Delta masih sibuk dengan gamenya, Nathan sibuk memakan pancake yang seharusnya untukku. Sedangkan aku, hanya berdelusi tentang Felix. Kapan aku bisa bersamanya.
"Hey kalian, kenapa sibuk sekali?" Pekikku merasa terasingkan.
"Kenapa? Pancake ini enak sekali," lahap saja sepiring-piringnya, membuatku kesal saja.
Satu jam
Dua jam
Tiga jam
Hanya itu yang kami lakukan. Dan bosan, tak ada percakapan. Moodswing Delta kembali menghiasi suasana hatinya. Sepertinya dia selalu marah ketika menyinggung hubungan kami berdua, memang tak ada yang spesial.
Kekeluarkan buku-buku yang kubeli dari toko buku tadi, hanya ada tiga buku. Salahsatunya novel bestseller yang kupesan beberapa hari yang lalu untuk menambah koleksi novel. Aku menyadari ada sesuatu yang hilang dari dalan tasku.
Gantungan kunci. Ya gantungan kunci itu hilang.
Lagi-lagi keteledoranku menghiasi hari istimewaku. Gantungan dengan bentuk kelinci itu pemberian dari Delta sebelas tahun yang lalu, tapi apa kini aku malah menghilangkannya.
Tak ada satupun barang yang tersisa didalam tasku selain buku-buku itu. Yaampun bagaimana ini? Aku tak ingin menghilangkannya...
"Mencari apa?" Tanya Nathan, heran.
"Jangan bilang, benda itu hilang lagi?" Imbuh Delta melepas headset gamingnya.
"Maafkan aku, aku akan segera mencarinya tenang saja!" Aku menyahut syal dan coat warna biru navy dari sofa. Dan berlari membuka pintu.
"Kau tahu diluar sedang badai?" Seseorang menahan erat lengan kananku.
"Tapi itu sangat berharga Del"
"Tak usah dicari, akan kubelikan yang baru. Gantungan itu sudah jelek" desisnya.
"Kau tak pernah bisa menghargai kenangan Delta! Benda itu kau sendiri yang berikannya, dengan uang yang kau peroleh sendiri. Itu adalah hadiah pertama darimu. Aku tak bisa menghilangkannya!!"
Sensasi hangat menerpa tubuhku. Aku baru sadar, ternyata sedang dipelukan Delta. Bulir bening hangat menetes deras dari kedua mataku, kenapa aku secengeng ini?.
"Besok kubelikan yang baru" ucapnya mengusap usap rambutku.
"K-kau tak akan tau betapa berharganya benda itu Del" tangisanku malah semakin kencang.
Tak mempedulikan apapun, aku benar-benar marah dengan Delta yang tak pernah bisa menghargai kenangan. Aku melempar syal yang baru saja kupakai. Pergi kekamar dan mengunci pintu rapat-rapat.
Nafasku masih sesenggukan karena kehilangan gantungan kunci itu. Dan rasa marahku kepada Delta belum redam juga. Ah dasar Delta menyebalkan.
Rasa kantuk yang semakin menyerang setiap detiknya membuatku tertidur pulas entah beberapa jam. Tanpa sadar seseorang juga menunduk dan memegang erat tanganku.
"Delta..."
Otakku berputar keras berusaha mencerna keadaan
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Itu Mustahil
FantasyKamu adalah matahari, sedangkan aku ibarat bumi. Aku akan senantiasa merindu pada setiap kehangatanmu, hanya dari kejauhanpun sudah cukup. Nyatanya memang kita tak dapat bersatu, hanya bulan yang mampu menemani malam tiba. Tapi yang kuinginkan buka...