——SEHABIS dari rumah Gevan, Gaska langsung pulang ke rumahnya. Gaska menyerngit bingung, tumben sekali rumah nya ramai malam-malam seperti ini. Gaska melangkah masuk kedalam rumah, dan terlihat ada sebuah mobil sedan hitam terparkir di halaman rumahnya. Ia melihat orang tua nya sedang berbincang-bincang dengan rekan kerja nya. Ia mengahampiri kedua orang tua nya, dan mencium punggung tangan keduanya.
"Kenapa baru pulang Gas?" Tanya Yudha—ayah Gaska.
"Tadi macet yah, di jalan" alibi nya. Bohong kalau Gaska terjebak macet, sebab jalanan malam ini cukup sepi. Mungkin karena sudah jam setengah sebelas malam.
"Gaska, ini tante Maya dan om Damie." Ucap Wenda—bunda Gaska, sembari memperkenalkan Maya dan Damie pada Gaska.
Gaska menyalimi punggung tangan Maya dan Damie. Setidaknya ia bertindak lebih sopan. Hendrik tersenyum kepada Gaska.
"Jadi ini yang nama nya Gaska, ganteng juga anak lo Yud" Damie memuji Gaska. Damie memang sudah akrab dengan Yudha, maka dari itu mereka sangat santai kalau menggunakan embel-embel 'lo-gue'
Yudha tertawa, "iya lah. Ayah nya juga ganteng, buah gak akan jauh dari pohonnya. Ngomong-ngomong kapan anak lo bisa ketemu sama Gaska?"
Gaska menoleh ke arah Yudha. Terlihat jelas bagaimana wajah bingung Gaska. Ia tidak mengerti sama sekali, apa maksud dari semua ini. Anak? Anak siapa?.
"Yang pasti secepatnya" jawab Damie lalu menyeruput kopi dihadapannya.
Gaska bangkit dari duduknya, "Gaska ke kamar dulu" ia lalu berjalan meninggalkan para tamu dan kedua orang tuanya.
Wenda yang melihat wajah Gaska yang mulai bosan, langsung menghampiri Gaska dikamarnya. Wenda memutar gagang pintu kamar Gaska yang ternyata tidak di kunci.
"Padahal bunda masih mau kenalin kamu sama om Damie dan tante Maya" kata Wenda sembari duduk di samping Gaska.
Gaska menoleh ke arah Wenda, "tadi udah kenalan, lagian ngapain juga kenalan terus"
Wenda mengelus bahu Gaska, "Om Danie mau kenal kamu lebih jauh. Kalau sudah kenal, ayah sama bunda mau kamu bisa kenalan dulu sama anak nya om Damie. Kalau kalian udah kenal, mama sama papa bisa langsung jo—"
"Langsung apa bun? Gaska udah gede, bunda gak usah ngatur-ngatur hidup Gaska lagi, Gaska perlu kebebasan"
"Bukan itu maksud bunda. Coba kamu kenalan dulu sama anak nya om Hendrik. Siapa tau kamu tertarik"
"Udah malem, Gaska mau tidur,"
Wenda mengerti, anaknya mungkin sedang dalam keadaan bad mood. Wenda berjalan keluar kamar Gaska, dan menutup pintu kamar secara pelan, agar tidak mengganggu Gaska.
***
Pagi ini Dara bangun tidur kesiangan. Yang pasti menyebabkan ia terlambat datang ke sekolah, dan lagi-lagi Dara tidak sarapan, padahal ia sangat rentan teehadap penyakit maag. Dara ingin membangunkan Nadila, namun ia tak tega, Dara tahu pasti Nadila baru tidur, dan dia sangat letih. Jadi Dara memilih untuk tidak sarapan dahuku. Sekarang Dara sedang memandang pagar sekolahnya, ia sedang memikirkan berbagai cara agar bisa masuk kedalam sekolah yang pagar nya terkunci.
"Pak Mamat, bukain dong" mohon Dara dengan wajah memelas.
Pak Mamat hanya menggelengkan kepala sambil berkacak pinggang, "kok bisa telat sih neng Dara?"
Dara hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu menunggu Pak Mamat membukakan pagar.
Tiba-tiba dari kejauhan Dara mendengar suara motor yang sedang kebut-kebutan. Ia tahu betul itu pasti motor milik Gaska and the genk. Motor itu berhenti tepat disaat pak Mamat membukakan kunci gerbang.