"Aku mencintaimu" Huft, aku mengatakannya.
***
31 Desember 2023
Aku membenamkan diri dalam bathup penuh busa. Aku baru saja bangun dari tidur siang. Tersenyum, mengingat banyak hal yang terjadi seminggu terakhir. Ini adalah hari terakhir tahun ini karena besok sudah tahun 2024. Diluar hujan mulai turun, padahal sekarang masih penghujung musim gugur. Suara air hujan yang jatuh seperti melodi mengalun yang indah. Itu seakan membuatku menjadi lebih betah berlama lama berendam.Aku menghela nafas. Semakin lama berendam kulitku menjadi mengerucut. Sepertinya aku harus segera beranjak dari nostalgia ini. Kubilas tubuhku dengan air bersih dan kuraih handuk disebelahku dan menyelimuti pahaku dengannya. Kuraih juga kimono dan menutupi tubuhku dan beranjak keluar dari kamar mandi.
Aku duduk dimeja rias, menatap cermin dan kembali menghela nafas. Aku menyeringai, ternyata aku cantik, ya setidaknya begitulah menurutku. Aku mulai merias diri, merapikan rambutku dan mulai merias wajahku. Sebelum aku benar benar mulai merias, gerakan tanganku berhenti. "Don't need make up to cover up" perkataannya kembali terngiang di kepalaku. Ya sudahlah mungkin lebih baik begini, lagi pula dari awal aku memang tidak suka melakukan hal beginian.
Aku membuka lemari pakaian dan "tada..." dihadapanku tergantung puluhan pakaian bermerek yang sangat mahal. Aku memilih pakaian terbaik menurutku, gaun pink polos dengan sulaman bunga di pinggang.
Setelah selesai dengan rias merias dan segala tetek bengeknya, aku mulai merapikan kamarku. Kamar yang sudah lama tak kutempati dan baru kutempati lagi baru-baru ini. Setelah beres semua urusannya, aku keluar kamar. Ada seseorang yang ingin kutemui, seseorang yang membuat hariku lebih berwarna beberapa hari ini. Mengingatnya saja membuatku tertawa-tawa girang seperti orang gila. Huft, padahal aku baru mengenalnya seminggu terakhir, tapi sepertinya aku jatuh cinta. Ya, setelah hampir 11 tahun aku tak merasakannya lagi. Kejadian hari itu membuatku benar-benar shock dan seakan tak bisa merasakan apa-apa, bahkan aku berfikir kalau aku tak lagi punya hati.
Aku keluar kamar dan melewati lorong istana. Beberapa pelayan berlalu lalang seraya memberi hormat padaku "Selamat sore tuan putri!" Aku mengangguk dan tersenyum menanggapi mereka "Ada yang bisa kami bantu?" Salah satu dari mereka bertanya. Aku menggeleng "Terima kasih".
Aku terus berjalan menyusuri lorong hingga sampai di serambi istana bagian kiri. Jika serambi kanan adalah tempat tinggal pribadi keluarga kerajaan, maka serambi kiri adalah tempat tinggal para pelayan dan tamu, Sedangkan di tengah adalah ruang utama kerajaan. Aku mengetuk salah satu pintu disana. Satu ketukan tak ada respon. Aku kembali mengetuk, lagi lagi tanpa respon. "Billy!" Seruku pelan "Kau ada di dalam?" Tetap tak ada jawaban.
"Maaf tuan putri! Billy, eh maaf, maksud saya Tuan Billy sudah pergi beberapa jam yang lalu" Salah satu pelayan yang kebetulan lewat mengatakannya. Bagai tersambar petir disiang bolong, aku benar-benar kaget "Terima Kasih" jawabku terbata-bata. Kenapa dia pergi tanpa pamit? Tubuhku otomatis merespon, aku berlari ke ruang utama. Ayah sedang duduk di singgasananya seraya berbincang dengan penasihat dan para jenderalnya.
"Ayah! Billy mana?" Kataku terengah-engah.
"Dia pergi beberapa jam yang lalu"
"Kemana?"
"Pelabuhan, dia mau pamit padamu tapi kau tidur"
Tanpa basa-basi aku kembali berlari ke halaman istana. Ayahku terperangah, sepertinya dia belum selesai berbicara. Biarlah, itu bisa dibahas nanti-nanti saja.Aku berlari kehalaman istana. Hujan masih belum berhenti. Aku memanggil sopir. Setelah berbicara sepatah dua patah kata, dia berlari ke arah garasi dan kembali lagi dengan mobil Koenigsegg CCXR Trevita putih, mobil tercepat yang ada di garasi. Aku segera naik "Pelabuhan, Cepat!" kataku kalut. Sopir mengangguk dan mulai tancap gas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Senja
RomansaAku adalah aku, Kamu adalah kamu, Kita jauh berbeda, Namun senja menyatukan kita