#10 (End)

660 62 12
                                    

Happy Reading^^

"Bertahanlah, sayang... Jangan membuat ayah kesepian di dunia ini..."

Alisya kembali memuntahkan darah. Kejadian yang sama terulang kembali. Namun kali ini, Alucard masih mempunyai kesempatan untuk membawa putrinya ke tempat Estes atau Rafaela.

"A-ayah..."

Alucard semakin mempercepat gerakannya. Pria itu benar-benar tak ingin kehilangan putrinya. Satu-satunya harapan hidup baginya. Satu-satunya orang yang tersisa di hidupnya.

~ o0o ~

"Maafkan aku, Alucard. Tapi takdir telah berkata lain...."

Menghadiri upacara pemakaman putrinya adalah salah satu hal paling terakhir yang tak di inginkan Alucard seumur hidupnya. Jika dulu, putrinya-lah yang menjadi obat penyembuhnya setelah kematian Miya. Sekarang, siapa yang akan mengobatinya? Tak ada satu pun orang di dunia ini yang dapat menggantikan posisi Miya dan Alisya di hati pria itu.

"Alisya..."

Jika dulu, masih ada Alisya yang menjadi obat rindunya kepada Miya. Wajah gadis itu membuatnya tenang, karena Miya akan selalu ada dalam jiwa gadis itu.

"Cold, but not cruel."

Alucard masih menggunakan skin Obsidian Blade, skin yang sama dengan yang ia pakai ketika bertarung bersama Alisya. Mereka berhasil membunuh Moscov. Tapi ternyata Alisya juga telah tertusuk tombak Moscov.

Alucard gagal melindungi putrinya. Itu hanyalah sebuah penyesalan kecil baginya. Karena penyesalan terbesar Alucard adalah, ia telah gagal melindungi Miya, juga Alisya putrinya dari orang yang sama. Dua orang yang paling dicintainya, telah pergi.

Jika saja, dulu Alucard lebih memilih untuk berada di samping Miya. Apakah tombak Moscov berhasil menusuk dada wanitanya? Tapi jika tetap saja gagal, apakah Alisya akan selamat? Apakah ada orang yang berhasil menangkap gadis kecilnya?

Jika saja waktu itu, Alucard tak menggunakan skin Viscount miliknya di awal pertempuran. Apakah ia dapat membawa Alisya ke tempat Rafaela tepat waktu? Apakah pedangnya berhasil menangkis semua serangan Moscov seperti sebelumnya? Apakah Alisya masih hidup?

Kenapa takdir tampak begitu kejam terhadapnya?

Sekarang,

Siapa yang akan menyambutnya setiap pulang dari misi?

Siapa yang akan meminta ditemani tidur setiap malam?

Siapa yang akan memeluknya?

Siapa yang akan ia belai rambutnya?

Siapa yang akan menangis di pundaknya?

Siapa yang akan menjadi prioritasnya?

Siapa yang akan ia nasehati?

Siapa yang akan menghabiskan masakannya?

Siapa yang akan ia tunggu kedatangannya ketika rumah kosong?

Siapa yang akan menjadi semangat hidupnya?

Siapa yang akan mengajaknya pergi ke Butterfly Palace?

Siapa yang akan mencium pipinya?

Siapa yang akan menemaninya pergi ke pemakaman?

Siapa yang akan menghawatirkan dirinya?

Siapa yang akan bercerita kepadanya?

Siapa yang akan ia latih menggunakan senjata?

Siapa yang akan menghiasi hari-harinya?

Siapa?

"Nothing last forever..."

Alucard berdiri, lalu menatap dua pusara di hadapannya dengan sendu. "We can change the future."

Tidak ada yang abadi di dunia ini selain kenangan masa lampau yang telah menjadi sejarah. Masa depan bisa berubah jika kita berusaha mengubahnya. Atau, kita hanya perlu menjalani masa-masa kini. Masa depan, tidak ada yang tau. Kita mungkin bisa mengubah masa depan, tapi masa lalu tak akan pernah berubah.

Menjadikan Miya wanita satu-satunya yang ia cintai adalah keputusan Alucard. Kematian Miya dan Alisya berada di luar kendalinya. Semuanya datang dan pergi begitu saja. Kenangan semasa mereka hidup akan selalu tersimpan di sudut hati Alucard yang paling dalam.

Jika bisa, Alucard ingin kembali jatuh cinta. Membangun kembali sebuah keluarga kecil bersama orang lain dan hidup bahagia. Namun ia menolak pikiran itu mentah-mentah. Di hatinya telah terisi penuh oleh Miya dan Alisya, putrinya. Ia tak ingin ada orang yang menggantikan mereka.

Ya, sendirian adalah keputusan Alucard. Tanpa orang-orang yang ia sayangi. Ia akan tetap menjadi manusia anti-sosial yang hanya peduli pada misinya. Terus berkelana sendiri, selamanya.

-End-

Forever AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang