BAGIAN 4 - SIUMAN

12 1 0
                                    

Aku terbangun dari rangkaian episode bersambung dalam otakku. Dalam mimpi terakhirku, aku kembali memeluk seseorang yang kuyakini adalah lelakiku. Kembali memeluknya seolah aku tak ingin melepasnya. Sebuah kesempatan pertama dan akan tetap seperti itu agar tetap bersandar di pelukannya.

Mataku kembali mengerjap, menyesuaikan cahaya silau di sebuah ruangan. Semuanya putih. Tirai yang ada di samping kananku terbuka separuh. Seorang laki-laki tengah duduk dan tertidur di samping kiri ranjangku berbantalkan lengannya sendiri.

Gerakan tanganku yang tak terkena infus tak sengaja mengganggu aktivitas tidurnya. "M-maaf," interupsiku pelan. "Aku di mana?"

"Yoon Nayoung, kau sudah sadar? Kau perlu sesuatu? Akan kupanggilkan dokter."

Dokter? Aku ada di rumah sakit? Untuk apa aku ada di sini? Kenapa tubuhku rasanya sulit sekali untuk digerakkan? Seperti ada yang mengikat kepalaku, aku mencoba menyentuhnya. Aku merintih pelan saat menyentuh sebuah luka yang tertutup oleh perban.

"Yoon Nayoung-ssi, Anda sudah sadar. Bagaimana keadaanmu? Apakah ada yang sakit?" Seorang laki-laki yang memakai jas putih dan membawa stetoskop, yang kuyakini adalah seorang dokter didampingi seorang perawat datang bersama seorang laki-laki yang tadi tertidur di sampingku.

"Kepalaku sedikit sakit." Ucapku padanya.

Tangannya begitu cekatan untuk melihat luka yang ada di kepalaku. "Tak apa, kau hanya terbentur sedikit. Beberapa waktu lagi pasti akan sembuh."

Aku hanya tersenyum kecil mendengar penjelasan dokter itu. "Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Jangan terlalu banyak bicara, selamat beristirahat." Dokter muda itu balik kanan diikuti si perawat meninggalkan kamar inapku.

"Aku tak yakin dengan ucapanku, tapi apakah kau Yoon Chanyeol?" Tanyaku menginterupsi saat ia akan duduk kembali.

Pria itu sedikit terkejut dengan ucapanku barusan. Ia kembali menatapku dengan tatapan iba sembari menggenggam erat tanganku yang terbebas dari selang infus.

"Aku kakakmu. Apa kau lupa?"

"Aku hanya sedikit lupa. Bahkan kepalaku rasanya sakit sekali saat mencoba mengingat namamu, maafkan aku, Kak."

"Tak apa. Kau hanya mengalami amnesia sementara. Semua akan kembali normal hingga batas waktu yang tak ditentukan. Aku ada di sampingmu untuk selalu mendukungmu." Jelasnya kembali menggenggam tanganku lebih erat dan menyentuh suraiku dengan lembut.

Kamar rawatku kembali terbuka. Seorang laki-laki kembali masuk dengan menggunakan pakaian kasual dan ia juga sama seperti Yoon Chanyeol, menatapku dengan tatapan iba.

"Kim Jaehwan, kau datang?"

Laki-laki yang bernama Kim Jaehwan itu berjalan pelan ke arahku sambil melepaskan barang bawaannya begitu saja. "Aku langsung datang dari Austria, hyung."

Pertanyaanku hanya satu, siapa laki-laki itu?

"Kak, dia siapa?" Aku menoleh pada Chanyoung.

"Sepupu kita, Kim Jaehwan, dia sekolah musik di Austria, baru saja pulang dari Austria ntuk berlibur." Jelasnya singkat.

"Kau tidak mengenaliku, Yoon Nayoung?" Laki-laki yang disebut Kim Jaehwan ini mengernyitkan alisnya. Kali ini, ia yang balas  bertanya.

Aku hanya menggelengkan kepala pelan.

"Dia mengalami amnesia sementara. Kau tak perlu khawatir." Sahut Chanyeol ke arah Kim Jaehwan yang masih berdiri menatapku tak percaya.

Keduanya mengajakku berkonversasi, kembali meneroka ingatanku yang mungkin separuhnya tengah tertimbun hingga aku perlu mengoreknya lagi. Mulai dari percakapan yang penting hingga tak penting sekalipun. Aku harus tahu jika kakakku adalah laki-laki yang gemar bicara. Namun juga sepadan, ia memiliki candaan yang berkualitas. "Kau harus tahu, dulu, Jaehwan sangat suka makan hingga kedua pipinya terlihat gembul sekali."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE WAY WE FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang