Aku adalah salah satu dari sekian banyaknya orang, yang tak mampu berpaling dengan laki-laki bernama Felix itu. Kurasa tak perlu diungkapkan, mencintainya dalam diam itu sudah menjadi pilihan yang mutlak daripada hanya mendapatkan ketertolakan.
Toh juga, dia tak akan pernah mengenaliku diantara banyaknya orang yang mengagumi Felix. Wajah yang pas-pasan sepertiku ini tidak akan mampu menarik perhatiannya. Kepandaianku pun tak akan pernah sampai menyamainya. Sikap pendiam juga masih melekat erat dalam tubuh.
Ah, laki-laki tampan, kaya dan pintar itu. Siapa yang tidak tertarik dengannya. Mungkin hanya akan menjadi angan-angan semata untuk bisa bersanding dengannya. Tapi, untuk sekedar membayangkannya saja aku tak pernah berani. Disisi lain diriku mengatakan "Sadar diri, kau ini siapa?" Atau juga "Mimpi jangan tinggi-tinggi, kalau akhirnya hanya jatuh? Bagaimana?" Ah ya kecemasanku selalu hinggap dilubuk hati.
Melihatnya dari kejauhan adalah pilihan yang menyenangkan daripada harus repot-repot mengejar. Dia itu memang seperti matahari, selalu muncul tetapi tidak bisa diraih. Dan aku seperti bumi, menerima kehangatan sang matahari dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Itu Mustahil
FantasyKamu adalah matahari, sedangkan aku ibarat bumi. Aku akan senantiasa merindu pada setiap kehangatanmu, hanya dari kejauhanpun sudah cukup. Nyatanya memang kita tak dapat bersatu, hanya bulan yang mampu menemani malam tiba. Tapi yang kuinginkan buka...