Bandung, Track Lari Gedung Sate || 06.30 WIB
KABUT belum juga menyingkir dari pandangan mata walau matahari telah keluar dari persembunyian nya sejak tadi. Aku mengusap peluh dengan selembar tisu yang entah sejak kapan aku membawanya. Di sudut terjauh dari keramaian di tempat ini--sesepi yang ku bisa karena sepi selalu absen dari tempat ini, aku disuguhkan dengan berbagai macam pemandangan. Tapi sejauh ini, yang menyita perhatianku adalah sebuah keluarga dengan tiga orang anak kecil di hadapanku.
Mereka nampak bahagia, sesekali sang Ibu berteriak ketika melihat anaknya hendak terjatuh tapi untung sang ayah sigap menangkap anak bungsu mereka dan diakhiri dengan tawa yang jujur, cukup menghangatkan hatiku. Aku tersenyum kecil, membayangkan kapan terakhir kalinya aku yang berada di posisi itu.
Ah, apa sih yang ku pikirkan.
Segera aku memasang kembali earpod ku dan mulai berlari untuk beberapa putaran terakhir,
atau entah untuk benar-benar berlari dari kehidupan yang memuakkan ini.
**
Aku sampai di rumah dengan perasaan lega ketika melihat tidak ada mobil terparkir di halaman. Sudah pergi, pikirku. Akupun masuk dan berjalan ke arah dapur, mencari minuman apa saja untuk menuntaskan dahagaku ini. Pilihanku jatuh pada segelas air kelapa yang pamanku berikan kemarin malam. Rasanya sangat segar!
Aku terlalu fokus untuk menandaskannya hingga tak menyadari kedatangan seseorang. Pegangan tangan digelas terlepas begitu saja saat mendengar decitan dari pintu depan rumah, membuat gelas itu menjadi kepingan di atas lantai.
"ADUH DINARA! KAMU APA-APAAN SIH?!" suara memekakkan itu memenuhi indra pendengaranku. Aku terlalu syok dengan gelas ku yang terjun bebas, aku tidak cukup siap dengan pecahan yang lainnya.
Takut-takut aku mencoba untuk menatap wanita dihadapanku. Seperti itu lagi. Mata yang membesar karena amarah, bibir yang terkatup rapat, dan menatapku tajam. Ini bukan pertama kalinya dia seperti itu. Ini juga bukan pertama kalinya aku merasakan ketakutan yang amat sangat hingga badanku gemetaran. Dan aku tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Dengan tanpa perintah aku berjongkok dan memeluk tubuhku erat, melindunginya. Aku merasakan kepalaku sakit saat Ia berhasil memukulku dengan cukup keras.
"Kamu udah berapa kali mama bilang jangan teledor! Bisanya cuma bisa bikin barang-barang mama rusak saja, dasar gak tahu diuntung!," cercanya dengan penuh amarah.
"Bersihkan atau kamu gak usah makan malam ini." Katanya dingin sebelum berlalu menuju kamarnya.
Tanpa ba-bi-bu lagi, aku mengendurkan perlindunganku dan mulai memunguti pecahan gelas itu. Aku mencoba sekuat tenaga untuk menahan isakan tangisku. Menahan isakan mungkin berhasil, tapi tidak dengan air mata yang merebak memenuhi pelupuk mataku.
"Aakh!" ringisku saat tak sengaja kepingan beling itu melukai jari. Aku segera mengambil tisu didekatku dan menahan darahnya agar tidak terus keluar. Aku hanya ingin menyelesaikan kekacauan ini secepat mungkin dan pergi tidur.
**
Aku terbangun dan menatap langit-langit kamar yang dipenuhi dengan bintang-bintang glow in the dark. Air mataku kembali mengalir ketika gambaran-gambaran tadi pagi berputar di kepalaku. Rasanya sakit sekali. Rasanya semakin sakit saat ingatan-ingatan mama yang memperlakukanku seperti tadi ikut berpesta pora dalam kepalaku.
Aku gak terlalu sadar kapan persisnya mama berubah menjadi seperti itu. Ingatanku kabur. Selain teriakan, makian, dan amukan mama, selebihnya aku tak bisa ingat.
Dentingan suara handphone mengembalikan aku ke bumi, aku meraihnya dengan malas di atas nakas dan membuka aplikasi sosial media berwarna hijau itu.
GROUP KETJOA (KETJE, WOW, GAK ADA DUA) (5)
Almeera : woi, ini si Dinara masi idup gak sih?
Benji P: gila lu boi, ngomong gak pernah basmallah dulu!
Almeera : CANS GINI GUE DIPANGGIL BOI
Aruna P.Pasya : ketemu online aja ribut gini manusia:(, heran gue
KeanuMF: gue pasang ceban yang menang pasti Almi! Lo gimana, Na? @Aruna P.Pasya
Almeera : DINARA KELUAR GAK LO.
Bibirku sedikit tersungging ke atas saat membaca pesan-pesan mereka. Bener-bener deh mereka ini.
DinaraGhista: Lo hubungin menejer gue aja, gue sibuk.
KeanuMF: replied to DinaraGhista's message. Pft. @Almeera
Almeera: replied to DinaraGhista's message. Menejer pala lo, Ra. Ini tugas Bu Sugih gimana? Gue lupa kalau paper nya semua ada di elo:.(((((
Aruna P.Pasya: Eh iya Bu Sugih!
KeanuMF: Eh iya Bu Sugih! 2
Benji P: lo lupa? Bukannya kerjaan lo Cuma tidur ya cuy?:)
KeanuMF: (shy)
seketika aku terbangun untuk mengoreh isi tas dan benar saja semua paper itu ada padaku. Aku menepuk jidat, Sial! bisa-bisanya aku melupakan tugas Bu Sugih. Beliau adalah guru biologiku. Terkenal sangat tegas dan tepat waktu. Bahkan kalau kalian telat masuk ke kelas sedetik dari waktu yang ia tetapkan, maka ya.. udah. Tunggu aja diluar sampai mata pelajarannya selesai.
DinaraGhista: IYA DONG BENER. Ini tugas dikumpulin kapan? @Almeera
Almeera: hari ini mba, 3 jam lagi tutup deadline :'D
WHAT!? Aku memejamkan mata dan memikirkan jalan keluar terbaik. Bagaimanapun, tugas ini harus selesai dengan cepat. Aku mulai memfoto semua paper itu dan mengirimkannya ke grup.
"Dinara, ayo makan!" suara mama terdengar sangat jelas dari arah ruang makan.
"Iya sebentar, Ma!" balasku sambil mengetik pesan dengan super cepat. Aku takut membuat mama lama menunggu.
DinaraGhista: I have sent the papers for you guys. Sorry gue juga lupa. Una, lo halaman 1-2. Almi 3-4. Benji 5-6. Gue 7-8. Dan lo Keanu, halaman 9-12.
KeanuMF: EH, APAAN KOK GUE PALING BANYAK!? @DinaraGhista
Almeera: mampus!
DinaraGhista: biar lo banyak belajar:)
"Cepat Dinara!" ucapan mama semakin meninggi.
Benji P: HAHAHAHA.
DinaraGhista: jawabannya ntar kirim ke Una, jangan ke gue. Gue sibuk.
KeanuMF: (poop)
aku segera mematikan ponsel dan bergegas menuju ruang makan, tempat dimana mama berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Ficción GeneralTeruntuk kamu, yang kehilangan cara untuk menjaga senyum manis terukir di wajah.. Teruntuk kamu, yang mulai merasa kehilangan orang-orang terkasihnya, dan teruntuk kamu, yang hampir kehilangan jati dirinya. Kamu gak sendirian. Hai! Aku Dinara. Gadis...