Chapter II : The Daddy

11K 255 5
                                    

"Merah, kuning, atau hijau?" Tanya seorang pria kepada anak kecil didepannya.

"Ah kuning, eh merah saja!" Jawab anak kecil itu.

Si pria kemudian memberikan semuanya. " Ambil semua permennya."

Anak kecil itu kaget dan dengan senyum kecil ia mengatakan " Terima kasih ayah."

Pria itu bernama Riko Radian. Ia adalah pria yang tampan dengan badan atletis. Diumurnya yang ke 38 tahun, ia masih nampak segar bugar dan terlihat seperti seorang yang masih berumur 25 tahun. Setiap hari ia menghabiskan waktunya dikantor, mengurusi para klien yang bandel, namun meski begitu iya tidak pernah lupa dengan keluarga kecilnya.

Riko memiliki seorang istri yang cantik yang bekerja di sebuah perusahaan kosmetik dan seorang anak laki - laki berumur 6 tahun. Merupakan sebuah kebiasaan dan tradisi keluarga ketika ia pulang kantor, Riko selalu membelikan sesuatu kepada anak semata wayangnya. Dan ya mereka menghabiskan waktu bersama di sebuah taman kecil tidak jauh dari rumahnya.

"Hei, aku kira tadi kamu mau pergi?" Seorang wanita muncul dari balik gerbang taman. Dia adalah Mila, Istri Riko.

"Ehehe, sebentar lagi. Aku sedang bermain bersama putra kecilku." Balas Riko sambil tersenyum. Ia memperhatikan putranya yang bermain ayunan dari jauh.

"Kamu bisa terlambat loh nanti, tempat yang kamu tuju juga jauh banget kan?"

"Iya juga sih." Riko bangkit dari bangku taman yang ia duduki dan memeluk istrinya sekali. " Yaudah aku berangkat dulu kalau gitu. Jaga Refan ya sayang." Katanya sambil mencium kening istrinya.

"Iya, iya..."

***

Riko segera membawa koper besarnya dan memasukkannya di bagasi mobil. Ia berangkat dengan menggunakan setelan kemeja coklat polos dan celana kain hitam. Rambutnya yang hitam tak lupa ia rapikan. Perjalanan ke desa semanggi adalah perjalanan yang akan sangat memakan waktu. Riko telah siap menerima resikonya.

Awalnya Riko sama sekali tidak ingin kesana sayangnya salah satu klien yang akan ia temui adalah orang yang benar - benar berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan yang ia jalani. Anehnya kenapa orang itu malah ingin bertemu di desa terpencil seperti itu?

Ditengah perjalanan, Riko berhenti di jalan yang sempit. Ia melihat seseorang yang sedang menarik sesuatu dan memasukkannya di bagasi mobilnya. Awalnya Riko mengira itu adalah barang seperti koper atau tas besar tapi ketika Riko memperhatikannya lebih jelas, ia sadar jika yang dibawa orang itu adalah seorang pria. " Apa yang....? Penculikan?"

Jarak antar mobil Riko saat itu sekitar 6 meter dan suasananya tampak gelap. Riko sengaja menjaga jarak agar ia bisa memperhatikan apa yang orang itu lakukan.

Mobil asing itupun melaju. Mobil lain yang di duga Riko adalah milik si korban ditinggalkan di pinggir jalan, diparkir agak masuk ke hutan, mengingat jalan itu di kelilingi hutan lebat. Riko mengikuti mobil itu perlahan sampai akhirnya mobil yang diikutinya menghilang dibalik kabut.

"Kemana dia?" Kata Riko cukup kaget. Beberapa detik kemudian terdengar suara teriakan. Riko segera membuka pintu mobilnya dan perlahan berjalan mencari sumber teriakan itu.

Riko berjalan menelusuri hutan, ia seakan lupa kemana tujuannya tadi. Ia hanya memikirkan suara teriakan tadi. Seseorang butuh pertolongannya dan secara tidak langsung itu adalah hal yang harus dilakukannya.

Tak lama kemudian sampailah Riko ditengah hutan yang penuh kabut. Ia hanya bisa melihat pohon - pohon besar dan jarak pandangnya terhalang karena kabut. "Sial! Dimana ini?" Riko mulai gelisah. Tiba - tiba terdengar suara kaki yang sedang berjalan tapi Riko tak tahu darimana datangnya. Riko masih saja diam tanpa bergerak sedikit pun.

"Apa yang anda lakukan disini?" Terdengar suara seorang pria dari balik pohon tepat dibelakang Riko sedang berdiri.

Riko menghampirinya tanpa ragu - ragu. Ketika ia hampir mendapati pria itu, sebuah kayu besar menghantam kepala Riko cukup keras dan membuatnya jatuh pingsan.

Pria itu tertawa kecil sambil memandangi Riko yang sudah jatuh tak berdaya. " Ini akibatnya kalau kau terlalu ikut campur urusan orang lain!"

***

Mata Riko terasa berat, kepalanya sedikit pusing. Hantaman benda tadi membuatnya sedikit lupa yang beru saja terjadi. Ketika Ia terbangun, tangan dan kakinya sudah terikat dan ya ia hanya mengenakan celana kain hitamnya. Bajunya entah bagaimana seperti telah disobek- sobek sehingga hanya memperlihatkan dada bidang dan perut six packnya.

"Dimana ini?" Tanya Riko ketakutan.

"Oh si tukang ikut campur sudah sadar rupanya?" Kata Pria yang tadi memukul Riko dengan kayu.

Riko memandang sekelilingnya, ia seperti berada disebuah kamar yang dindingnya terbuat dari besi, semacam berada dalam gudang kosong dimana hanya ada kursi dimana ia terikat dan 1 kursi lain yang sedang diduduki si pria. "Kenapa? A-apa yang kau lakukan padaku? " Riko benar - benar pucat.

"Kau melihat kami mengangkut seseorang ke bagasi dan kau mengikuti kami dan ya kau berada ditempat yang salah." Senyum pria itu.

"Ti-tidak aku tidak melihat apapun. To-tolong lepaskan aku. Aku bersumpah tidak akan mengatakan apapun kepada orang lain soal ini. Aku harus per-"

"DIAM!!!" Belum sempat Riko melanjutkan kata - katanya pria itu langsung berteriak dan mendekatinya.

"Please... lepaskan a-aku. Aku punya anak dan istri, mereka pasti..."

"Aha... sudah berkeluarga rupanya." Pria itu menyentuh pipi Riko dengan tatapan mesum. "Sepertinya aku mendapatkan emas. Kau sangat tampan untuk ukuran seorang ayah." Pria itu melepaskan sentuhannya dan menjauhi Riko. Ia keluar dari ruangan itu seperti hendak mengambil sesuatu.

"He-Hei! Tu-tunggu! Tolong lepaskan aku. Tolong!" Riko berontak. Ia berusaha melepaskan ikatan tali ditangan dan kakinya tapi sayangnya tidak berhasil.

***

Si pria yang menangkap Riko kemudian memasuki kamar lain. Kamar itu penuh dengan perabotan - perabotan usang. Ia mencari - cari sesuatu dibalik barang - barang itu sampai akhirnya ia menemukan sebuah handphone. "Halo? Daren? Kau disana?" Sapa pria itu dari balik handphone.

"Ya dia sudah sadar. Ada apa?"

"Aku menemukan sesuatu yang menarik disini. Aku ingin kau membawa si aktor kesini dan mempertemukannya dengan apa yang aku dapatkan disini."

"Wow? Kau menemukan apa?"

"Sesuatu yang keren pastinya. Ayolah jangan banyak tanya. Cepat bawa aktor itu kesini. Jangan sampai dia kabur!"

"Iya iya. Jangan khawatir. Lagipula jaraknya juga dekat cukup jalan kaki saja sudah sampai tau!"

Si pria itu menutup teleponnya dan meninggalkan ruangan itu. Ia lalu masuk kembali dan menemui Riko yang diikat tidak berdaya.

Bersambung...

Pengen cerita ini lanjut? Yuk di vote guys. Tenang. Adegan ehem - ehemnya pasti ada kok. Hahahha. See you later!

THE FARMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang