3. Voices

191 21 9
                                    

“annyeonghaseyo.”

“kamu terlambat, Jisung-a.”

“joesanghamnida, ssaem.”

“ne. Silahkan duduk.”

Hhhh. Untung sedang pelajaran guru baik.

Aku jadi tidak perlu dihukum keluar kelas. Aku bisa duduk dengan tenang sekarang.

“psssttt... Jisung! Kamu kenapa telat?” tanya Felix sambil berbisik.

“ke kamar mandi.” Jawabku.

Aku tidak salah kan? Setidaknya tidak sepenuhnya bohong.

“kok lama? Kamu buang air besar? Sampai 20 menit?”

-_-

Ekspresi ini memang special untuk Felix.

“hehehe. Nanti cerita.” Kata Felix dengan eye smile nya.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

Aku mengantuk. Aku ingin tidur.

Kalian boleh menganggapku orang yang tidak tau diri.

Sudah telat masuk kelas, malah tidur saat pelajaran. Tapi entah kenapa mataku sangat berat sekarang.

Aku membuka mataku perlahan.

Aku bingung.

Aku dimana?

Di depan hanya terlihat banyak bunga yang rata-rata berwarna ungu.

Sangat cantik.

Tempat ini terasa sangat damai. Aku menyukainya. Aku ingin berlama-lama disini.

Aku duduk di tanah dan memandangi pemandangan indah di depanku ini.

Tempat ini benar-benar indah. Aku tidak ingin perg-

“annyeong.”

Aku segera bangun dari posisi awalku.

Hah? Suara siapa itu?

Aku tidak melihat siapa-siapa disini. Hanya ada aku.

Tempat yang sangat indah berubah menjadi tempat yang menyeramkan bagiku.

Walaupun tidak ada yang berubah dari sini. Hanya suara misterius tadi.

“tidak usah mencariku. Aku tidak ada disini. Maksudku, aku bisa saja muncul dihadapanmu. Tapi, ini bukan waktu yang tepat.”

“kamu siapa? Kamu mau bicara apa denganku?” aku menanyakan itu kepada angin.

Aku tidak tau harus melihat kemana.

Biasanya orang akan melihat lawan bicaranya kalau sedang mengobrol.

Tapi, aku sendiri tidak tau dengan siapa aku berbicara.

“ada waktunya nanti untuk kau tau siapa aku. Dan aku hanya ingin berbicara sebentar denganmu Jisung-a.”

“itu tidak adil!”

“apanya yang tidak adil?”

“kamu tau namaku sedangkan aku tak tau namamu.” Itu memang tidak adil kan?

“hahaha. Sudah kubilang nanti ada waktunya. Jisung-a! Duduk saja. Tidak usah tegang.”

Eh?

Bagaimana dia tau kalau aku masih berdiri?

Dia melihatku?

Apakah dia ada disini tapi menyembunyikan diri?

Hellevator; Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang