01

2.7K 123 6
                                    

Seoul, 23 April 2015

Langit malam di Seoul terlihat tanpa awan. Bintang-bintang yang menghiasi langit terlihat lebih jelas. Seorang pemuda tengah berjalan dengan santai di salah satu puncak gedung pencakar langit. Pakaian serba hitam yang ia kenakan tak terlalu mencolok malam ini. Tas hitam yang berada dipunggungnya serta topi dan kacamata hitam yang ia kenakan sedikit mencurigakan. Untuk apa malam-malam begini memakai topi dan kacamata hitam? Pemuda itu berhenti di salah satu sudut gedung dan meletakkan tasnya. Sebuah kotak persegi panjang berwarna hitam dikeluarkan begitu saja dari tas itu. Sebuah senapan laras panjang lengkap dengan peredamnya terpampang jelas ketika kotak itu di buka. Pemuda itu mengeluarkan senapan dari kotaknya dan mulai mengarahkannya pada gedung di seberangnya.

"Aku siap." Pemuda itu bergumam pelan sambil menyentuh telinganya.

"Tunggu aba-aba dariku." Suara seseorang terdengar samar.

"Kau berniat membunuhku atau orang-orang disana?" Pemuda itu kemudian mendengus sambil memposisikan senapannya senyaman mungkin.

"Tunggu sampai Seven tiba." Suara itu kembali menyahut samar.

"Dalam hitungan tiga aku akan menembak." Pemuda itu melepas kacamata hitamnya dan mulai membidik seseorang yang berada di gedung seberang.

"Wow tunggu dulu Sayang, melumpuhkan beberapa anjing penjaga dengan tangan kosong itu membutuhkan waktu lebih lama, apalagi aku tidak boleh membunuh mereka." Sebuah suara berat menyahut lagi dengan samar.

"Tiga." Pemuda itu mulai menghitung mundur.

"Ck, kau benar-benar keras kepala, Sayang."

"Dua."

Tiba-tiba pemuda yang memegang senapan melihat pintu ruangan tempat sasarannya berada terbuka. Seorang pria berambut hitam memasuki ruangan dan terlihat mengobrol santai dengan orang-orang yang berada di sana. Sepertinya mereka adalah tamu penting. Tapi sayangnya salah satu dari mereka harus mati malam ini. Pemuda itu menarik pelatuknya sambil tersenyum miring, mengarah tepat pada kepala sang sasaran.

DOR!

Aneh. Padahal senapan itu dilengkapi peredam, tapi kenapa suaranya tetap keluar? Sasaran pemuda itu menoleh dan tepat menatap ke arahnya. Pemuda itu bisa melihat siapa yang di tuju oleh pelurunya sekarang melalui lensa bidikan dengan jelas. Orang itu adalah dirinya sendiri.

DOR!

Seorang pemuda membuka matanya dengan perlahan. Ruangan putih dan aroma obat disekitar membuatnya merasa mual. Kepalanya sekarang terasa pusing dan pandangannya sedikit kabur. Pemuda itu kemudian memejamkan matanya kembali, menghitung 10 detik dalam hati dan kembali membuka matanya. Ia kemudian menghembuskan napasnya, tubuhnya terasa kaku. Bahkan masker oksigen terpasang di wajahnya. Pemuda itu tidak bodoh. Ia tahu betul apa yang tengah terjadi dengannya saat ini, namun ia tidak bisa mengingat dengan jelas apa penyebab dirinya terbaring di tempat ini.

Suara pintu terbuka mengalihkan pikiran pemuda itu. Meskipun ingin, dirinya tidak bisa melihat ke arah pintu. Tubuhnya kaku dan terasa sakit di beberapa bagian. Tak lama, seorang pria berambut hitam mendekat sambil berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Pria itu kemudian menatapnya dan menghembuskan napasnya.

"Dia sudah bangun." Pria itu berbicara sambil menatap sinis padanya sehingga membuat pemuda itu merasa risi.

Pemuda itu kemudian kembali memejamkan matanya, merasa kepalanya kembali pusing dan untuk menghindari tatapan pria tadi. Tatapannya sangat dingin, jelas sekali jika pria itu tidak suka padanya.

Obsession 'Dark and Wild' [Vkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang