|BAB| 1

5.5K 214 123
                                        


"Revita ...!" Suara melengking nan nyaring itu menggelegar di koridor sekolah, sehingga seluruh siswa yang berada di area itu sontak menoleh ke sumber suara.

Namun anak yang dipanggil Revita itu tidak menggubris orang yang meneriaki namanya dengan lantang, dan terus berjalan cepat.

"Revita ...!!!" Orang itu lagi-lagi berteriak kencang dan membuat dirinya benar-benar menjadi objek pasang mata. Kedua tangan Revita terkepal. Kepalanya menunduk dalam untuk menghindari tatapan aneh di sekitarnya. Langkahnya kian tegap dan cepat, diiringi mulut yang bergumam kesal untuk menyumpah serapah orang di belakang sana.

"Revitaaa ...! Tungguu ...!!!"

Akhirnya orang yang terus mengejar Revita sampai di depan kelasnya, dengan napas yang ngos-ngosan. Keringatnya bahkan telah sampai ke mana-mana. Padahal ini masih pukul enam lewat dua puluh menit. Masa bodo dengan badannya yang seperti ikan asin.

"Revitaaa!!!" Orang itu melangkah tegap dengan kaki yang sengaja dihentak-hentakkan. Dadanya terlihat naik turun dengan napas yang tidak beraturan. Ia juga menulikan telinga karena semburan protes akibat suaranya yang melengking dari teman-teman kelasnya.

"Revita!!! Gue gak mau tahu. Lo harus tanggung jawab!" teriaknya kepada Revita yang telah duduk manis di tempatnya. Sementara Revita tetap bergeming dan menghiraukan ocehan itu.

"REVITA!!!" Kini suara itu lebih tinggi beberapa oktaf, sehingga seluruh teman kelasnya langsung menyumpahinya dengan nama-nama hewan yang ada di kebun binatang.

Mau tidak mau Revita yang tadinya tidak peduli akhirnya menoleh dan menatap orang itu tajam. Dirinya sangat tidak rela jika gendang telinganya rusak dengan sia-sia.

"Apaan sih? Gue sumpel lama-lama tuh mulut dengan kaus kaki Anam!" ucap Revita galak yang ikut-ikutan terserang emosi.

"Lo gila ya?! Gara-gara lo pagi-pagi WA gue katanya udah jam tujuh, gue sampai belum make up! Belum sisiran! Belum pakai deodorant! Belum ini belum itu. Dan lo tahu? Gegara lo juga gue mandi cuma lima menit! Bayangin! Lima menit! Sama Banci Thailand aja kalah gue, Rep!" cerocos Novi menggebu-gebu dengan napas yang memburu.

"Ck!" Revita langsung berdecak kesal dengan memutar bola matanya kesal.

"Siapa suruh nyuruh gue buat bangunin pagi?" ketus Revita.

"Ya tapi gak sepagi ini juga! Jahat lo kelewatan tahu gak!"

"Siapa suruh gak bangun sendiri?" timpal Revita lagi.

"Kan gue nge-kos! Gak ada yang bangunin gue!"

"Siapa suruh nge-kos!"

"Kan rumah gue jauh!"

"Siapa suruh punya rumah jauh-jauh?"

"Revitaaa!!! Kok lu nyebelin sih! Harusnya gue yang marah ke lo!"

"Siapa suruh lo marah ke gue?

"REVITAAA ...!!!"

Lontaran demi lontaran pertengkaran panas itu terus terjadi sampai bel masuk pelajaran pertama berdentang. Hal itu membuat Revita bernapas sedikit lega karena telinganya bisa terselamatkan dari racauan Novi yang tak henti-hentinya mengoceh.

Revita langsung duduk dengan menetapkan diri saat guru mata pelajaran pertamanya memasuki kelas. Di sisi lain, Novi masih saja meracau dengan gumaman yang tidak begitu jelas membuat Revita kehilangan konsentrasi saat Pak Rahman menjelaskan materi.

Dan saat itu juga Revita benar-benar ingin menyumpal mulut Novi dengan kaus kaki Anam yang hanya dicuci satu kali dalam seminggu.

Setelah lama berkutat dengan materi, akhirnya bel istirahat pertama berkumandang. Revita langsung merenggangkan kedua tangannya yang terasa pegal. Tidak tanggung-tanggung, Pak Rahman memberikan tugas di folio sebanyak empat halaman dan harus ditulis tangan.

REVANO (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang