Auris bersama Damian telah sampai di rumah Sean Syahab, anak pengusaha berdarah Arab yang juga teman kuliah Auris di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Mendengar klakson mobil, Sean segera keluar.
"Sean...!" Auris setengah berteriak tak bertemu dan tak bisa menghubungi membuatnya rindu.
Damian segera menutup pintu mobil dan mengiringi langkah Tuan Putri.
"Auris, siapa?" bisiknya saat mereka cium pipi.
"Nanti aku cerita semuanya. Tunggu yang lain datang." Auris balas berbisik.
"Kece badai. Hati-hati jatuh--" mengedipkan mata genit.
"Apaan sih," mereka saling berbisik, "mentang-mentang aku jomblo, gitu."
"Ya, dari segi kelayakan pun sangat memenuhilah!" seru Sean tanpa dosa.
"Udah deh, didengar dia nggak enak."
"Eh, itu mereka!" Sean kembali berseru ketika melihat mobil Jeny memasuki halaman rumahnya.
Damian tetap berdiri seperti patung tak jauh dari Auris. Jenyfer dan Sasya turun dari mobil yang dikemudikan oleh Jenyfer.
"Hai..., ini siapa?" Jenyfer dengan santai menyapa Damian, membuka kaca mata hitamnya.
"Hai, pacar ... Auris?" tuduh Sasya, menyalaminya.
"No. I'm bodyguard, Nona Auris," jawabnya tanpa ragu.
"Um, dia Damian." Auris merasa tak enak pada Damian.
"Bodyguard?" Sean terheran.
Tiga sahabat itu menatap tanya. Auris merasa tak enak pada Damian jika terang-terangan mengatakan dia adalah bodyguard, tapi dengan sendirinya mereka sudah mendengar itu.
"Apa yang terjadi, babe?" selidik Jenyfer.
"Um, okay, aku jelasin tapi ... kita duduk dulu." Auris menenangkan ketiga sahabatnya.
"Lebih baik di dalam, Nona!" perintah Damian tanpa bergerak sedikit pun.
Empat pasang mata sontak menatap punggungnya."Okay." Auris menarik lengan Sean untuk masuk ke dalam rumah.
Mereka berkumpul di ruang yang dilapisi kaca besar sehingga masih bisa memperhatikan Damian yang seperti patung menjaga di luar sana.
"Jadi gini, aku kayak dapet teror gitu."
"Oh ya, pantas kamu nggak masuk kuliah dan nggak bisa dihubungi, pasti ada hubungannya." Sergah Sasya.
"Iya. Hape-ku dibawa polisi karena ada pesan suara si peneror. Dan aku juga udah nggak mau pegang hape itu. Aku takut banget." Menutup wajahnya sesaat. "Dia mengancam akan ... menyakiti dan membunuhku, bahkan yang sangat menjijikkan dia... ingin mem-perkosa--."
Tiga sahabatnya memandang iba, dan ngeri lalu memeluk secara bersamaan.
"Kenapa bisa seperti itu? Apa tujuanya?" tanya Jenyfer bernada kesal dan tentu saja marah.
"Dia..., ingin menghancurkan Daddy dengan cara itu, karena dia tahu, kelemahan Daddy adalah aku. Daddy akan hancur kalau..."
"Ssst...! Cukup, kita ngerti," Jenyfer buru-buru memeluknya lagi.
"Nggak akan terjadi apa pun sama kamu, okey." Sean menenangkan lalu menciumnya.
Sasya pun menciumnya, "Damian akan selalu di sampingmu," godanya sedikit menghibur dan berhasil membuat mereka tertawa sementara Auris sedikit tersipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard Of Auristela
Romance"Nona?" "Say my name, please!" -- Dia datang. Dan hidupku berubah. Setiap kali dia berusaha melindungiku--ingin dia membawaku kemana pun. "Damian kau tahu, tatapanmu membuatku meminta, say you love me." "Auristela, hanya ada satu bintang emas di ant...