Giani
Sesampai di rumah, segera aku mencari sumber listrik dan langsung mengisi daya baterai ponsel. Sedari tadi barang itu sudah tidak berfungsi karena baterainya sudah habis total, lupa mengisi daya baterai membuat semuanya berantakan, aku sungguh tidak ingin hal ini terjadi lagi. Otakku penuh dengan kebimbangan beradu dengan lelah dan cuaca yang sungguh panas. Masih dalam lamunan ketika merebahkan badan, aku terpikir tentang suasana jalanan protokol dan sebuah kedai minuman pada pinggirnya yang beratapkan langit-langit kota. Hilir mudik kendaraan dan lampu-lampu gedung tinggi, serta teman cerita yang dengan antusias menjadi pendengar dan tak kalah menyenangkan ketika kita harus mendengar. Senin, jadwal magang, dan sebuah nama, ya, aku terpikir sebuah nama.
Gerry
Masih dalam kegusaran, aku sejenak terlelap melupakan segala rencana makan siang dan kopi serta sebatang rokok setelahnya. Terbangun tepat pada saat jarum pendek menunjukkan ke arah angka 4 dan langsung meraih ponsel dan mendapati sebuah notifikasi pesan singkat pada layar.
Tria : "Ger, cek line"
Asal kamu tahu, aku selalu mematikan koneksi internet sebelum tidur dan tetap membiarkan ponsel tersebut aktif dan ketika disambungkan pada internet, notifikasi bergantian masuk tetapi tak kutemukan nama Tria hadir di sana. Nama Giani yang muncul belasan kali, aku terkekeh membayangkan paniknya, menertawakan tingkah polahmu selalu menyenangkan, Gi. Benar saja, ia meminta maaf dan menawarkan sebuah rencana, asyik juga sepertinya.
Giani
Dyan : "Gi, jangan lupa hari ini on air jam 4"
Segera ku membuka jadwal siaran dan benar saja, hari ini aku ada jadwal jam 4. Sebuah kesalahan fatal yang salah melihat angka pada jam kerja baru tersebut membuat aku pergi dengan daya baterai yang bahkan tidak sampai jumlah kedua jari tangan. Sampai di kantor, Dyan, partner kerjaku memasang wajah muram tetapi kami tetap bisa bekerjasama dengan baik, setidaknya pada program yang ini.
Selesai satu jam berikutnya, persis setelah penutupan kemudian listrik padam. Sialnya lagi genset kantor sedang rusak total, dan lebih sialnya lagi ponselku sudah tamat alias mati total pula. Sebagai anak magang, tak enak rasanya harus keliling kantor mencari pinjaman powerbank hingga akhirnya aku dan Dyan memutuskan untuk mencari tempat makan di luar, setidaknya aku dapat mengisi daya ponsel dan menghubungi Gerry.
Gerry
Aku sudah bersiap sedari tadi bahkan sebelum maghrib agar ketika adzan maghrib selesai berkumandang, aku dapat segera berangkat. Handycam sudah dalam tas, buku Gie yang sedang ku baca tak lupa dibawa. Tetapi hingga adzan maghrib selesai berkumandang 15 menit yang lalu, tak ada tanda-tanda notifikasi dari Giana. Kemana lagi anak ini, apa yang salah dari mengabari? Apakan Tafi sedang mengajaknya pergi?
YOU ARE READING
Sama
Short StoryDua orang sahabat yang sama dalam pemikiran, selera humor, minat literasi dan juga visi misi hidup. Tapi tidak sama dalam rasa.