Jam terus berdetik tanpa henti
Waktu berlalu, namun kenangan itu tak pernah menjadi masalalu.Disaat-saat sendiri, Reta terkadang merenung mengingat Ibu nya.
Mengingat hampir 3 tahun Ibu nya tak kunjung memberi kabar."Apa kabar Ibu? Kenapa Ibu tidak menghubungiku? Lupakah Ibu padaku? Batin Reta seketika tersayat.
Setiap malam Reta menghabiskan waktunya untuk menangis dan merindu.
Merindu Ibu yang telah lama Ia tunggu.***sang fajar muncul, sinarnya membuat Reta terbangun dari tidurnya, dengan airmata kering yang masih menempel di pipinya.
Kebetulan hari itu hari minggu, Reta ingin main kerumah sahabatnya.
Reza yang biasa disebut Eja adalah sahabat dari kecil Reta." Eja, Ejaa... Main yuuk." teriak Reta
"Hey Reta, tumben kesini. Hayu masuk rumah."
"Ehh ada Reta, udah lama ya nggk main kesini lagi. Owh iya kemarin Tante liat Ibu kamu di swalayan, dia tampak menggendong anak kecil. Apa itu adik kamu." ? cerocos Mama Eja karena kepo.
" masa sih Tan? Bahkan Dia samasekali tidak pernah menjengukku lagi semenjak perceraian itu. Apakah Dia pantas disebut Ibu? Sedangkan Dia tak sedikitpun punya rasa rindu sama putrinya sendiri. 3 tahun tak jumpa, tak bersama, bahkan kurasa Dia sudah lupa sama Reta."
Suasana seketika terenyuh, Mama Eja memeluk Reta dengan erat.
"Sudahlah Reta, jangan menangis. Disini ada Tante anggap saja Tante ini Ibumu yaa.." Mama Eja mencoba menenangkan suasana hati Reta.
Mama Eja terus memberikan nasihat kepada Reta, supaya dia tetap tabah dan ikhlas menjalani hidupnya.
Batin Reta yakin, suatu waktu.. Tidak tahu tepatnya kapan, Mama Reta akan dengan sendirinya datang menemuinya.Tak terasa waktu cepat berlalu, hingga waktu menunjukan pukul 4 sore.
Reta pulang menuju rumah neneknya.
Betapa terkejutnya dia, melihat Ibunya berdiri disofa sambil menggendong anak perempuan yang ternyata adalah adik tirinya.Wanita yang dulu begitu Ia cintai, seketika rasa cinta itu hancur lebur luluh bersamaan dengan airmata nya.
Ibu Reta mendekap putrinya itu yang telah lama Ia tinggalkan.
Rindu dan benci beradu menjadi satu dalam pertemuan pilu itu."Maafkan Ibu nak, Ibu salah.. Ibu yang telah mendustai ketulusan Ayahmu. Ibu mohon jangan benci Ibumu ini." isakan tangis Ibu Reta, mengenyuhkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should I ?
Teen FictionJangan ceritakan dirimu kepada siapapun. Sejatinya mereka hanya mendengar, bukan memahami. Karena hanya kamu sendiri yang mengerti betul keadaan hatimu. Jangan menangis, menangis hanya menunjukan bahwa kamu manusia lemah. Tersenyumlah, senyum membaw...