Vanesha berteriak histeris tatkala pandangannya menangkap hewan berwarna coklat bersayap itu baru saja memasuki bawah lemari bajunya.
"Papi!!! Mami!!!" Teriak Vanesha dari lantai atas.
Suara cempreng nan membahana itu memantul di setiap sudut ruangannya membuat siapa saja yang mendengarnya akan menutup telinga.
Vanesha melototkan matanya ketika melihat hewan berwarna coklat itu baru saja keluar dari bawah lemari dan berjalan menuju kearahnya, lebih tepat kearah bawah ranjang.
"Aaaaakkhh,papi!!! Mami!!! Tolongin Vanesha!! Bibi Aniiiiiii!!!" Teriak Vanesha.
Nama yang dipanggilpun bergegas menuju kelantai atas tempat suara cempreng itu berasal.
Andre,papi Vanesha terkejut ketika melihat putrinya itu berdiri diatas ranjang sambil memegangi boneka lumba-lumba kesayangannya sedangkan Nissa,mami Vanesha terkekeh ketika melihat tingkah putrinya itu yang masih saja seperti anak TK.
Vanesha yang merasakan kehadiran kedua orang tuanya dan juga pembatu rumahnya sontak langsung menunjuk kearah hewan berwarnah coklat yang sedang berjalan menuju ranjangnya.
"Pa,ma! Kecoak." Ucap Vanesha.
Andre menghela napas, pria paruh baya itu berjalan mengambil kertas HVS diatas meja Vanesha dan dengan sigap langsung menangkap hewan berwarnah coklat itu.
"Udah," ucap Andre ketika hewan berwarna coklat itu ia buang melalui jendela kamar putrinya.
"Papi kok ngga bunuh sih? Nanti kalo tuh kecoak datang lagi,gimana?" Ucap Vanesha.
Nissa berjalan menuju putrinya begitu juga bi Ani yang mengikuti dari belakang "ngga boleh dibunuh! Kan hewannya ngga salah apa-apa sama kamu?" Ucap Nissa sambil mengelus lembut rambut putrinya itu.
Vanesha menatap bi Ani tajam "bi Ani ngga bersihin kamar Vanesha yah?" Ucap Vanesha masih menatap pembatu rumahnya itu sedangkan yang ditatap hanya bisa menunduk enggan menatap Vanesha.
"Jawab bego!" Ucap Vanesha ketika pertanyaannya tak dijawab oleh bi Ani.
Andre menatap putrinya "Papi ngga ngajarin kamu ngomong kasar kaya gitu keorang tua yah!" Ucap Andre.
Vanesha memutar matanya malas "Papi sendiri taukan kalo Nesha itu takut ama kecoak! Kalo Nesha ngga liat tuh hewan gimana? Nesha pasti bakal deman sepuluh hari." Ucap Vanesha.
"Maafin saya non Nesha, kemarin bibi mau bersihin kamar non tapi pintu kamar kekunci." Ucap bi Ani jujur.
Vanesha mendengus "Banyak alasan. Pa,Nesha mau bi Ani dipecat!" Ucap Vanesha telak.
Nissa menatap putrinya "Astaga sayang, bi Ani kan baru empat hari berkerja disini setelah bi Nilam kamu pecat! Masa iya bi Ani harus dipecat lagi!" Ucap Nissa tak terima dengan keinginan putrinya itu.
"Papi ngga bakalan setuju kalo bi Ani dipecat!" Ucap Andre.
Nissa mengangguk "Mami juga ngga setuju." Ucap Nissa menimpali.
Vanesha menatap kedua orang tuanya setelah itu menatap bi Ani tajam "Lo makein apaan ama papi dan mami gue hah?" Ucap Vanesha marah.
"Putri Vanesha Alantlas!!" Seru Andre,kali ini ucapan putrinya itu kelewat batas.
Vanesha diam menunduk,ketika papinya mulai mengucapkan nama panjangnya itu tanda bahwa saat ini Andre sedang marah besar kepadanya.
Nissa yang menyadari akan terjadi sesuatu sontak langsung berdehem dan menatap bi Ani sambil tersenyum "Bi Ani,bisa mintol lanjutin masakan saya? Soalnya baru keingat tadi lagi masak sayur kangkung." Ucap Nissa selembut mungkin.
Bi Ani mengangguk "Baik nyonya." Wanita itu berjalan keluar kamar Vanesha.
Setelah tinggal mereka bertiga didalam kamar, Andre mulai berjalan mengelilingi kamar berchat pink itu.
"Papi ngga tau kamu dapat dari mana semua kata-kata yang begituan." Ucap Andre masih berjalan menatap beberapa buku catatan dan laptop milik putrinya.
"Dulu kamu itu anak baik-baik." Lanjut Andre sambil mengambil bingkai foto putrinya yang baru menginjaki masa putih merahnya.
Vanesha masih menunduk,dalan hati ia akan memarahi bi Ani sepuasnya setelah semua ini berakhir.
"Tapi papi kecewa,papi ngerasa belum jadi papi kamu! Yang papi ajarin kekamu udah kamu buang kan? Tentang cara berbicara baik didepan orang tua,memikirkan kosakata yang tepat untuk diucapkan,itu semua udah kamu buang kan?" Ucap Andre masih menatap foto Vanesha.
Vanesha menatap papinya,seakan ada sebuah kata yang menghantam dirinya.
Andre berjalan kearah Vanesha dan Nissa "Papi udah ngambil keputusan bulat!" Ucap Andre.
Vanesha mulai berseri-seri dalam hati ia tertawa terbahak-bahak,ia yakin papinya itu bakal memecat bi Ani demi dirinya sedangkan Nissa ia mengangguk ketika suaminya itu menatap kearahnya.
"Vanesha,kamu bakal papi pindahin kerumah Omah,kamu juga bakal sekolah disana." Ucap Andre.
Seakan dunia berhenti berputar, tatapannya kosong,ia harus tinggal dengan Omahnya dikampung? Oh tidak,Vanesha membenci semua yang mengenai kampung.
"Ngga! Vanesha ngga mau!" Ucap Vanesha tak terima.
Nissa menatap putrinya "Bukannya dulu kamu yang minta pengen sekolah sama Omah?" Skakmat Nissa.
"Itu dulu ma!!! Vanesha ngga mau sekolah dikampung titik." Ucap Vanesha.
"Besok kamu papi bawah kerumah Omah." Ucap Andre tanpa peduli dengan penolakkan putrinya barusan.
Vanesha menatap Nissa "Ma! Vanesha ngga mau pindah ma." Rengek Vanesha.
"Nanti siapa yang bantu-bantuin mami? Vanes----"
"Perasaan kamu cuman ngurung dikamar mulu,kalo keluar kadang ngga pamit langsung nyosor aja! Itu yang namanya bantuin mami?" Sela Nissa.
Vanesha memeluk boneka lumba-lumbanya "kalo Vanesha tolak gimana?" Ucap Vanesha pelan.
Papi dan Maminya tersenyum "Uang jajan kamu bakal papi potong setiap hari." Ucap Andre.
"Mobil kamu bakal mami tahan! Kesekolah harus jalan kaki." Ucap Nissa.
Vanesha menganga buset dah,uang jajan dipotong,kesekolah jalan kaki? Turun sudah derajat Vanesha sebagai princes sekolah SMA Cendrawasi.
Vanesha menghela napas ia mengganguk menyetujui untuk tinggal bersama Omahnya dikampung,pagi ini mood gadis itu lenyap,awal kehancurannya bakal dimulai besok pagi.
^^^^
Gimana ceritanya? Moga suka yah:))
Votenya jangan lupa💜
Follow akun saya yah:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Langitnya VANESHA
Teen FictionPutri Vanesha Alantlas,gadis yang dulunya sangat menyukai semua yang mengenai perkampungan hingga ketika ia menginjaki kedewasaannya ia mulai sangat membenci semua yang mengenai perkampungan. Pergaulannya dikota membuat Vanesha mulai melewati batas...