MARIO NATHAN DANENDRA

63 2 0
                                    

Matahari telah menampakkan dirinya. Ayam yang sudah berkokok dari tadi kini sudah berlarian. Matahari pun juga sudah semakin terik. Namun, Mario Nathan Danendra atau yang akrab di sapa Rio masih saja tidur tanpa dosa.

Ify yang sedari tadi mengetuk kamar Rio, lebih tepatnya kamar tamu rumah Ify. Tetapi orang yang di dalam kamar masih saja tidur tanpa peduli sekitarnya. Akhirnya Ify memutuskan untuk masuk dan membuka tirai kamar itu. Rio yang terganggu dengan sinar matahari pun mulai ngomel-ngomel.

"Aduh silau, Fy," keluh Rio sambil menutupi pandangannya dari silau matahari.

"Ini tuh udah jam 10, Rio, bangun!" pinta Ify. "Bentar lagi Ayah sama Bunda pulang, sana mandi! Gue udah siapin sarapan."

"Ayah sama Bunda pulang?" tanya Rio shock sambil bangun dari tidurnya.

"Iya, tapi gue udah bilang Ayah sama Bunda kok tadi subuh pas telepon, kalo semalam lo kejebak hujan trus nginep di rumah. Jadi jangan khawatir, udah sana mandi!" Ify langsung menarik Rio dan mendorongnya untuk masuk ke kamar mandi.

~0~

Ify dan Rio baru saja selesai sarapan. Terdengar suara mobil orang tua Ify yang tengah parkir di pelataran rumahnya. Ify bergegas membereskan piring yang ada di meja makan. Sementara itu, Rio memilih untuk berjalan keluar menyambut orang tua Ify.

"Pagi, Ayah, Bunda!" sapa Rio sambil mencium tangan Ayah dan Bunda Ify. Orang tua Ify sudah sangat mengenal Rio dan sudah menganggap Rio seperti anak mereka sendiri.

Kebetulan Ify itu anak tunggal dan baru kali ini dia punya sahabat cowok. Jadi orang tua Ify seperti merasa punya anak cowok. Sehingga mereka meminta Rio untuk memanggil dengan sebutan Ayah dan Bunda.

"Bagaimana perjalanannya, Yah, Bun?" tanya Rio sambil memperhatikan Ayah yang begitu lelah.

"Macet parah, Io," jawab Ayah mengingat kemacetan di perjalanan tadi.

"Padahal tadi dari sana berangkat subuh lho," tambah Bunda sembari berjalan masuk ke rumah.

"Oh iya ini kan weekend ya, Yah."

Ayah berjalan menuju bagasi belakang mobil. Rio pun berjalan mengikuti ayah sambil berbincang-bincang seru. Ayah dan Rio sudah seperti seorang ayah dengan anaknya sendiri tanpa ada batasan. Rio pun membantu Ayah membawa beberapa oleh-oleh ke dalam rumah.

"Akur banget sih Ayah sama anak kesayangan," sindir Bunda dari sofa ruang keluarga. Ify yang baru saja selesai mencuci piring diminta Bunda untuk memijat bahunya. Karena perjalanan berjam-jam yang macet membuat Bunda begitu lelah.

"Duh, Bunda kok nyolong start duluan sih, Ayah kan badannya juga pegel-pegel, Fy," tutur ayah yang iri dengan bunda karena sudah nyolong start duluan dari dirinya yang dari tadi juga nyetir.

"Sini, Ayah dipijit Rio aja," seru Rio sambil mengikuti Ayah ke ruang tengah setelah menaruh oleh-oleh di meja pantry.

"Nah, Ayah dipijit sama Rio aja," sahut Bunda tak mau kalah.

Suasana pagi itu begitu hangat dengan dihiasi canda tawa yang selalu Ayah dan Rio buat. Rio dan Ayah Ify memiliki kepribadian yang sama yaitu humoris, jadi setiap kumpul selalu saja ada lelucon yang mereka buat. Mereka sudah seperti keluarga yang sangat harmonis. Orang lain yang tidak tau siapa Rio pasti mengira bahwa Rio juga termasuk bagian dari keluarga kecil itu.

~0~

Rio dan Ify duduk di bangku bioskop sambil memakan popcorn yang ada di tengah-tengah mereka. Setelah bercanda tawa pagi tadi di rumah Ify. Rio mengajak Ify untuk pergi keluar dan Ify memilih bioskop menjadi tujuan mereka. Kali ini dia memilih film humor biar Rio bisa tertawa lagi.

"Thanks ya, Fy!" seru Rio setelah keluar dari gedung bioskop sambil merangkul bahu Ify.

"Your welcome."

"Makan yuk!" ajaknya, "gue laper nih." Rio hanya nyengir memperlihatkan sederet gigimya.

Beginilah kalo pergi sama Rio, makan terus. Padahal tadi sebelum pergi Bunda udah nyuruh kita makan dulu di rumah. Tapi, tetap saja Rio ngajak makan lagi di mall.

"Biasaan deh, lo bikin gue gagal diet mulu," keluh Ify bete. Tapi karena hari ini dia pengen nyenengin Rio, jadi dia nurut aja apa yang Rio mau.

"Hehehe... gak usah diet napa?" balas Rio dengan entengnya.

"Ntar gue gak cantik lagi, hihihi," balas Ify pembelaan.

"Lo mau kek apa tetep aja kagak cantik," sahut Rio sambil bergegas lari meninggalkan Ify yang mulai kesal.

"Mulai ngajak perang lo, Io," keluh Ify sambil berjalan mengikuti Rio yang semakin jauh.

~0~

"Jadi gini, baru juga diputusin langsung pergi sama cewek lain. Gak mikirin mantan kenapa bisa diputusin. Gak introspeksi diri malah kencan. Dan buat lo cewek gak tau diri, emang dasar ya lo pelakor!!!" cerocos gadis cantik yang entah dari mana tiba-tiba sudah ada dihadapan Rio dan Ify.

"Maksud lo apa bilang gue pelakor?" tanya Ify yang tak terima pada Shilla, mantan Rio.

"Gue bener, kan? Semua gara-gara lo, gue putus sama Rio," balas Shilla penuh amarah. Entah apa yang Shilla pikirkan tentang sosok Ify.

"Hello? Disini yang mutusin Rio itu elo ya, lo gak mikir apa selama ini Rio udah berjuang demi ketemu lo tiap weekend, lo gak tau kan Rio gak pernah belajar cuma demi kencan sama lo, dan satu lagi Rio tiap malam selalu kerja part time cuma demi nyari uang buat tiket kereta nyamperin lo dan beliin semua barang yang lo mau, maaf ya kalo saling cinta harusnya tuh saling berjuang bukan cuma Rio doang yang lo suruh berjuang, udah putus baru disamperin kesini," keluh Ify mengeluarkan semua emosinya yang selama ini dia pendam.

"Udah Fy, stop!" teriak Rio tak terima karena cinta telah membutakan perjuangannya meski tanpa ada balasan perjuangan dari Shilla. "Kamu ngapain kesini? Ify itu cuma sahabat aku, dia yang slalu bantu dan nemenin aku selama ini, maaf kalo aku temenan sama ify malah bikin kamu ngira aku selingkuh," tutur Rio meminta maaf pada Shilla.

Ify langsung shock dengan apa yang barusan dia lihat. Bukannya Rio marahin Shilla malah sebaliknya, dia meminta maaf dengan semua keadaan ini. "Tuh sadar dong Shil, Rio tuh cinta banget sama lo, harusnya lo juga berjuang demi Rio, jangan biarkan Rio berjuang sendiri!" sahut Ify yang benar-benar sudah tak sanggup dengan kelemahan Rio.

"Udah, Fy!" pinta Rio tak terima menyalahkan Shilla dengan semua keadaan ini. "Jangan marahin Shilla! Tolong beri waktu kita buat ngobrol berdua, please!" mohon Rio pada Ify yang secara gak langsung mengusir Ify begitu saja.

Ify benar-benar shock dengan kemauan Rio untuk menyuruhnya pergi. "Okay, kalo lo mau ngobrol sama Shilla dulu, gue pulang sendiri." Ify pun langsung lari meninggalkan mereka berdua. Rio pun tak menghiraukan Ify dan beralih meminta maaf pada Shilla.

"Okay, aku maafin kamu tapi dengan satu syarat," ujar Shilla sambil memberikan senyuman licik.

"Apa syaratnya?" tanya Rio antusias. "Selama aku bisa memenuhinya akan aku penuhin persyaratan itu, Shil."

"Syaratnya..." tutur Shilla dengan senyuman yang penuh arti sambil mendekati Rio dan membisikan semua syarat yang dia mau.

Rio hanya bisa melongo dan bingung harus bagaimana dia menghadapi semua syarat itu. Dia benar-benar gak ngerti apa yang ada dipikiran Shilla, sampai-sampai dia mengajukan syarat itu. Dia masih saja terdiam memikirkan syarat yang begitu sulit itu.

"Aku kasih kamu waktu selama satu minggu, kalo sampe satu minggu ke depan kamu nggak melakukan syarat itu, aku anggap kita benar-benar berakhir."

~0~

Dekat Tapi JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang