Flo melempar tas dan handphonenya ke sembarang arah, membaringkan tubuhnya di atas kasur yang terasa sangat empuk. Flo memandangi langit-langit kamarnya. Bayang-bayang tentang kejadian beberapa hari ini tergambar jelas di kepalanya.
Mulai dari pertemuan tak terduga nya waktu di caffe dan beberapa jam yang lalu perkenalannya di pantai. Flo memijat pelipisnya.
Harusnya gue gak menghindar, gue harus hadapin semuanya. Gue bukan cewek yang lemah.
Flo tahu pasti hari-hari berikutnya dia akan bertemu lagi dengan fauzan karena ternyata caffe tempatnya bernyanyi adalah caffe milik serina dan otomatis fauzan akan selalu berada di sana.
Flo menoleh ke samping, melihat berbagai foto yang tertempel di dinding. Mulai dari foto kecilnya hingga sekarang dan juga foto kedua orang tuanya. Flo tersenyum menatap foto mamanya.
Flo kangen mamah ucapnya lirih
Drrrtt... Drrtt...
Handphone flo berdering nyaring, flo mengambil handphonenya yang berada tak jauh darinya. Flo mentap layar handphonenya ada nomor yang tak dikenal yang menghubunginya. Flo berfikir, siapa pemilik nomor ini? Karena, yang mengetahui nomor flo hanya orang tertentu.Flo tidak akan memberikan nomornya ke sembarang orang, kecuali untuk hal penting. Tanpa berpikir lagi flo langsung me-reject panggilan itu.
Drrrtt... Drrtt...
Sekali lagi handphonenya berdering, sepertinya orang yang menghubunginya ini tak sabaran.Tanpa berpikir panjang, flo memilih menrima panggilan itu, siapa tahu saja memang penting.
"Akhirnya kamu angkat juga telefon dari aku. "
Flo terdiam mendengar suara itu."Lo dapat nomor gue dari mana?" Tanya flo dingin.
"Aku dapat dari serina, serina dapat dari daisy!" Jujur fauzan.
Dan ingin rasanya flo menendang daisy sekeras-kerasnya karena telah lancang memberikan nomornya ke sembarang orang.
"Ohh."
Flo dapat mendengar fauzan di seberang sana menghela nafasnya.
"Flo kita bisa ketemuan gak? Ada yang pengen aku omongin."
"Yaudah ngomong aja sekarang."
"Aku maunya ngomong langsung flo."
"Gak ada waktu."
"Yaudah aku yang ke rumah kamu."
"Emang lo tau di mana rumah gue?"
"Aku tahu karena tadi sempat ngikutin kamu."Bahkan fauzan menjawabnya tanpa rasa takut.
" Brengsek lo."Maki flo
Flo berfikir, kalau sampai fauzan ke rumahnya lalu bertemu dengan papahnya yang hampir sampai, pasti semuanya akan kembali kacau.
"Yaudah nanti malam kita ketemu di caffe ferrie."
"Aku tunggu."
Sambungan terputus, flo menatap dan meremas layar handphonenya dengan sebal.
"Daisy ingat ya bokap gue udah sampai terus nanyain gue, bilang aja gue lagi pergi nyanyi dan gak sempat jemput ke bandara. Oke?"Untuk kesekian kalinya flo mengucapkan itu sampai-sampai membuat kuping daisy panas.
" Iya bawel. Yaudah sana, Hati-hati ya."flo mengangguk.
Flo memilih berangkat menuju caffe menggunakan taksi, setelah sampai. Flo mengedarkan pandangannya mencari sosok fauzan. Flo dapat melihat fauzan duduk di dekat jendela sambil memperhatikan pemandangan luar yang indah ketika malam hari.
Dengan langkah pasti flo mendekat.
"Sorry lama." Ucapnya dengan nada dingin.
Fauzan tersenyum sambil mengangguk. Bohong jika flo tak merindukan senyum tulus itu.
"Aku udah siapin makanan buat kamu. Makanan yang sering kamu pesan dulu." Flo mengangguk, memandang makanan yang tersaji di atas meja, bahkan makanan yang paling flo sukai juga ada.
"Gue ke sini bukan buat makan. Jadi cepet omongin apa yang pengen lo omongin tadi."
"Flo aku minta maaf atas pengkhianatan aku satu tahun yang lalu. Aku bodoh, demi batu kerikil aku telah membuang berlian yang sangat berharga. Asal kamu tahu beberapa hari setelah itu, aku berusaha nyari kamu untuk memperbaiki semua kesalahan aku tapi kamu udah gak ada, aku udah pergi kerumah kamu tapi yang aku dapetin selalu kekosongan. Kamu seperti di telan bumi, susah untuk di cari."
Fauzan mengucapkan itu sambil menunduk. Tak sanggup menatap flo, menandakan bahwa dia menyesal. Flo yang melihat fauzan seperti itu memalingkan pandangannya berusaha sekuat mungkin agar tidak luluh.
"Flo aku mohon kita mulai semuanya dari awal." Kali ini fauzan menatap flo yang juga tengah menatap fauzan.
Mereka saling memandang.
"Flo aku moh---!" Belum sempat fauzan menyelesaikan perkataannya flo langsung mengatakan "Gak segampang itu fauzan. Bahkan masalah akan makin bertambah."
"Dan aku siap menghadapi masalah itu flo. Seberapa besar masalah yang ada nanti, aku bakal hadapin semuanya demi kamu." Tegas fauzan sambil menggenggam tangan flo.
Sekarang flo menjadi dilema. Kalau dia menerima fauzan kembali, masalah akan bertambah. Dan satu sisi juga perasaan flo menghangat mendengar ucapan fauzan.
"Fauzan lupain semuanya, kita gak akan kayak dulu lagi."
"Kenapa gak bisa flo?" Lirih fauzan.
Karena ada satu hal yang gue takutin batin flo.
"Karena lo yang buat semuanya menjadi hancur dan gak semua orang berhak mendapatkan kesempatan ke dua."
"Apa kamu yakin?"
"Sangat yakin." Tegas flo
"Dan aku akan mengubah keyakinan kamu."
Flo tersenyum sinis menanggapinya. Melepaskan tangannya lalu berdiri dari duduknya dan melangkah keluar caffe.
Flo memutuskan untuk berjalan kaki sambil menikmati pemandangan malam kota New York. Dinginnya angin malam tak membuat flo berhenti, dia hanya merapatkan jaketnya.
Tak terasa flo telah sampai di rumahnya. Dengan langkah gontai flo masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ketika melewati ruang keluarga flo melihat daisy bersantai-santai. Flo ikut duduk di samping daisy.
"Baru nyampe?" Basa basi daisy.
"Perlu gue jawab?"
"Hehehe.Santai bu, kan gue canda doang."
"Oh yah papah mana? Kok gak keliatan?"
"Dia udah istirahat, tadi dia udah nungguin lo, tapi lo lama pulangnya. Yaudah gue suruh istirahat aja. Bokap lo pasti capek lama di pesawat."
"Papah baik-baik aja kan?" Cemas flo.
"Yaampun flower ku sayang, bokap lo baik-baik aja. Jadi gak usah khawatir, oke."
Beginilah flo yang selalu khawatir yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
RandomPerempuan yang pernah mencintai dengan tulusnya dan di balas dengan pengkhianatan oleh orang yang di cintainya hingga membuatnya pergi menjauh. Tetapi Tuhan mempertemukan mereka kembali setelah sekian lama dengan perasaan yang masih sama. *** Ini j...