Bab 4. Tanda tanya (?)

67 7 1
                                    

"Vanesha!!" Teriak Nissa sambil menggoyang-goyangkan tubuh putrinya.

Vanesha membuka matanya,gadis berbalut baju pink itu mencari boneka lumba-lumbanya dan setelahnya kembali melanjutkan tidurnya.

Nissa menggelengkan kepalanya,wanita paruh baya itu menutup pintu mobil dan berbalik melangkah menuju Andre.

Andre yang melihat istrinya berjalan kearahnya tanpa Vanesha mengerutkan keningnya "Nesha mana?" Tanya Andre.

"Dalam mobil tiduran, ketular kebo kamu mas." Jujur Nissa.

Andre terkekeh,menarik hidung mancung istrinya "Yeh mas emang kebo. Tapi kan yang suka tidur di mobil kamu." Ucap Andre.

Nissa mengelus hidungnya yang kesakitan "Sakit mas! Untung idung aku ngga nyungsep." Keluh Nissa.

Nani yang berada diantara keduanya berdehem "Jadi si Nesha beneran bakal mau dipindahin?" Tanya Nani memperyakinkan.

Andre mengangguk "Iya ma, soalnya tuh anak kalo kelamaan dikota makin ngga benar." Ucap Andre.

Nani mengangguk paham "Nesha kenapa bisa tidur lama bangat?" Tanya Nani.

Andre menggaruk tengkuk lehernya sedangkan Nissa beberapa detik yang lalu sudah masuk kedalam rumah berchat orange yang hanya tinggal berapa senti dari tempatnya berdiri.

"Itu mah---" gantung Andre,Nani mengerutkan keningnya "tiap kali lewat tempat yang pemandangannya indah Nesha bakal suruh Andre berenti." Lanjut Andre.

Nina mengerutkan keningnya masih tak paham dengan ucapan putranya itu, Andre menghela napas saat tau mamanya belum memahami maksud dari kalimatnya barusan.

"Kalo liat pemandangan yang indah Nesha bakal suruh Andre berenti biasa ma foto-foto dulu." Ucap Andre memperjelas.

Nani menggangguk paham "oh pantasan kalian lama bangat nyampenya." Ucap Nani.

Nani berjalan melewati Andre membuat pria itu mengerutkan keningnya "Ma,mau kemana? Rumahkan ada di depan?" Tanya Andre, takut-takut mamanya ini pikun.

Nani berhenti melangkah berbalik menatap putranya "kamu kira mama pikun? Tua gini ingatan mama masih kuat tau." Jelas Nani.

"Terus mama mau kemana?"

"Bangunin cucu mama lah! Masa iya metik duren." Sewot Nani.

Andre terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya "yaudah Andre masuk dulu,mau sama Nissa." Pamit Andre dan langsung didapat anggukan kecil dari Nani.

^^^^

"Assalamualaikum ma!" Ucap Langit dari arah belakang rumah.

"Assalamualaikum ma!" Lagi dan lagi Langit terus menerus memberi salam tapi yang ia dapatkan hanya hembusan angin.

"Ni mama ada didalam ato dimana sih!" Bingung Langit.

"Ma!" Ketuk Langit.

"Ma bukain pintunya dong!!" Ketuk Langit.

"ANAK MAMA ADA DI BELAKANG!" Teriak Langit kesal.

Langit menatap jalan kecil disamping rumahnya dan juga rumah tetanggahnya kalo ia mau masuk rumah hanya itu jalan satu satunya tapi---- saat ini ia hanya memakai kaos gantung mana lagi kaki dan tangannya penuh pece biasa habis bantu orang di sawah panen padi.

Langit menghembuskan napasnya sebelum ia berjalan menuju samping rumahnya ia berteriak sambil mengetuk pintu rumahnya kuat "MAMA JAHAT!!!" Ucap Langit kesal.

Ia mulai berjalan kesamping rumahnya mengendap-endap melihat kedepan berjaga-jaga agar tidak ada yang melihatnya--yalah orang cuman make kaos gantung gini--Langit berhenti melangkah ketika ia sudah berada diujung,memajukan sedikit kepalannya ingin menatap sekitar namun ia malah terkejut ketika ada sebuah tangan dari arah belakang memegangi bahunya.

"Astagfirullah." Ucap Langit sambil memegangi dadanya karena terkejut.

"Ayah?" Langit mengerutkan keningnya ketika mengetahui siapa pelaku yang mengagetkannya.

Ia melirik kearah tangan kiri ayahnya itu "ngapain megang kayu?" Tanya Langit bingung.

Bagas tersenyum kecut "kirain kamu maling." Ujar Bagas.

Langit melongo "maling apaan sih! Masa iya anak sendiri dikatain maling." Ucap Langit tak terima.

"Sapa suruh jalannya mengendap-endap gitu." Balas Bagas.

Langit mendengus "Masa ayah ngga bisa bedain mana maling mana anak sendiri sih?!" Langit mulai kesal.

Bagas terkekeh "kan kamu pernah maling rambutan milik pak Ahmad." Ucap Bagas.

Langit mengembungkan mulutnya "itu kan waktu Langit masih kecil Yah! Ayah mau Langit jadi maling?" Tanya Langit.

Bagas terkekeh lagi "Ngga lah, bisa hancur reputasi Ayah nanti." Bagas melempar kayu ditangannya "kamu ngapain sebenarnya? Kaya maling aja." Tanya Bagas bingung.

Langit nyengir "tadi rencanannya pengen kedepan rumah buka pintu depan soalnya pintu belakang mama tutup." Jelas Langit.

Bagas mengangguk paham "tapi ngga jalan kaya tadi juga bisakan? Untung yang liat kamu Ayah kalo orang lain gimana?" Tanya Bagas.

Langit memutar matanya malas "yah kalo orang lain baguslah, pasti bisa bedain mana maling mana orang yang dikenal? Ngga kaya Ayah." Jujur Langit.

Bagas terkekeh pelan "iya-iya maafin Ayah yah?" Ucap Bagas.

Langit mengangguk "Udah dimaafin dari lalu lalunya." Ucap Langit.

"O iya mama kamu tadi katanya mau kerumah neneknya Vanesha." Ucap Bagas.

Langit mengerutkan keningnya "Emang Vanesha udah datang yah?" Tanya Langit.

Bagas mengedikkan bahunya "Mana Ayah tau, Ayahkan disawah kerja tapi bisa jadi aja."

Bagas mengerutkan keningnya ketika merasa ada yang ganjal dengan ucapan putrannya barusan itu "kamu kenapa nanyain Vanesha? Tumben." Ucap Bagas.

"Yah! Bukain pintu belakang dong. Langit ngga mau kedepan ngga enakan cuman make kaos gantung doang." Mohon Langit malas menanggapi ucapan Ayahnya.

Bagas menghela napas "Bapaknya lagi nanya malah di suruh, yaudah iya-iya ribet amat hidup kamu." Bagas mulai beranjak dari tempatnya.

Sedangkan Langit berbalik kembali menuju belakang rumahnya.

^^^^

Hallo?:/
Vote and komennya Author butuhkan🙏
Moga aja suka yah,maaf typo masih bertebaran:')

Yang punya Ig bagi dong?
Nnti w Follow tapi follback yah,gimana?:')

Salam Author
@nuranyasyah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langitnya VANESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang