Chapter III : First time

10.9K 281 5
                                    

Perhatian! Part ini berisi Adegan Vulgar. Tahan ya!

Orang yang menculik Riko memasuki kembali ruang sempit dengan dinding besi itu. Tempat dimana Riko diikat dengan keadaan setengah telanjang. Ditariknya kursi yang diduduki Riko dan duduk tepat di pangkuan Riko yang tidak berdaya. Ia diam sejenak mengamati wajah tampan Riko. Ia memperlihatkan senyum mesumnya kepada Riko yang tentu saja membuat Riko ketakutan.

"Apa yang kau lakukan? To-tolong lepaskan aku. Please..!" Riko masih saja memohon. Wajahnya benar - benar tampak sedih.

"Kau sangat tampan bro. Aku terpukau dengan ketampananmu. Meski kau sudah tua tapi kau membuatku bergairah." Senyum si penculik.

"A-apa maksudmu? Please... lepaskan saja aku"

"Kamu bisa diam dikit gak?" Ia menatap wajah Riko lebih dalam. Hanya jarak 1 cm saja si penculik itu sudah bersiap melahap wajah Riko. Ia  pun dengan berani mencium leher Riko lebih dulu. Ia menjilat leher itu dengan penuh nafsu. Riko hanya terdiam kaku dan ketakutan.

Riko sangat ingin pergi dari tempat itu. Rasanya ia ingin sekali menghajar wajah penculik yang sedang menungganginya dan menjilati lehernya. "Please, jangan gini... aku bukan gay... please lepasin aku...!"

"Siapa bilang aku juga gay?" Si penculik itu menghentikan kecupannya dan memandang Riko tajam. "Aku hanya ingin menikmati tubuhmu saja. Tubuhmu benar - benar membuatku tergila - gila."

"To-tolong jangan gini, lepas-"

"Syuuuuttttt..." si penculik itu menutup mulut Riko dengan kain yang baru saja ia raih dari saku celananya. "Nah gini kan bagus. Kamu diam saja dan ikutin permainannya. Aku yakin kamu akan suka."

Riko semakin berontak. Kursi itu bergoyang dan berniat melepaskan cengkraman si penculik.

"Diam dulu!" Perintah si penculik. "Jika kamu gak diam, aku bersumpah akan mencari istri dan anakmu dan membunuh mereka di depan matamu!"

Kalimat itu benar-benar seperti sambaran petir bagi Riko. Ia langsung diam dan kolaps. Ia gak bisa - bisa apa dengan keadaan seperti itu. Ia pun berusaha untuk tenang sambil menunggu kesempatan terbaik untuk kabur.

"Namaku Albi. Dan kau?" Si penculik bernama albi itu mengambil kembali kain yang menutupi mulut Riko.

"Ri-riko" Jawab Riko sedikit gelisah.

"Ah Riko. Nama yang bagus." Albi menutup mulut Riko sekali lagi. "Baiklah Riko, Kau semakin membuatku bergairah. Aku akan memberikanmu sesuatu yang nikmat hari ini dan kau tak akan pernah lupa."

Riko menelan ludahnya. Ia pasrah dan tak tau harus berbuat apa lagi. Albi kini menguasainya.

Albi kembali mencumbu leher Riko. Tak hanya itu, ia juga sengaja menggoyang - goyangkan pinggulnya dan secara tidak langsung bokongnya menghantam kontol Riko yang masih tertidur. Hentakan demi hentakan, tapi benda berharga Riko tak kunjung bangun. Albi akhirnya berhenti dan melepaskan diri dari Riko. Ia berdiri didepan Riko sambil memikirkan cara agar kontol Riko menegang.

"Kau benar - benar straight rupanya. Sepertinya kau butuh sesuatu yang lebih agar kau bereaksi dan mengeluarkan sifat homomu." Albi lalu keluar sebentar dan kembali sambil memegang sebuah gunting.

"Hmmmmpppp..... mmmmppp..." Riko begitu ketakutan ketika melihat gunting itu. Dia membayangkan jika saja Albi akan membunuhnya dengan benda itu. Semakin Albi mendekat semakin berontak Riko.

THE FARMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang