1

11 0 0
                                    


Giani

Ujian pagi ini ternyata berbentuk tugas, ku kira akan seperti ujian lain, tertulis. Langsung terpintas untuk menemui Gerry lalu membalas acara kemarin yang tidak sempat kuikuti. Kami bertemu lalu masing-masing bersandar pada dinding kampus yang usang. Menerka tempat mana yang akan dikunjungi siang nanti. Sampai aku harus bergegas meninggalkan kampus pun kami masih belum menemui keputusan apapun kecuali kesepakatan untuk bertemu siang nanti. Selesai jualan, kataku pada pria berkacamata itu. Gerry mengangguk, aku segera meninggalkan kampus.

Gerry

Ku lihat Giani berbaju garis-garis hari ini, sedang aku mengenakan motif abstrak. Tidak kompak kami, tak seperti kemarin yang tanpa sengaja mengenakan kemeja dengan warna senada. Berkali-kali. Tapi yang membuat ku asing adalah dua buah plastik merah di tangannya, itu barang dagangannya. Telah diunggah dalam akun media sosialnya tadi malam. Selesai kelas, Ia duduk bersama yang lain di selasar, namun tiba-tiba berdiri dan matanya mencari sesuatu. Mata kami bertemu, ia menyandarkan punggung pada dinding yang sama dengan punggungku bersandar. Ajakan untuk hangout, sebagai tebusan absennya kemarin siang dalam perjalanan ke luar kota. Meski tanpa kesepakatan tempat, Giani bergegas pamit.

Giani

Suasana hatiku tidak terlalu antusias hari ini, kecuali untuk acara siang nanti. Tetapi pada saat di lokasi jualan, ternyata cuaca panas dan dagangan yang susah laku membuat siangku sungguh semakin terik. Hal yang paling menyebalkan lain adalah tidak ada daya dalam baterai ponselku. Sebenarnya tidak ada yang perlu dibebankan, tapi semakin siang aku sungguh makin bimbang. Cuaca dengan suhu seperti 40° membuat suasana benar-benar berantakan. Aku hampir melupakan janji siang itu. Tidak, Ger, aku tidak lupa. Hanya saja semuanya terasa panas. Akhirnya, setelah selesai berjualan aku memutuskan untuk pulang.

Gerry

Tak lama setelah Giani pulang, aku memutuskan untuk pulang juga. Masih menerka tempat makan siang nanti, ku putuskan untuk sambil berbaring sejenak. Hampir terlelap, aku terbangun dengan jarum jam menunjukkan pukul 12 siang, nyaris terlambat. Segera ponsel ku raih lalu mencari kontak Giani pada sebuah aplikasi obrolan. Hanya berdering, tanpa sautan hingga usaha ke-3 aku menyerah lalu beralih pada panggilan langsung ke nomor kontaknya tetapi berbuah pemberitahuan bahwa nomor tersebut sedang tidak aktif.

SamaWhere stories live. Discover now