3

7 0 0
                                    


Giani

Pilihan jatuh pada sebuah restoran dengan makanan siap saji terdekat. Di jalan, aku dan Dyan membayangkan paket hemat, koneksi internet yang cepat serta daya bateraiku yang akan terisi. Memasuki restoran tersebut, kami mendapati pimpinan kantor beserta staf sedang berada di sana. Pandangan kami beradu dan kemudian menganggukkan kepala, sebagai sapaan. Bu Rani melambai, memanggil untuk duduk bergabung dengannya pada meja yang sama. Mengingat bahwa beliau tidak suka jika ajakannya ditolak, aku dan Dyan menurutinya dan mengurung niat untuk mengisi daya ponsel karena ternyata di restoran tersebut hanya ada satu stop kontak dan sudah digunakan orang lain pula. Selama makan, aku sungguh tak terlalu menikmati tetapi bermain dalam pikiranku tentang balasan Gerry atas ajakanku.

Gerry

Kembali mendapatkan jawaban bahwa nomor tersebut sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan membuatku kembali bimbang. Setelah memikirkan beberapa kemungkinan, aku memilih mengemaskan barang dan mengambil kunci motor lalu segera pergi dan menuju kantor tempat Giani magang. Rencananya aku hanya akan lewat atau singgah di pos satpam untuk memastikan Giani benar-benar siaran sore tadi. Memegang salib dikalungnya, Gerry mulai berdoa, berharap semua baik-baik saja.

Giani

Makan selesai, daya baterai ponsel tak terisi apalagi menggunakan koneksi Wi-Fi yang hanya tinggal bayangan. Kami harus melayani sesi ngobrol dengan Bu Rani dan stafnya kurang lebih setengah jam. Berakhir dengan pamitnya aku dan Dyan untuk melaksanakan ibadah salat maghrib, selesai sudahlah sesi sok asyik di depan atasan. Musholla berada di basement, sedangkan kami memarkirkan kendaraan di area atas maka sebanyak langkah kaki dari basement ke parkiran aku menimbang keputusan, menerka-nerka jawaban atas ajakan kepada Gerry siang tadi. Dalam waktu yang sama, pikiranku bermain dengan suasana malam dengan bintang yang bertaburan menjadi atap. Dua cangkir minuman dingin dan cerita-cerita menyenangkan yang akan kami tukar. Hingga sudah duduk di motor pun aku masih berkutat pada pertanyaan antara pulang atau singgah?

SamaWhere stories live. Discover now