"Berharap aku terbangun dari mimpi memuakkan ini, dan lagi aku berharap kau kembali padaku dan menjadi kesatria pelindungku."
.
.
.
.
.
.
.
.
Mentari pagi menyapa hangat tubuhku, keringat menemaniku berjalan di jalan setapak yang biasa aku lewati untuk menuju sekolah yang mulai kubenci sejak tahun lalu. Saat ini aku duduk di bangku kelas tiga SMA, aku bersyukur masa SMA akan berakhir dengan cepat dan aku tak sabar ingin keluar dari lingkaran hitam ini.
.
.
.
.
.
.
Seperti biasa, duduk sendirian di bangku pojok kanan paling belakang dimana tempat sapu, kemoceng dan alat pembersih lainnya tersusun rapi dan tak luput sebelahnya ada lemari buku yang di dalamnya terdapat buku-buku pelajaran yang tebalnya 10 hingga 20 cm berjejer tersusun rapi dan penuh warna.Dan lagi, tidak ada satupun yang mau menemaniku setidaknya menjadi pengingat disaat buku pelajaran matematika tertinggal di rumah diatas meja belajar.
"Aissshhh, kenapa di jam pelajaran ini lagi sih bukunya tinggal. Apalagi alasan kali ini, kumohon beri aku pencerahan apa yang harus ku lakukan........ "
.
.
.
.
.
.
jam pelajaran matematikapun usai, lagi dan lagi aku sendiri. Yap benar dugaan kalian aku adalah salah satu korban bullying di kelas, tidak maksudku di sekolah. Menjadi murid teladan, pintar, cantik, ramah, disukai banyak guru dan para teman cowok membuat semua teman-teman cewek iri padaku. Perlakuan kasar mereka setidaknya pernah ku balas namun itu yang merubah keadaanku berubah 180 derajat. Waktu itu....
Ditoilet saat jam pelajaran olahraga
"Som aku boleh pinjam baju olahragamu gak nanti???" tanya Dilla teman sebangku ku. "emang mau buat apa Dil? Kan kamu bawa baju olahraga???". "eh iya sih Som cuman ini baju teman ku dan dia nanti mau pake soalnya kelas dia mau olahraga sehabis kita. Gimana Som boleh kan??? " "Mmmmm, boleh sih tapi nanti sehabis digunakan balikin ya." "Oke Som, aku balikin nanti sehabis jam pulang sekolah".
.
.
.
.
.
.
.
.
"Somia, lu dipanggil ibuk BP " ketua kelas menegurku, "lah kenapa Bud?? " aku yang terheran tak tau apa dari permasalahan yang terjadi, sehingga guru BP memanggilku. "Gak tau juga sih, cuman tadi ibuk Eka meminta bantuan manggilin kamu. "oh, okelah Bud. Makasih ya".
"permisi buk", "silahkan masuk, duduk Somia." tegas buk guru BP. "Maaf sebelumnya buk, kenapa yah ibuk memanggil saya??? Apa saya ada buat salah buk?? " pertanyaan yang ku lontarkan itu berharap tidak terjadi masalah besar yang akan merugikanku nantinya. "Somia, apa kamu tau apa salahmu??? " pertanyaan itu aku hanya jawab dengan gelengan kepala. Aku terkejut tatkala, buk eka memberikan baju olahraga yang tadinya kupinjamkan pada Dilla temanku. "ini punya kamu???". Anggukan kepalaku menjawabnya. "tadi dilla menemukannya di ruangan toilet pria, apa kamu yakin tak tau apa yang kamu perbuat??? " Buk Eka membulatkan matanya, nada suaranya semakin tegas dan aku hanya mengedipkan berkali kali mataku yang tak percaya atas ucapan buk Eka. "Buk ini memang baju saya, yang saya pinjamkan ke Dilla buat dia pakai nanti, tapi saya tak tau buat apa buk. "
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly
Romancekesabaran yang dinanti di ujung senja berubah menjadi rasa pahit yang membeku, akankah Ia masih bisa bertahan saat tubuhnya terkoyak oleh penghianatan? gadis pekerja keras dan lembut parasnya menunggu kebahagiaan yang selalu diimpikan.