Bagian Acak 5

26 3 0
                                    

Halo teman-teman, dengan pertimbangan yang matang, mungkin beberapa bab dalam buku "Pergi atau Tetap Tinggal" akan saya unggah disini.

Hanya beberapa ya, tidak semua.

Mohon bantuannya untuk, vote, comment dan share cerita saya jika berkenan.

Terima kasih.

________________________________
AKU KEMBALI PULANG
...

Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku berusaha untuk berlari, menghindari mereka yang masih saja mengejarku. Aku tidak ingin melihat ke belakang, sebab itu akan membuatku takut. Langit semakin gelap, pertanda malam akan datang. Aku masih terus berlari dari kejaran mereka. Ku kayuh terus kaki ini, meski sebenarnya sudah sangat lelah. Aku ingin ini segera berakhir!

Aaaaaaarrrggghhhh!

“Heii...?” seseorang menepuk-nepuk pipiku.

“Kau tak apa, anak muda...?” aku memicingkan mata, bangun dan terduduk.

“Ahhh!” aku mendesis, memegang betis kananku. Sudah dibalut dengan perban. Kepalaku juga dilingkari oleh perban dan obat merah. Beberapa jemariku diplester.

“Aku di mana...?” aku memegang kepalaku, rasanya sakit seperti ditusuk jarum. Lelaki paruh baya itu menatapku, dia duduk di sebelahku sambil mengisap rokok. Aku berada di atas tempat tidur yang beralaskan tikar rotan.

“Kau digubuk kecil milikku..” dia mengisap rokoknya kembali.

“Tasku...?!” aku teringat pada tas yang ku bawa, sebelum aku berada di tempat ini. Dia menunjuk ke atas lemari kayu di seberang tempat tidur.

“Hei, kau baru saja terjatuh ke jurang dan siuman setelah 12 jam tak sadarkan diri. Lalu tiba-tiba kau hanya teringat sebuah tas...?” dia menghembuskan asap rokok ke arahku. Rokoknya hampir habis.

“Pak tua, aku tidak punya banyak waktu. Aku haruss, awww!” aku mencoba bangun untuk berdiri, kaki kananku sakit sekali, tidak bisa untuk berpijak, aku kembali duduk dengan kaki memanjang.

“Kau baru saja mendapat 3 luka berat, anak muda. Luka pertama, ada dikepala mu itu, bocor diplipis kanan. Luka kedua, ada ditangan kananmu, jari-jarimu tertusuk oleh duri tajam. Dan luka ketiga, ada pada kaki kananmu, mulai dari mata kaki sampai betis. Tulangnya mungkin bergeser, kau belum pulih anak muda. Istirahatlah dahulu, tas milikmu, aman dan kau juga aman dari kejaran warga...” dia menghembuskan asap rokok itu lagi, kali ini mengenai wajahku. Aku tercengang dengan kalimat yang terakhir. Dia tahu jika aku sedang dikejar oleh beberapa warga. Aku hanya bisa menahan sakit.

“Siapa namamu anak muda..?” dia bertanya setelah diam sejenak.

“Jalu, pak tua...” tangan kiriku memegang kepala, menahan sakit. Dia mengangguk sambil mengisap rokoknya, itu isapan terakhir. Puntung rokok itu dibuang ke asbak yang ada di atas meja kecil – dekat tempat tidur.

“Kau lapar..?” dia bangkit dari duduknya. Aku mengangguk, lalu kebetulan perutku berbunyi. Dia tertawa.

“Baiklah, aku percaya itu. Tidak perlu juga kau bunyikan suara dari perutmu untuk bekerjasama...” dia tertawa lagi, lalu meninggalkan kamar, menyibak gorden penutup kamar.

Aku masih terbaring di atas kasur yang hanya beralaskan tikar, sambil merenung dan menahan sakit. Andai saja, aku mendengarkan nasihat mamak, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Andai saja, aku tidak ikut dengan pamanku, aku masih bisa bersantai di rumah bersama mamak, dan menikmati masakan mamak.

Pergi atau Tetap Tinggal [SUDAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang