Hyerin POV.
SMA Adiwiyata.
Sekolahku ini bukan seperti yang kalian bayangin. Bukan dalam kata 'Adiwiyata' yang sebenarnya, yaitu mempunyai arti sekolah yang dikenal akan lingkungannya yang bersih, ah, itu hanya sebuah nama saja tanpa mempunyai arti.
Faktanya, sekolahku ini tidak bersih-bersih amat, kok. Meja para siswa saja penuh dengan sampah seperti bekas bungkus snack, gumpalan kertas hasil contekan, sampai dengan tisu bekas ingus yang terdapat paling banyak di laci meja si Fabian, cowok berkacamata bulat di kelasku.
Ngomong-ngomong, Fabian pernah menyukaiku. Ia pernah menembakku sewaktu aku kelas 10. Ya, aku masih ingat betul bagaimana ia dengan beraninya menyatakan cinta monyetnya kepadaku saat penutupan MOS berlangsung.
Oke akan ku ceritakan sedikit, waktu itu, para kakak senior kelas 11 meminta kami semua untuk membuat surat cinta untuk kakak senior. Masing-masing siswa diminta membuat satu surat cinta. Oke, itu terlihat menjijikan bagiku. Namun, aku tetap membuatnya, toh daripada terkena sanksi, bukan?
Baiklah kembali lagi, setelah semua surat itu dikumpulkan kepada kakak senior, sang ketua OSIS, kak Bima menaiki panggung. Ia menawarkan adakah yang ingin menyatakan cintanya secara langsung kepada kakak seniornya, lalu secara tiba-tiba lelaki berkacamata yang sebelumnya tidak kutahu namanya menerobos kerumunan, ia naik keatas panggung. Dan dengan tingkat ke-pedeannya, ia menyatakan cintanya kepadaku. Hei! Sangat bucin.
Semua orang bertepuk tangan, terkecuali aku. Ya, aku ingat betul, ia adalah orang yang ku selamatkan dari bullyan kakak kelas laki-laki yang sewaktu itu tengah menjelek-jelekkan Fabian di gudang belakang sekolah. Entah keberanian darimana yang kudapat saat itu. Sejak saat itu, aku dan Fabian mulai dekat. Tunggu dulu! Dekat dalam artian 'teman'. Namun, karena seiring berjalannya waktu, aku merasa Fabian sedikit berubah. Ia sangat protektif terhadapku, melarangku akan banyak hal. Hah, memangnya dia siapa?
Dan semenjak hal itu, aku sedikit menjauhi Fabian. Entahlah, bukan karena apa-apa. Aku hanya tidak mau memberi harapan kepadanya. Dan pada faktanya, aku sama sekali tidak menaruh hati padanya sedikitpun.
"Oi! Ngelamun mulu"
Seseorang menepuk pundak kananku dari belakang membuatku terlonjak. Ku tolehkan kepalaku ke samping kanan melihat siapa pelakunya.
"Apaan, sih. Ngagetin aja" bantahku kepada Sherly, teman baruku di kelas 11 ini.
"Hehe abisnya daritadi ngelamun mulu, sih. Nih pesenan kamu, kurang baik apa coba aku" ucap Sherly sambil menyodorkan susu kotak fullcream kepadaku.
"Iya, iya Lily-ku yang baiiiiknya tiada taraaa. Makasih banyaaak" pujiku disertai puppy eyes andalanku. Yang ku lihat respon Sherly adalah menirukan gaya orang sedang muntah.
Aku menyemburkan tawa melihatnya, Sherly pun juga tidak tahan menahan tawanya daritadi. Kami berdua saling bercanda di rooftop sambil sesekali memakan camilan yang tadi dibeli Sherly di kantin, sampai sebuah suara berat dan serak mengagetkan kami berdua.
"Hoaaamm. Ah, kalian berdua makan nggak bagi-bagi. Sini, kasih"
Aku dan Sherly menoleh bebarengan ke kiri. Di sebelah kiri kami terdapat tali jemuran dan kain putih susu yang membatasi antara kursi yang ku duduki dan sebuah sofa usang. Kain itu tersibak dan menampilkan sosok lelaki yang sedang tiduran santai diatas sofa usang tersebut dengan kaki kanannya ditekuk dan kaki kirinya ia topangkan ke atas kaki kanan.
Ia Saga, lebih tepatnya Arsaga Lazuardi. Si tukang pembuat onar di sekolah, ia usil, namun lumayan tampan. Ah, ya begitulah.
"Oi. Udahan napa ngeliatin cowok ganteng lagi berjemur" ujarnya lalu beranjak dari tidurnya. Ia melangkah mendekati kami. Lebih tepatnya kearahku. Dan tanpa kuduga, ia menyerobot susu fullcream ku yang baru ku minum setengahnya, dan tanpa berdosanya ia menyedot susu punyaku dengan sedotan bekasku. Sial.
"Ahh.. Rasa vanilla ternyata. Hmm, aku suka" ujarnya lalu pergi meninggalkan aku dan Sherly yang mematung di tempat masing-masing.
"Rin" panggil Sherly.
"A-apa?" tanyaku gelagapan.
"Ka-kalian barusan ci-ciuman secara nggak lang--"
Aku langsung membekap mulut Sherly. Entah, aku sangat merasa malu. Padahal bagiku itu adalah hal yang biasa-biasa saja. Namun, saat Sherly mengatakan bahwa itu 'ciuman', ada yang menggelitik di dadaku.
"Apaan sih, Ly. Udah ah yuk balik ke kelas, bentar lagi bel" ajakku berusaha mengalihkan pembicaraan. Sherly mengangguk, lalu kami berdua meninggalkan rooftop menuju ke kelas kami, 11 MIPA 1.
-to be continued-
Yeaa aku tau di part ini emang dikit heheh next bakal aku panjangin lagi🍭
Ok see u❤Jangan lupa buat vote dan komentarnya yaa✨gomawo
Nih aku kasih fotonya Saga😋
Lagi ngeliatin siapa sihh wqwq
KAMU SEDANG MEMBACA
my [not] boyfriend
Teen Fiction"Lo masih suka sama dia yang jelas-jelas udah nggak suka sama lo? Lo kok bego sih, pendek!" -Saga "Meskipun kamu sama dia, aku nggak papa." -Hyerin "Maafin gue. Yang gue sayang bukan dia, tapi lo." -Daniel Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Ikuti...