafe rumah sakit. Junmyeon sibuk menyuapi Jongin sambil sesekali ia menyuapkan makanan nya ke mulutnya juga. Pandangan pria itu terkadang kosong ke sembarangan arah, seperti sedang memikirkan suatu hal yang berat. Sementara satu tangannya yang lain memegangi tangan Jongin, tangan anaknya yang masih begitu kecil dibandingkan miliknya. Perkataan Sehun barusan masih terus berputar dikepalanya.
Sementara Yixing juga tidak mengerti kenapa mood nya tiba-tiba down. Ia memakan makanannya dengan tidak selera dan melamun kearah lain.
“tolong batalkan saja semua agenda ku hari ini, dan kau bisa pulang nona Zhang, aku akan menelpon Lee gisa untuk mengantar mu pulang.” Ucap Junmyeon pada Yixing sambil membersihkan sisa makanan pada mulut Jongin.
“tapi bujangnim,,”
“tidak perlu khawatir gaji mu hari ini tidak akan aku potong. Aku justru berterimakasih pada mu dan aku minta maaf karena sudah merepotkan mu seharian ini, terlebih semua nya itu masalah-masalah pribadi. Tidak seharusnya aku mengikut sertakan mu untuk hal-hal tadi.” Junmyeon pun mengambil ponselnya hendak menghubungi Lee gisa namun tangan Yixing sudah lebih dulu menahan gerakan tangan pria itu. Mata Junmyeon membulat menatap perempuan itu, lalu memiringkan kepalanya, mempertanyakan apa yang baru dilakukan perempuan itu?
“hmm,, maaf bujangnim.” Ucap Yixing pelan dengan senyuman yang mengembang dipaksakan. “tidak apa-apa bujangnim, biar hari ini saya membantu bujangnim sampai jam kerja saya habis.”
“maksud mu? Kau benar-benar tidak masalah ikut dengan kami? Kemanapun kami pergi?” tanya Junmyeon pelan-pelan lalu Yixing menganggukan kepalanya sekali.
.
.
.
Oh,, Yixing bukan nya membenci tempat ini tapi hanya saja dia bukan tipe yang menyukai tempat tersebut. Junmyeon membawa nya ke lotte world, tempat hiburan untuk banyak orang, mulai dari yang muda sampai yang tua, semua nya tersenyum bahagia, bahkan Junmyeon yang sedari tadi galak saja tersenyum lebar ditempat itu. Tapi Yixing berbeda, dia tidak terlalu suka keramaian, dan tidak pernah menyukai permainan-permainan seperti itu sebelumnya.
Setelah turun dari mobil, Junmyeon menggendong Jongin diatas pundaknya dan Yixing seperti biasa mengekor dibelakang. Mereka mulai berjalan masuk dan orang-orang semakin ramai berlalu-lalang kesana kemari. Junmyeon terus berjalan sambil memegangi tangan anaknya agar tidak jatuh dari pundaknya, sementara Yixing yang sempat tertabrak orang hanya dalam selang beberapa detik ia sudah kehilangan jejak bosnya, apa lagi tempat itu sangat luas, Junmyeon juga belum memberitahukan kemana mereka akan masuk sebelumnya. Yixing menghela nafasnya kasar ke udara, tidak tahu harus berbuat apa, mungkin pulang adalah jalan terbaik, terlebih lagi dia juga tidak terlalu menyukai tempat itu.
Disaat wanita itu hendak berbalik sebuah tangan kekar sudah lebih dahulu menarik lengan nya, kemudian menyusur turun menggenggam tangannya, menuntun Yixing untuk berjalan mengikuti nya. Tapi Yixing masih bertahan untuk berjalan dibelakang tidak menyamakan posisi mereka, karena entah sudah keberapa kalinya hari ini sang atasan mempermainkan perasaannya, entah sudah keberapa dalam sehari ini Junmyeon memegang tangannya dengan begitu erat, seakan-akan ia takut kehilangan Yixing. Jadi sebenarnya bolehkah dirinya berharap seperti itu? ‘Dan apa ini?! Hentikan imajinasi mu Yixing!’ ucap wanita itu dalam hatinya.
Yixing mengeryitkan dahinya ketika mereka melewati petunjuk jalan yang menunjukan arah taman bermain. Junmyeon terus membawanya berjalan lalu berhenti didepan lorong besar dan pegangan tangan mereka pun terlepas.
“Jongin suka sekali melihat laut dan ikan-ikanan.” Ucap Junmyeon dengan senyuman angelic nya pada Yixing, yang membuat hati wanita itu makin melted=_=
Ternyata Junmyeon mengajaknya ke lotte aquarium. Disana keadaanya tidak terlalu ramai, ada banyak orang namun tidak menumpuk disatu tempat, mereka semua tersebar karena tempat nya yang luas juga. Junmyeon menurunkan Jongin lalu ia memberikan telunjuknya untuk digenggam sang anak yang ukuran tangan nya masih begitu kecil. Namun Jongin tidak lantas langsung berjalan mengikuti appa nya begitu saja, ia juga berbalik kebelakang lalu memegang tangan Yixing. ‘ dasar appa dan anak nya sama saja, suka pegang-pegang semaunya’ omel Yixing dalam hatinya.
Yixing terus memandangi tangan Jongin, antara kesal dan aneh dengan perasaannya sendiri. Ia ingin sekali melepaskan tangan kecil itu, bagaimanapun juga Yixing masih merasa asing dengan anak-anak balita, namun disisi lain, ia merasa hangat dengan genggaman kecil yang tak seberapa itu. Mereka berjalan bertiga beriringan, layak nya sebuah keluarga yang utuh. Junmyeon menyadari itu sekilas ketika ia memperhatikan Yixing dan Jongin yang sama-sama ingin berhenti sebentar melihat ikan-ikan hias lucu yang dipisah dalam beberapa aquarium. Tangan kecil Jongin tak pernah sekali pun melepas tangan Junmyeon dan tangan Yixing yang dipegangnya.
Mereka berhenti dibagian dasar laut, aquariumnya lebih besar dan banyak sekali ikan-ikan disana. Ada juga penyelam yang sedang memberi makan ikan pari. Junmyeon berdiri sedikit menjauh sementara Yixing malah menempelkan dahi nya pada dinding kaca aquarium agar dapat melihat lebih jelas lagi, semua jenis ikan yang ada didalam aquarium itu. Begitu pula dengan Jongin yang sangat ingin melihatnya namun tinggi badannya masih kurang. Ia pun menarik-narik ujung baju Yixing. Wanita itu ingin sekali menolak Jongin namun pada akhirnya wanita itu mau  menggendong yang sudah dia anggap monster kecil. Bocah kecil itu tersenyum lebar dan telunjuk terus menunjuk beberapa makhluk laut yang bergerak kesana kemari. Mendengar suara kikikan Jongin tanpa sadar Yixing pun ikut tertawa bersama. Sementara Junmyeon yang tadi sibuk sendiri segera mencari Jongin dan bersyukur ada Yixing yang menemani anaknya itu.
Junmyeon pun menghampiri Yixing dan mengambil Jongin dari gendongannya. Junmyeon menjelaskan apa saja jenis ikan-ikan yang ditunjuk Jongin, sambil berharap anaknya itu mau mengulangi kata-katanya.
“itu ikan pari. Ayo Jongin itu ikan..?” ucap Junmyeon pelan dengan kepala yang menunduk mendekati wajah anaknya itu, namun Jongin pun menggerakan bibirnya menjawab ‘pari’ tanpa ada suara yang keluar. Yixing dapat melihat sekilas kalau Junmyeon terlihat kecewa karena anaknya yang tidak kunjung berbicara. Tapi Junmyeon tidak menyerah, ia terus mengajak Jongin berbicara. Mereka bahkan menamai ikan-ikan pari yang terus melayang-layang dalam aquarium tersebut layaknya burung-burung yang berterbangan didarat.
Setelah itu mereka pindah lagi melihat aquarium yang tidak sebesar tadi namun isinya tak kalah menarik. Ada banyak ikan hias disana, ada ikan badut yang lebih dikenal dengan nemo dan ada dori juga, beserta ikan-ikan hias lainnya. Ada juga ikan kodok, itu berwarna putih terlihat seperti batu karang, mata nya tidak terlihat namun tiba-tiba saja ketika ada ikan hias kecil yang lewat mulut nya terbuka lebar dan menerkam ikan itu dalam sekejap. Jongin yang sedari tadi terus memperhatikan ikan hias kecil yang dimakan tadi langsung terkejut, badannya tegang seketika, matanya bahkan tak berkedip. Junmyeon pun heran dengan sikap anaknya, dan tidak tahu bagaimana bisa Jongin mendadak seperti itu tapi Yixing yang juga memperhatikan ikan kodok tadi, mengerti mengapa Jongin bersikap seperti itu. Ia pun mendekati Jongin lalu mengelus pundaknya dengan lembut.
“Jongin, tidak apa-apa, ikan itu tidak jahat. Dia hanya sedang lapar sama seperti Jongin, ikan itu juga butuh makan.”
Jongin yang tadi hampir menangis karena tegang pun kini mulai melunak. Junmyeon segera menggendong anaknya kembali dan membawanya kebagian yang lain. Mereka berjalan menuju lorong besar yang lain, yang bagian atas kepala mereka juga termasuk bagian aquarium. Ada ikan hiu disana, namun ukurannya lebih kecil. Kemudian mereka berjalan sampai pojong dan menemukan paus disana, paus itu lucu dan tidak terlalu besar seperti paus yang ada dikartun-kartun, sedangkan kepala nya mirip dengan lumba-lumba, itu paus jenis beluga.
Jongin senang sekali melihat paus itu, ia menepuk-nepuk dinding aquarium yang memisahkannya dengan sipaus saking gemasnya bocah itu dengan si paus. Tidak jauh berbeda Yixing juga melakukan hal yang sama, karena paus itu memang lucu dan seolah-olah ia mengerti kalau dia sedang diajak bermain, karena beluga punya insting dan pendengaran yang bagus. Sementara Junmyeon justru sangat tidak tertarik dengan si paus, meskipun Jongin sedari tadi menarik-narik celananya.
Kemudian Junmyeon pun berjongkok menyamakan tinggi nya dengan sang anak. “Jongin ayo kita lihat ikan yang lain, paus itu tidak suka kita ajak bermain. Lihat dia seperti nya sedang marah.”
“apa nya yang marah? Lihatlah bujangnim, paus ini sangat lucu dan menggemaskan jadi kami masih ingin disini.
“kau tidak lihat wajahnya? Paus itu pintar IQ nya saja setera dengan IQ mu!”
“apa maksud bujangnim?” sela Yixing sambil memutar kepalanya yang sedang menempel ke dinding aquarium.
“tidak, maksud ku paus itu bahkan lebih pintar dari mu.” Sanggah Junmyeon kembali, lalu Yixing yang mulai menyadari tingkah anehnya yang sedari tadi seperti orang tidak waras yang berfokus pada satu benda baru. Kini melepas kepala nya perlahan dari dinding aquarium.
Junmyeon sudah lebih dulu berjalan sambil memegang tangan anaknya, sementara Yixing yang ditinggal pun mengerucutkan bibirnya dan hendak berteriak memanggil sang bujangnim. Ia masih kesal dengan ucapan Junmyeon yang mengatai dirinya yang lebih bodoh dari ikan raksasa yang sedari tadi ia perhatikan. Namun karena terlalu buru-buru kaki kanan Yixing yang diangkat lebih dulu untuk melangkah malah menyandung kaki kirinya sendiri, akhirnya tubuhnya tidak seimbang dan ia pun terjatuh sambil berteriak memanggil Junmyeon yang baru beberapa langkah didepannya.
“bujangnim!!!”
Junmyeon seketika membeku ditempatnya, mata nya terpejam, dahinya mengkerut, bibirnya mengerucut kedalam, berusaha menahan amarahnya. Bagaimana tidak marah? Berkat teriakan wanita itu kini semua orang memandanginya. Junmyeon pun menoleh kepala nya sekilas kebelakang, menatap Yixing.
Wanita itu sendiri malah menutup mulutnya dengan kedua tangannya, baru sadar dengan suara nya yang barusan begitu menggelegar, matanya menangkap tatapan membunuh yang diberikan oleh bosnya yang barusan ia permalukan. Junmyeon masih menatapnya dengan tajam, seolah ada bola api dimatanya, kemudian pria itu mendengus kesal ke udara, lalu berbalik lagi ke tempatnya , menundukan kepalanya malu dan melanjutkan perjalanannya bersama Jongin meninggalkan Yixing yang sedang menunduk malu.
.
.
.
Tanpa terasa matahari sudah hampir tenggelam. Kini mereka bertiga duduk santai sambil menikmati makan malam mereka disalah satu restoran ditempat itu. Junmyeon menghentikan makan nya sejenak. Ia mengahlikan pandangannya pada langit yang indah, berwarna merah, oren dan abu gelap. Pria itu mengambil anaknya dari bangku nya, kemudian mendudukannya dipangkuannya, mengarahkan kepala nya memandangi matahari. Yixing pun diam-diam mengikuti pandangan kedua appa dan anak itu.
“ayo kita hitung mundur bersama!” ucap Yixing antusias, Junmyeon terkejut karena ucapan Yixing yang begitu tiba-tiba. Barusan dia seakan tidak peduli tapi entah kenapa dia tiba-tiba masuk begitu saja. Junmyeon ingin sekali membalas ucapan Yixing tapi entah kenapa sore ini pria itu sedang tidak ingin membuat masalah atau memperpanjang apapun.
Mereka pun berhitung mundur bersama
“5 . . .
4 . . .
3. .  2. .
1. . .”
Sudah lama sekali sejak terakhir Junmyeon melihat matahari tenggelam, dan yang lebih aneh nya lagi, ketika ia tidak sengaja menolehkan kepala nya kesamping, ada Yixing disana yang sedang tersenyum masih memandangi langit yang mulai berubah warna. Perlahan raut wajah Junmyeon berubah, bibirnya yang tadi melengkung membentuk senyuman kini mengendur, fokus nya terahlikan dari langit menjadi Yixing. Kemudian wanita itu pun menolehkan kepalanya, kedua mata mereka bertemu pandang, Yixing yang masih tersenyum bahagia karena matahari tenggelam tadi tiba-tiba memegangi kedua pipinya, kaget. Wanita itu segera mengubah raut wajahnya menjadi datar dan langsung memutar kepalanya kembali ke posisi semula.
Kedua nya pun diam, tidak bicara sepatah kata pun. Tidak lama setelahnya makanan yang mereka pesan akhirnya datang. Semua nya sibuk pada makanan mereka masing-masing, termasuk Jongin yang tidak mengerti apapun tentang apa yang terjadi diantara keduanya. Selesai makan, Yixing memandangi jam tangan nya lalu ia memberanikan diri untuk berbicara duluan, berusaha memecahkan keheningan.
“ini sudah lebih dari jam kerja ku, apa aku boleh berbicara sebagai seorang teman?”
Junmyeon menolehkan kepala nya sekilas lalu mengangguk sekali.
“bagaimana kalau Jongin dibawa saja ke kantor setelah pulang dari sekolah?”
Junmyeon yang mendengarkan tersenyum sekilas, “bukankah kau tidak menyukai Jongin? Kau bilang dia monster, lalu sekarang kau peduli? Karena keadaannya? Kau mengasihani anak ku?”
“bukan seperti itu, aku memang tidak terlalu suka dengan anak-anak, dan setelah tidak sengaja mendengarkan permasalahan mu tadi di rumah sakit, aku hanya bisa memberi saran begitu. Tapi kalau kau tidak melakukannya juga tidak masalah. Itu kan urusan mu.”
“semenjak ibu tiada, aku pindah ke apartemen karena appa sering sakit-sakitan dan itu tidak baik untuk appa, karena dia jadi tidak fokus pada pengobatannya dan untuk Jongin sendiri tidak baik terus-menerus didekat orang yang sakit. Namun karena aku harus bekerja, aku menggunakan baby sitter untuk menjaga Jongin. Bukannya menjaga anak ku dengan baik, perempuan jahat itu justru menyiksa anak ku sampai ia trauma untuk berbicara. Awal nya Jongin sangat hiper aktif, dia mulai bicara saat itu tapi wanita itu terus menerus memarahi nya karena berisik. Sejak itu aku tidak mau menggunakan baby sitter.”
“kalau begitu Jongin nanti pasti akan kembali bicara, aku akan mencoba membantu sebisa ku untuk mengatasi trauma nya.”
Junmyeon tersenyum lalu tertawa kecil, sebelum akhirnya ia memandangi Yixing sembari menggendong Jongin yang mulai tertidur.
“terimakasih banyak untuk hari ini nona Zhang. Maaf aku sudah merepotkan mu dari pagi sampai sekarang. Mungkin kalau kau tidak bodoh itu akan lebih baik, jadi aku tidak perlu memarahi mu. Tapi ku ucapkan terimakasih sekali lagi nona Zhang, karena sudah membuat Jongin ,,” Junmyeon menjeda kalimatnya lalu melanjutkannya dalam hati ‘dan aku’. Kemudiania mengucapkan kata terakhir dalam kalimatnya “,,tersenyum”
.
.
.
Tbc
chap ini terinspirasi dri exo ladder season 2.. pada nonton ga??







Yoww,, thank you banyak untuk yang follow dan komen FF ini. Maaf banget yah udah bikin kalian nunggu lama. Tapi disini puas kan? Ada banyak SuLay momen nya.
Maaf untuk typho nya
Jangan lupa vote dan komen nya^^
See you in next chap😉

Ours Love BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang