03. let's start

10 4 0
                                    

Keesokan paginya, aku bangun tidur dan mandi. Tumbennya si Farrel udah bangun. Aku kira masih ngebo kek biasa. Kali ini perjalanan kami akan dimulai. Kami akan menuju paris van java yaitu kota Bandung. Ibukota Jawa Barat.

"Mi aku dan Farrel berangkat ya." Ucapku.

"Iya sayang, hati-hati jangan lupa kabatin Mami kalau udah sampe ya." Pinta Mami.

"Ashiap mi." Jawabku.

Menggendong tas berisi banyaj sekali perlengkapan memang sangat melelahkan. Namun itu tak mematahkan semangatku.

Aku dan teman-teman janjiam ketemu di halte. Saat jam pertemuan, hanya ada aku dan Farrel. Ntah kemana mereka. Dku menengok ke kanan dan ke kiri kayak lagu naik-naik ke puncak gunung liat pohon cemara.

Tak lama kemudian, Gilang dan Reyhan datang. Sementara Naya tak kunjung datang.

"Eh si Naya mana?" Tanya Farrel.

"Ciee nyariin..." ledek Gilang.

"Ya gak gituh. Ini udah jam berapa coba dia blom dateng. Lama-lama gw batalin aja nih perjodoham klo nikahnya sama orang kek dia." Jawab Farrel yang jengkel.

"Sabar Rel! Nanti kalo dah jadi istri lu juga bakalan rajin bangunin lu." Ujar Reyhan.

Bus sudah sampai di halte. Aku mencari keberadaan Naya. Namin dia belum terlihat. Karna bus sidah mau berangkat akhirnya aku dan yag lain segera naik bus. Saat bus hendak berjalan. Terdengar suara teriakan.

"Hey! Tunggu aku!" Teriak wanita yang ternyta adalah Naya sambil berlari mengejar bus.

"Naya?" Tanyaku heran

Farrel beranjak dari kursi menuju pintu bus. Ia melambaikan tangan untuk Naya.

"Naya, cepat raih tanganku dan naik!" Teriak abangku dengan menjulurkan tangannya.

Naya berusaha berlari secepat mungkin untuk mengejar bus. Berusaha meraig tangan Farrel. Akhirnya Naya berhasil meraih tangan Farrel dan naik ke bus.

“Darimana aja sih lu? Lama banget sih.” Seru Farrel.

“Ya gw tadi ada sesuatu yang penting.” Jawab Naya yang hendak duduk.

“Sepenting apa sih?” tanya Reyhan.

“Udahlah gak usah ribut! Kan yang penting Naya udah dateng.” Ujarku.

Aku menenangkan Farrel yang tadinya terlihat marah. Kami duduk di tempat masing-masing. Aku duduk bersama Reyhan dan Naya.

Semua temanku tertidur, sementara aku mendengarkan lagu lewat earphone. Sambil menikmati pemandangan dalam perjalanan.

Aku melirik ke tangan Reyhan yang memakai gelang. Gelang yang kuberikan padanya sebagai tanda persahabatan. Akhir-akhir ini dia terlihat jutek padaku.

Flashback

15 tahun yang lalu, di saat aku dan Reyhan bermain di rumah pohon.

“Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun!” nyanyiku sambil membawa balon.

“Emang siapa yang ulang tahun?” tanya Reyhan.

“Ih masa Reyhan gak tau sekarang hari apa.” Ambekku.

“Hari ulang tahunmu kan 2 bulan yang lalu, dan ulang tahunku masih 4 bulan lagi.” Jawab Reyhan.

Aku marah dan terdiam mendengar Reyhan berkata seperti itu. Aku turun dari rumah pohon hendak meninggalkan Reyhan. Reyhan mengikutiku dari belakang, lalu memelukku.

“Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun untuk Reyhan dan Aletta!” nyayi Reyhan yang membuatku terkejut.

“Reyhan gak lupa kan?” tanyaku.

Adventure 100 day of GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang